Diawali dari entry-level, hingga akhirnya merambah ke segmen yang mendekati flagship. Ya, kembalinya Motorola untuk bersaing di pasar smartphone Tanah Air cenderung konsisten, berikan pilihan perangkat dalam desain yang tidak mainstream. Yang terbaru adalah Motorola Edge 60 Pro, tawarkan fitur lebih komplit, dengan spesifikasi mendekati flagship.
Sebut saja chipset yang bisa cetak skor Antutu lebih dari 1 juta poin, setup kamera lengkap termasuk sensor telefoto (bahkan ultra-wide yang mendukung autofokus), hingga fast charging dengan dukungan wireless charging. Baterai besar? Ada. IP rating? Ada, bahkan dengan standar ketahanan militer, meski memiliki layar lengkung di sisi depannya.
Motorola Edge 60 Pro mencoba hadir untuk mereka yang tak ingin merogoh kocek terlalu dalam hingga lebih dari Rp10 juta, tetapi tetap bisa merasakan pengalaman flagship dalam balutan desain premium sekaligus anti-mainstream. Apakah selisih harga yang signifikan dari varian Fusion layak membuat opsi satu ini jadi pilihan Gizmo friends? Berikut review Motorola Edge 60 Pro selengkapnya.
Desain

Impresi pada bagian ini, kurang lebih sama dengan apa yang saya sampaikan terkait aspek desain dari Edge 60 Fusion. Menggunakan bahasa desain serupa, desain Motorola Edge 60 Pro kembali tampil cukup beda dibandingkan semua kompetitornya—lengkap dengan opsi warna nyentrik yang terkurasi oleh PANTONE. Cocok untuk kamu yang, well, ingin tampil beda.
Desainnya stylish, dengan modul kamera yang terlihat memiliki tonjolan seamless, lengkap bersama semua sisi yang dibuat melengkung sehingga terasa nyaman dan berikan efek tipis saat digenggam, dengan ketebalan 8,2mm. Bobot Motorola Edge 60 Pro hanya 186 gram, tergolong ringan untuk kapasitas baterai besar yang dibawa, namun di saat yang bersamaan masih terasa solid.
Meski, memang, berkat penggunaan material plastik pada sisi samping dan kulit dari silikon polimer pada bodi belakang, membuat Motorola Edge 60 Pro tidak berikan perasaan menggenggam se-premium opsi lain dengan material kaca serta metal. Namun tidak serta merta terasa kopong, alias masih solid. Terutama sudah membawa sertifikasi hingga IP69, maupun MIL-STD-810H yang membuatnya lebih tahan benturan.





Opsi warna PANTONE Shadow yang saya ulas, tergolong yang paling subtle di antara dua opsi warna ngejreng lainnya, namun tetap terlihat sleek dan berbeda dari kejauhan. Motorola memberikan hard cover sewarna bodi dalam paket penjualannya, menggunakan bahan daur ulang. Namun signifikan menurunkan kesan premium perangkat, sehingga selama mengulasnya, saya tak pernah gunakan case tambahan. Toh sudah mendapatkan sertifikasi militer.
Overall, desain Motorola Edge 60 Pro menjadi angin segar untuk Gizmo friends yang ingin tampil beda, lewat sebuah smartphone yang terasa dan terlihat ramping dengan semua lekukan yang dibawanya.
Baca juga: Review Motorola Edge 60 Fusion
Layar

Tak dapat dipungkiri, dibandingkan permukaan layar flat, layar dengan sudut lengkung di sisi tepinya memberikan impresi yang lebih premium nan mewah. Dan impresi tersebut kembali saya rasakan ketika melihat layar Motorola Edge 60 Pro yang memiliki luas 6,7 inci. Punya keempat sisi tepi yang tipis, sehingga terasa relatif ramping dalam genggaman.
Panel yang digunakan adalah P-OLED 120Hz, sudah mendukung warna 10-bit, standar HDR10+, hingga tingkat kecerahan maksimum sampai 4500 nits. Proteksi Gorilla Glass 7i juga hadir untuk membuatnya lebih tahan gores—saya hanya berharap bila Motorola memberikan lapisan pelindung layar pabrikan, mengingat jenis layar lengkung jauh lebih susah untuk dicarikan aksesori pihak ketiganya yang pas.

