CNN Indonesia
Rabu, 30 Jul 2025 12:41 WIB

Jakarta, CNN Indonesia --
Mantan pelatih timnas Malaysia, Ong Kim Swee khawatir skuad Harimau Malaya bakal tertinggal jauh dari negara lain jika tak fokus pada pembinaan sepak bola muda usai gagal total di Piala AFF U-23 2025.
Teranyar, Malaysia U-23 gagal di Piala AFF U-23 2025. Tim asuhan Nafuzi Zain itu terhenti di babak penyisihan setelah satu grup dengan Timnas Indonesia U-23.
Ong Kim Swee menyoroti program Asosiasi Sepak Bola Malaysia (FAM) yakni 'Harimau Muda' yang aktif pada 2007 hingga 2015. Selama menangani tim muda Malaysia medio 2009-2014, Ong Kim Swee mempersembahkan medali emas SEA Games 2009 dan 2011.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurutnya, program yang fokus pada tim muda Malaysia perlu bergelora lagi. Sebab jika tidak, ia khawatir Harimau Malaya akan tertinggal dari negara lain seperti Filipina, Kamboja, hingga Laos.
"Selama era Harimau Muda, pemain muda kami lebih kompetitif. Sekarang panggung utama mereka hanya Super League. Bahkan di Piala MFL musim lalu, ada berapa pemain muda top yang bersinar?" kata Ong Kim Swee dikutip dari New Straits Times.
Pelatih yang kini menangani klub Indonesia, Persik Kediri itu berpendapat, liga domestik tidak boleh jadi satu-satunya pentas pemain muda. Karena itu Ong Kim Swee meminta program 'Harimau Muda' kembali hadir.
"Pemain muda di Super League kesulitan mendapat menit bermain. Karena itu tidak ada salahnya membawa kembali [program] Harimau Muda. Kita sudah melihat bahwa program itu terbukti berhasil," ucapnya.
"Jangan remehkan Filipina, Myanmar, Kamboja, dan Laos. Lihat apa yang sudah terjadi dalam beberapa tahun terakhir, berapa kali kita kalah lawan Filipina?" ia menambahkan.
Lebih lanjut, pelatih 54 tahun itu menyoroti pembinaan usia muda di level klub yang terkesan timpang. Menurutnya, ada jurang menganga di antara tim-tim Liga Malaysia dalam mendidik pemain hijau.
"JDT punya pengembangan usia muda yang terstruktur. Selangor juga berusaha, tapi bagaimana yang lainnya?" ucap Ong Kim Swee.
"Saya tidak menyalahkan siapapun, tapi kita butuh bertanya bagaimana negara-negara [lain] berkembang begitu cepat. Negara lain mungkin tidak punya sumber daya yang sama, tapi mereka punya akar rumput yang kuat di klub. Apakah kita juga?" ia menegaskan.
(ikw/ikw/rhr)