Penuhi Regulasi, Rakuten Cloud & Alita Dorong Adopsi Edge AI dan Cloud-Native Infrastructure

1 day ago 9

Jakarta, Selular.ID – Transformasi digital berbasis cloud, saat ini bukan lagi opsi tambahan, tetapi sudah menjadi kebutuhan fundamental. Laporan IDC Indonesia (2024) menunjukkan, pasar cloud publik di Indonesia diperkirakan berpotensi mencapai nilai US$ 1,38 miliar atau Rp 22,48 triliun pada 2025. Jumlah ini tumbuh dengan pertumbuhan tahun sebelumnya (growth year on year) sebesar 20,5 persen.

Sementara itu, di Indonesia, penetrasi komputasi awan diperkirakan akan tumbuh hingga 75 persen. Jumlah ini, didorong oleh meningkatnya permintaan transformasi digital di sektor publik dan swasta.

Gartner memperkirakan bahwa pada tahun 2025, 75 persen dari semua data akan dihasilkan di luar pusat data tradisional dan lingkungan awan. Namun, adopsi cloud juga menghadirkan tantangan serius yang harus diatasi.

Beberapa di antaranya, adalah:

  • Ketergantungan pada infrastruktur IT lama yang menghambat skalabilitas dan efisiensi.
  • Biaya tinggi dari platform virtualisasi tradisional seperti VMware dan RedHat, yang menghambat inovasi, terutama di kalangan perusahaan menengah.
  • Isu kedaulatan dan kepatuhan data, terutama di tengah maraknya adopsi AI dan edge computing.
  • Kebutuhan akan infrastruktur terdistribusi dan resilien untuk mendukung workload modern seperti AI, IoT, serta aplikasi berbasis edge.

Menjawab tantangan tersebut, Rakuten Symphony, bersama integrator sistem nasional PT Alita Praya Mitra, menghadirkan pendekatan baru lewat seminar bertema “Resilient Edge Computing for Data Sovereignty & Modern AI Workloads”.

Acara yang berlangsung di Park Hyatt Jakarta, pada Rabu (4/6/2025) ini, dihadiri berbagai stakeholder di industri teknologi, seperti Dirjen Ekosistem Digital Kementerian Komunikasi dan Digital (KOMDIGI) Edwin Hidayat Abdullah, Aju Widya Sari selaku Direktur Kecerdasaan Artifisial dan Ekosistem Teknologi Baru KOMDIGI, yang juga menjadi keynote speaker dalam kegiatan seminar ini, serta lebih dari 100 peserta dari sektor pemerintah dan korporasi.

Seminar ini bertujuan menggali use case nyata edge computing dan Software-Defined Storage (SDS), membahas transisi dari platform virtualisasi lama ke arsitektur Kubernetes-native, menjawab tuntutan regulasi data lokal dan keamanan nasional, dan mendorong kolaborasi strategis antar industri.

Aju Widya Sari selaku Direktur Kecerdasaan Artifisial dan Ekosistem Teknologi Baru KOMDIGIAju Widya Sari, Direktur Kecerdasaan Artifisial dan Ekosistem Teknologi Baru KOMDIGI

“Pembangunan ekonomi digital juga harus mengusung azas berkeadilan. Jangan sampai hanya new tech saja tapi tidak ada insentif untuk data center atau infrastruktur” ujar Edwin Hidayat Abdullah, Dirjen Ekosistem Digital KOMDIGI, dalam sesi diskusi panel.

Teguh Prasetya, Presiden Direktur Alita sekaligus Ketua Asosiasi Internet of Things Indonesia (ASIOTI), menyampaikan, Alita kini terus fokus memperkuat platform edge, IoT, dan solusi cerdas untuk sektor pemerintah, manufaktur, dan layanan publik. “Kami percaya kemitraan dengan Rakuten akan mempercepat adopsi cloud-native dan edge AI secara lebih luas,” tegasnya.

Menurut Teguh, saat ini, transformasi digital Indonesia, teknologi edge computing dan AI menjadi kunci dalam mendukung kedaulatan data dan efisiensi operasional lintas sektor. Ia menekankan, kehadiran dari investor global dan inisiatif lokal untuk AI, kita berada di momen penting untuk memperkuat dalam perkembangan ekosistem digital nasional.

Global Head of Sales, Rakuten Symphony Inc, Udai Kanukolanu menjelaskan, dengan menggabungkan keahlian dan infrastruktur lokal Alita dan cloud sebagai inovasi global dari Rakuten Symphony, OSS, dan open RAN, Rakuten berupaya mempercepat adopsi layanan digital di masa mendatang secara nasional.

