Mission Impossible Tom Cruise Vs Donald Trump: Misi Super Berat Bangun Pabrik iPhone di AS

1 day ago 6

Selular.ID – Di tengah persoalan geopolitik yang tak kunjung selesai, seperti perang Ukraina – Rusia dan aksi genosida zionis Israel di Gaza, film yang dibintangi Tom Cruise mampu menyita perhatian masyarakat dunia.

Animo yang tinggi membuat sekuel terbaru Mission: Impossible – The Final Reckoning, sukses memecahkan rekor di box office.

Tercatat, film kedelapan ini – film pertama muncul di layar lebar pada 1996 – mampu meraih pendapatan fantastis, yaitu sebesar USD 63 juta dalam tiga hari pertama, dan USD 77 juta selama libur Memorial Day.

Angka tersebut mengalahkan rekor film sebelumnya, Fallout (2018), yang sebelumnya mendulang pendapatan terbaik dalam seri ini.

Keberhasilan Mission: Impossible – The Final Reckoning, menunjukkan aksi-aksi Ethan Hunt, yang diperankan Tom Cruise, selalu ditunggu penggemarnya.

Sebagai agen rahasia Mission Impossible Force (IMF), Ethan rela melakukan apapun demi menyelesaikan misi, bahkan yang paling mustahil sekalipun.

Keberhasilan Mission: Impossible – The Final Reckoning, tentu saja terus melambungkan Tom Cruise di jajaran actor papan atas Hollywood.

Usia yang sudah genap 62 tahun, tampaknya tak membuat Cruise gagap dengan adegan yang mebutuhkan keberanian. Gilanya lagi, setiap film, ada saja batas baru yang dilampaui.

Setelah melakukan aksi-aksi gila seperti loncat dari motor yang berjalan dari tebing yang sangat tinggi di film sebelumnya, kali ini Tom Cruise rela menahan napas panjang dan berpegangan pada sayap pesawat.

Baca Juga: Bank of America: Apple Sulit Bangun Pabrik di AS

Jika Tom Cruise sukses menjalani adegen-adegan gila yang bikin jantung penonton berdebar-debar,  sejatinya upaya serupa tapi tak sama juga sedang diupayakan oleh Donald Trump.

Presiden dari Partai Republik itu, tengah berupaya keras agar Apple bersedia membangun pabrik di AS.

Berdalih bahwa investasi dalam bentuk pembangunan pabrik akan mendorong kembali kejayaan ekonomi AS, Trump tak ragu mengancam Apple dengan tarif selangit jika tidak bersedia merealisasikan proyek ambisius itu.

Namun berbeda dengan Tom Cruise, upaya Presiden AS Donald Trump untuk memaksa Apple agar membangun pabrik sendiri demi memenuhi kebutuhan pasar domestik, disikapi pesimis oleh banyak kalangan.

Lembaga riset pasar terkemuka, Counterpoint Research memperkirakan perakitan iPhone di AS akan menaikkan biaya hingga 20 persen, sehingga harga ponsel pintarnya setara dengan model buatan India yang dikenakan tarif 25 persen.

Wakil Presiden Riset Neil Shah menyatakan dalam catatan risetnya bahwa memindahkan ekosistem manufaktur Apple ke AS dalam jangka pendek hingga menengah “tidak hanya tidak praktis tetapi juga tidak layak”, karena rantai pasokannya sepenuhnya bergantung pada China, India, dan Vietnam.

“Ini bukan hanya tentang Foxconn yang membuka pabrik di AS, tetapi juga rantai pasokan harus direlokasi lebih dekat ke AS, yang tidak perlu dipertanyakan lagi.”

Minggu lalu, Presiden AS Donald Trump memperingatkan Apple dapat dikenakan tarif 25 persen jika tidak memproduksi iPhone di negara tersebut.

Shah menyoroti iPhone Apple dan barang-barang serupa akan menjadi lebih mahal di AS jika ada bea masuk atau dirakit secara lokal.

“Diperlukan waktu bertahun-tahun dan modal yang signifikan untuk memindahkan Apple atau manufaktur elektronik lainnya ke AS.”

Ponsel pintarnya berisi lebih dari 1.000 komponen. Butuh waktu hampir satu dekade bagi Apple untuk membangun rantai pasokannya yang luas di China dan kawasan tersebut.

Untuk menarik manufaktur ke AS, pemerintah harus menawarkan subsidi bagi mitra Apple di China dan Taiwan untuk menginvestasikan miliaran dolar di pabrik dalam negeri, jika itu diizinkan, lanjut Shah.

“Bola tidak lagi berada di tangan Apple, karena seluruh rantai pasokan elektronik berpusat di China Raya, Taiwan, dan Jepang”, ujar Shah

Shah dengan tegas menilai, pemasok yang sangat diandalkan Apple “tidak memiliki motivasi untuk meninggalkan Asia”.

Analis senior Counterpoint Research Gerrit Schneemann mencatat minggu lalu Apple saat ini tidak membuat model iPhone apa pun di AS.

Bahkan jika ingin, Gerrit mengatakan proses pengembangan jalur produksi dalam negeri akan sangat mahal dan akan memakan waktu bertahun-tahun, dengan Dengan banyaknya keterbatasan, Gerit meyakini, iPhone buatan AS pertama kemungkinan tidak akan dikirim sampai setelah Presiden Trump meninggalkan jabatannya nanti di awal 2030.

Baca Juga: Tarif Impor Trump, Apple Bakal Tanggung Beban $900 Juta

Read Entire Article
Berita Olahraga Berita Pemerintahan Berita Otomotif Berita International Berita Dunia Entertainment Berita Teknologi Berita Ekonomi