14 hours ago
2
Selular.id – Satoshi Nakamoto, sosok misterius pencipta Bitcoin, masih menjadi pemegang Bitcoin (BTC) terbesar di dunia dengan kepemilikan sekitar 1,1 juta BTC atau setara US$124,3 miliar. Data terbaru dari CoinSauce juga menyebutkan bahwa peretas atau hacker dari LuBian termasuk dalam 10 besar pemegang Bitcoin terbesar.
Platform perdagangan Coinbase menempati posisi kedua dengan 974.400 BTC, sementara BlackRock melalui produk iShares Bitcoin Trust (IBIT) berada di urutan ketiga dengan 735.840 BTC.
Kepemilikan Bitcoin oleh Satoshi Nakamoto hingga saat ini masih menjadi perbincangan hangat di kalangan komunitas kripto. Meski identitasnya belum terungkap, jumlah BTC yang dimilikinya mencapai nilai fantastis, lebih dari Rp2.000 triliun jika dikonversi ke rupiah.
Sementara itu, kehadiran hacker dari LuBian dalam daftar 10 besar menambah dinamika dalam peta kepemilikan aset kripto terbesar di dunia.
Coinbase, sebagai exchange dan dompet kripto terkemuka, mengamankan posisi kedua dengan kepemilikan hampir 1 juta BTC. BlackRock, perusahaan manajemen investasi multinasional asal New York, mencatatkan diri di peringkat ketiga berkat strategi melalui produk exchange traded fund (ETF) Bitcoin yang diluncurkan di pasar keuangan Amerika Serikat.
Laporan dari media sosial pada Jumat (29/8/2025) mengungkap bahwa data ini diperbarui secara berkala oleh lembaga pelacak seperti CoinSauce. Perkembangan kepemilikan Bitcoin oleh institusi besar seperti BlackRock menunjukkan semakin diterimanya aset kripto dalam portofolio investasi tradisional.
Produk ETF Bitcoin milik BlackRock, iShares Bitcoin Trust (IBIT), menjadi salah satu sarana utama dalam akumulasi aset digital tersebut.
Selain tiga pemegang teratas, daftar 10 besar juga diisi oleh sejumlah nama lain yang belum diungkap secara detail dalam laporan terbaru. Namun, kehadiran hacker sebagai salah satu pemegang signifikan mengingatkan akan pentingnya keamanan dalam ekosistem kripto.
Isu keamanan dan regulasi terus menjadi perhatian, terutama mengingat kerentanan yang mungkin dimanfaatkan oleh pihak tidak bertanggung jawab.
Perkembangan harga Bitcoin sendiri kerap dipengaruhi oleh berbagai faktor, termasuk kebijakan moneter global dan sentimen investor. Seperti dilaporkan sebelumnya, harga Bitcoin pasca penurunan data inflasi AS menunjukkan volatilitas yang cukup tinggi.
Demikian pula, ketika harga Bitcoin tembus US$57.036, banyak analis memberikan proyeksi optimis terhadap masa depan aset digital ini.
Institusi keuangan tradisional semakin menunjukkan minat terhadap Bitcoin, tidak hanya sebagai alat investasi tetapi juga sebagai bagian dari diversifikasi portofolio. Produk seperti ETF memudahkan investor retail dan institusi untuk memiliki eksposur terhadap Bitcoin tanpa harus menyimpan aset secara langsung.
Hal ini turut mendorong akumulasi Bitcoin oleh perusahaan seperti BlackRock dan platform semacam Coinbase.
Selain itu, pertukaran kripto juga memainkan peran penting dalam likuiditas dan kepemilikan Bitcoin. Sebagai contoh, pertukaran kripto FTX pernah mencoba berekspansi ke perdagangan saham sebelum akhirnya mengalami kolaps. Kisah ini menjadi pengingat akan risiko dan dinamika cepat dalam industri kripto.
Ke depan, kepemilikan Bitcoin oleh entitas besar diperkirakan akan terus meningkat seiring dengan adopsi yang meluas. Regulasi yang lebih jelas dan infrastruktur yang semakin matang diharapkan dapat memberikan landasan lebih kuat bagi pertumbuhan industri. Namun, tantangan seperti keamanan siber dan fluktuasi harga tetap perlu diwaspadai oleh semua pemangku kepentingan.
Dengan Satoshi Nakamoto masih memegang kendali atas sebagian besar supply Bitcoin, komunitas kripto terus memantau setiap perkembangan yang mungkin terkait dengan identitas atau pergerakan aset tersebut. Sementara itu, institusi seperti BlackRock dan Coinbase akan tetap menjadi pemain kunci dalam mengarahkan masa depan Bitcoin sebagai aset investasi yang legitimate dan diakui secara global.