“Inisiatif ini sejalan dengan visi Indonesia tentang pemberdayaan digitalisasi di masa depan, mendorong pertumbuhan ekonomi dan kemajuan teknologi,” ujarnya.

Udai juga menyoroti keberhasilan global Rakuten dalam menghadirkan platform AI-ready yang terbukti efisien dan sesuai regulasi lokal. “Kami telah mendukung lebih dari 40.000 lokasi ritel global, layanan kesehatan kritis, hingga orkestrasi jaringan open RAN 5G di berbagai negara. Kini saatnya Indonesia mengambil lompatan serupa,” ujarnya.

Teguh Prasetya, Presiden Direktur Alita sekaligus Ketua Asosiasi Internet of Things Indonesia (ASIOTI)Teguh Prasetya, Presiden Direktur Alita sekaligus Ketua Asosiasi Internet of Things Indonesia (ASIOTI)

Senada, Anirban Chakravartti selaku SVP Rakuten Cloud menjelaskan, edge computing dan AI bukan lagi tren, tetapi kebutuhan mendesak di era kecepatan data dan tuntutan regulasi.

Ia menjelaskan, Rakuten mendesain infrastruktur cloud-native yang mampu menjalankan workload AI di edge, dengan orkestrasi otomatis dan keamanan berlapis.

Berbagai skenario pemanfaatan dari edge computing saat ini pun, sudah mulai dapat ditemui di berbagai retail. Seperti, optimasi rantai pasok di industri retail, automasi dan pemanfaatan teknologi robot di sektor manufaktur, hingga diagnosa penyakit di sektor kesehatan.

Anirban mengungkapkan, 83 persen organisasi atau perusahaan saat ini, berencana untuk menjalankan AI/ML di lokasi fisik, untuk meningkatkan bisnis dan operasional bisnisnya. Sehingga membuat operasional mereka lebih efisien secara operasional.

Aju Widya Sari, Direktur Kecerdasaan Artifisial dan Ekosistem Teknologi Baru KOMDIGI dan Teguh Prasetya, Presiden Direktur Alita sekaligus Ketua Asosiasi Internet of Things Indonesia (ASIOTI)Aju Widya Sari, Direktur Kecerdasaan Artifisial dan Ekosistem Teknologi Baru KOMDIGI dan Teguh Prasetya, Presiden Direktur Alita sekaligus Ketua Asosiasi Internet of Things Indonesia (ASIOTI)

Pentingnya Kedaulatan Data

Di tengah perkembangan teknologi yang terus bergulir, kedaulatan data kini menjadi salah satu faktor yang menjadi perhatian. Kedaulatan data menjadi penting karena menyangkut kontrol nasional, keamanan informasi, kemandirian ekonomi digital, dan terwujudnya keadilan terhadap akses teknologi.

Prof Dr Hammam Riza Ketua Kolaborasi Riset dan Inovasi Industri Kecerdasan Artifisial (KORIKA), menekankan urgensi membangun infrastruktur yang mendukung kedaulatan data dan transformasi digital yang inklusif.

“Dengan edge-native cloud yang dikembangkan secara lokal, kita bisa pastikan AI dan data digital melayani kepentingan bangsa, bukan sekadar menjadi konsumen dari solusi luar negeri,” ujarnya.

Menurut Hammam, selain dampak ekonomi dan sosial budaya, poin utama yang menjadi perhatian dalam kedaulatan data, juga mencakup keselamatan dan keamanan dari penggunaan teknologi AI. “Saat ini, pemanfaatan AI masih dibayangi isu pelanggaran data dan ancaman keamanan lainnya,” ujarnya.

Selain itu, ketidakakuratan dan penyalahgunaan AI, termasuk disinformasi, malinformasi, manipulasi, dan keputusan yang salah, juga masih kerap terjadi. Sehingga diperlukan dasar etika dan regulasi yang jelas dalam pemanfaatannya.

Diskusi panel turut menghadirkan pimpinan Lintasarta, dan XL Smart, yang membahas roadmap sovereign cloud, integrasi kontainer dan VM dalam satu platform Kubernetes, serta strategi hibrida yang bisa diterapkan segera.

Baca Juga: VIDA Dukung Kedaulatan AI Indonesia Perkuat Keamanan Digital

Read Entire Article
Berita Olahraga Berita Pemerintahan Berita Otomotif Berita International Berita Dunia Entertainment Berita Teknologi Berita Ekonomi