Pengakuan Soekarno Bangga Dilahirkan di Bawah Bintang Gemini

1 day ago 6

Tanggal 6 Juni diperingati sebagai Hari Lahir Soekarno, Putra Sang Fajar sekaligus Presiden pertama Indonesia. Lalu, mengapa Soekarno disebut Putra Sang Fajar? Pengakuan Soekarno Bangga Dilahirkan di Bawah Bintang Gemini (Foto: Istimewa)

Jakarta, Insertlive -

Bangsa Indonesia mengenang hari kelahiran Soekarno, proklamator sekaligus Presiden pertama Republik Indonesia pada 6 Juni 2025.

Soekarno yang lahir pada 6 Juni 1901 di Pandean, Surabaya, bukan hanya hadir sebagai bayi dari pasangan Raden Soekemi Sosrodihardjo dan Ida Ayu Nyoman Rai, tetapi juga sebagai simbol kebangkitan sebuah bangsa.

Dalam autobiografinya bertajuk Bung Karno: Penyambung Lidah Rakyat Indonesia yang ditulis oleh Cindy Adams, Bung Karno menyebut kelahirannya bukan sekadar datangnya hari baru, melainkan awal dari zaman baru.


"Ketika aku lahir, saat itu bukan hanya awal dari hari yang baru, tetapi juga awal dari abad yang baru. Aku dilahirkan pada tahun 1901," kata Soekarno.

Kelahiran Soekarno ditandai oleh angka yang dianggap istimewa, 6 Juni 1901. Ia percaya, tanggal itu dan zodiak Gemini yang menaunginya menjadi lambang dualitas dalam kepribadiannya.

"Hari lahirku ditandai oleh angka serba enam. Tanggal 6 Juni. Aku bernasib sangat baik karena dilahirkan di bawah bintang Gemini, lambang kembar. Dan memang itulah aku sebenarnya. Dua sifat yang sangat bertentangan. Aku bisa lemah lembut dan aku bisa rewel, keras bagai baja atau puitis penuh perasaan," ungkap Soekarno.

Gunung Kelud yang terletak tidak jauh dari tempat tinggal keluarganya meletus bersamaan dengan kelahiran Soekarno. Peristiwa ini pun menimbulkan berbagai penafsiran gaib.

"Gunung Kelud meletus. Orang yang percaya pada hal gaib meramalkan, 'Ini adalah penyambutan terhadap bayi Soekarno.' Namun orang Bali justru percaya bahwa itu pertanda kemarahan karena kelahiran yang tidak pantas," tutur Soekarno.


Terlepas dari segala simbolisme tersebut, kelahiran Soekarno berlangsung dalam suasana yang memprihatinkan.

"Bapak tidak mampu memanggil dukun beranak. Kami terlalu miskin. Satu-satunya orang yang membantu ibu adalah sahabat keluarga kami, seorang lelaki yang sudah sangat, sangat tua," kenangnya.

(yoa/yoa)

Tonton juga video berikut:

Read Entire Article
Berita Olahraga Berita Pemerintahan Berita Otomotif Berita International Berita Dunia Entertainment Berita Teknologi Berita Ekonomi