Profil Gustavo Petro, Eks Anggota Pemberontak Jadi Presiden Kolombia

16 hours ago 2

Jakarta, CNN Indonesia --

Presiden Kolombia Gustavo Petro menjadi sorotan usai berpidato di Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (SMU PBB) pada Rabu (24/9).

Dalam pidato itu, Petro menyerukan penghentian genosida Israel di Palestina hingga penyelidikan terhadap Presiden Amerika Serikat Donald Trump terkait serangan ke kapal di Karibia.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Pertama-tama kita harus menghentikan genosida di Gaza. Kemanusiaan tidak bisa membiarkan satu hari pun genosida ini terjadi lagi," ujar Petro, dikutip Al Jazeera.

Profil Gustavo Petro

Gustavo Petro naik ke tampuk kekuasaan setelah menang pilpres pada Juni 202 dengan meraih 50,44 persen atau 11.2 juta suara.

Dalam visinya sebagai capres, Petro akan menghadapi skenario politik dan sosial yang kompleks. Misalnya tuntutan kuat perubahan agenda pemerintah dan kebijakan ekonomi yang bisa membawa negara itu pulih setelah dihantam pandemi Covid-19, demikian dikutip situs organisasi yang fokus ke penguatan demokrasi di Amerika Latin, Dorectorio Legislative.

Saat kampanye, Petro jadi perhatian internasional karena dia orang berhaluan kiri pertama yang bakal jadi presiden dan visi-misinya yang mengganggu pengusaha.

Petro sempat menganjurkan penciptaan ekonomi yang lebih hijau dengan menghapuskan ketergantungan pada ekstraksi minyak dan pertambangan batu bara lalu diganti dengan pariwisata serta industri berbasis pengetahuan.

Dia juga ingin menyeimbangkan persaingan ekonomi dengan menaikkan pajak bagi orang kaya untuk mendanai program-program pengentasan kemiskinan.

Selain itu, Petro juga sempat berjanji bakal melindungi Hutan Hujan Amazon, visi yang disambut riang oleh aktivis, dikutip Britannica.

Sebelum jadi presiden, Petro pernah menjabat sebagai anggota Dewan Perwakilan Rakyat Kolombia pada 1991.

Lalu pada 1994, saat nyawanya terancam, dia melarikan diri dari Kolombia dan menerima jabatan sebagai atase diplomatik di Brussel, Belgia.

Petro berada di Belgia hingga 1996. Di sela-sela tugas dan pelarian ini, dia menempuh pendidikan sarjana dan mengejar magister ekonomi dari Universitas Externado Kolombia dan Universitas Javeriana.

Sekembalinya dari Belgia, ia terpilih kembali menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat pada 1998 dan kembali menjabat pada 2002.

Empat tahun kemudian, Petro menjadi senator dan kerap mengkritik Presiden Alvaro Uribe.

Petro juga pernah mencalonkan diri sebagai presiden pada 2010, tetapi gagal dan hanya finis di posisi keempat.

Dua tahun kemudian ia memulai masa jabatan yang kontroversial sebagai wali kota Bogotá pada 2012--2015. Petro memperkenalkan sejumlah program sosial termasuk subsidi tarif air dan ongkos bus untuk warga kurang mampu.

Pada 2018, dia kembali mencalonkan diri sebagai presiden tetapi gagal. Empat tahun kemudian, dia kembali ikut kontestasi politik dan menang.

Petro lahir di Cienage de Oro Kolombia pada 19 April 1960.

Pernah jadi anggota kelompok pemberontak

Pada usia 17 tahun saat masih jadi mahasiswa di Universitas Externado Kolombia, Petro direkrut oleh kelompok gerilya 19th of April Movemenet (M-19 guerrilla movement).

Kelompok gerilyawan itu sering menggunakan tindakan "berani" seperti penculikan dan pembunuhan pada tahun 1976. penyerbuan gudang senjata Bogota pada 1979, hingga penculikan di Kedutaan Bogota untuk Republik Dominika pada 1980.

Meski Petro tak dikaitkan dengan tindakan-tindakan kekerasan ini, dia sering disebut berperan dalam menciptakan propaganda. Pada 1981 dia mengadopsi nama samaran "Aureliano" dengan tugas utama di M-19 untuk menimbun senjata curian.

Pada Oktober 1985 saat menyamar sebagai perempuan, Petro ditangkap dan dipenjara setelah kedapatan memiliki senjata api, bahan peledak rakitan, dan propaganda.

Dia kemudian dibebaskan dari tahanan, dan membantu mempromosikan perundingan damai antara M-19 dengan pemerintah Kolombia.

Pada tahun 1990, kelompok gerilya itu berubah menjadi partai politik sah bernama Alianza Democratica M-19 setelah mendapat amnesti dari Presiden Kolombia Virgilio Barco.

(isa/dna)

Read Entire Article
Berita Olahraga Berita Pemerintahan Berita Otomotif Berita International Berita Dunia Entertainment Berita Teknologi Berita Ekonomi