Pemenang Nobel Philippe Aghion Peringatkan Eropa Kalah Bersaing dengan China dan AS Dalam Perlombaan Teknologi

4 hours ago 1

Selular.ID – Ekonom Prancis Philippe Aghion mengeluarkan peringatan keras kepada Eropa tak lama setelah memenangkan Hadiah Nobel tahun ini, dengan mengatakan bahwa benua itu kalah dalam persaingan teknologi dengan China dan Amerika Serikat.

“Eropa perlu bangkit. Kita tertinggal secara teknologi dibandingkan dengan Amerika Serikat dan sekarang China,” kata peraih Nobel yang baru dilantik tersebut dalam program berita malam di stasiun televisi publik France 2 pada Senin (13/10).

“Sejak tahun 1990-an, mereka telah mengembangkan terobosan, inovasi berteknologi tinggi, sementara kita masih terbatas pada inovasi teknologi menengah yang inkremental,” ujarnya.

“Eropa perlu menjadi benar-benar inovatif, karena jika tidak, kemundurannya akan tak terelakkan. Eropa akan terpinggirkan.”

Pernyataan Aghion semakin berbobot setelah memenangkan Hadiah Nobel Ekonomi tahun ini atas karyanya yang menjelaskan bagaimana inovasi mendorong pertumbuhan ekonomi – sebuah proyek bersama dengan sejarawan ekonomi Amerika – Israel Joel Mokyr dan ekonom Kanada Peter Howitt.

Terlepas ada peringatan yang mengerikan, Aghion menekankan bahwa Eropa mampu membalikkan keadaan dan mengejar ketertinggalan dari AS dan China.

Baca Juga: Apple Vs Uni Eropa: Raksasa Cupertino Minta Undang-Undang DMA Dibatalkan

Meskipun banyak pihak di Eropa menyalahkan kurangnya daya saing benua ini pada model sosialnya – termasuk tunjangan sosial yang besar dan jam kerja yang relatif pendek – Aghion mengatakan cara hidup Eropa dapat menjadi aset, sebuah bentuk kekuatan lunak yang krusial.

“Kita memimpin dalam demokrasi, kebebasan, model sosial, dan lingkungan, banyak orang ingin bekerja di sini,” ujarnya.

“Kita perlu bangkit dan membangun ekosistem yang mendukung inovasi.”

Alasan sebenarnya mengapa benua ini tidak menyadari potensi penuhnya bukanlah manusianya, melainkan birokrasi pemerintah yang terlalu ketat, menurut Aghion.

Eropa perlu meninjau kembali doktrin ekonominya dan menyingkirkan regulasi serta hambatan yang berlebihan, ujarnya.

Dalam wawancara dengan surat kabar Prancis Le Monde yang terbit pada Jumat (10/10), ia bahkan mengatakan bahwa Uni Eropa telah menjadi “penghalang” bagi kekuatan Prancis, dengan batasan ketatnya terhadap defisit anggaran dan kebijakan persaingan “yang menghalangi segala bentuk kebijakan industri”.

Namun, keadaan mungkin akan berubah menjadi lebih baik, terutama karena Jerman baru-baru ini mengumumkan rencana belanja publik yang jauh lebih berani.

“Para pendiri Eropa menjadikannya raksasa regulasi dan kerdil dalam hal anggaran. Namun, Eropa bisa menjadi katalis,” ujarnya.

Pada akhirnya, Aghion yakin Eropa dapat menemukan sistem yang mendorong inovasi—yang memungkinkannya mengejar ketertinggalan dari China dan AS—sambil tetap mempertahankan model sosialnya.

Sebagaimana pernah ia tunjukkan dalam sebuah artikel untuk The Post, inovasi tidak perlu mengorbankan perlindungan pekerja.

Baca Juga: Ditekan AS dan Apple, Komisi Eropa Bergeming, Tak Akan Ubah Undang-Undang Digital yang Batasi Praktek Monopoli Raksasa Teknologi

Read Entire Article
Berita Olahraga Berita Pemerintahan Berita Otomotif Berita International Berita Dunia Entertainment Berita Teknologi Berita Ekonomi