Selain itu semua, layar Motorola Edge 60 Pro benar-benar imersif dan bisa memanjakan mata, dan kamu juga bisa mengubah intensitas warna alias saturasinya sesuai selera. Dipasangkan dengan efek getar yang presisi, semakin membuat pengalaman penggunaan terasa seperti flagship. Sayangnya, tidak hanya pada Edge 60 Fusion, saya juga tidak menemukan opsi always on display pada Motorola Edge 60 Pro.
Agak sangat disayangkan, karena fitur tersebut juga semacam menjadi “pembeda” smartphone kelas menengah-atas dengan kelas entri. Meski memang, ada opsi edge lighting yang bisa nyalakan efek warna khusus di tepian layar, atau opsi wallpaper dinamisnya yang serasi untuk tonjolkan lengkung layar dari smartphone ini.
Kamera

Serupa, namun ditingkatkan. Bila dibandingkan dengan Edge 60 Fusion, setup kamera Motorola Edge 60 Pro dibuat lebih superior sekaligus lebih komplit. Sensor kamera utamanya memang masih sama, gunakan Sony LYT-700C 50MP OIS, dan sudah tersertfifikasi oleh PANTONE—disebut untuk memberikan akurasi warna yang lebih baik.
Sementara sensor ultra-widenya kini 50MP, gunakan sensor Samsung JNS, dan tetap mendukung autofokus. Yang menarik, ada tambahan sensor telefoto 10MP f/2.0 dengan OIS, gunakan jenis sensor yang sama seperti sejumlah flagship Galaxy S Series, memberikan 3x optical zoom.

Mari kita bahas sensor telefotonya lebih dulu. Ya, karena merupakan jenis sensor yang cukup lama dan belum berjenis periskop, kualitasnya terbilang masih belum setara sensor yang diusung oleh vivo V50, realme 13 Pro+, sampai OPPO Reno14. Tidak bisa dibilang jelek, hanya saja secara detail masih di bawahnya.
Begitu pula dengan kemampuan algoritma kamera Motorola untuk membuat hasil gambar lebih tajam saat gunakan zoom lebih dari 6x, belum sebaik OPPO dan vivo. Plus, dalam cukup banyak pencahayaan dan jarak obyek, Motorola Edge 60 Pro lebih memutuskan untuk gunakan sensor utama. Setidaknya, mode malam berfungsi otomatis, dan selama zoom maksimum 6x, masih bisa diandalkan.
Saya juga suka dengan bagaimana Motorola memberikan opsi mode portrait menggunakan besaran focal length, hingga 85mm. Separasi antara obyek utama dengan latar, tergolong oke saja. Bagaimana dengan sensor utamanya? Bisa dibilang berkualitas di segmennya, hasilkan warna yang memang lebih natural. Sementara sensor ultra-widenya terasa lebih baik dibandingkan opsi 8MP pada kompetitor.
Detailnya pas dengan bingkai foto tetap jelas, namun bila sudah memasuki pencahayaan indoor atau low-light, tentu akan menurun ketajamannya. Sedikit saya sayangkan adalah akurasi warna kamera termasuk warna kulit ketika di pencahayaan yang lebih tricky seperti indoor di dalam kafe atau bar. Oh ya, untuk kamera selfie 32MP di depan, meski fixed focus, bisa hasilkan detail relatif tajam termasuk saat low-light, dengan sudut pandang yang juga lebar.
Overall, kamera Motorola Edge 60 Pro cukup versatile, tawarkan sensor ultra-wide yang tergolong superior dengan resolusi tinggi plus kemampuan autofokus untuk foto makro. Meski memang, warna yang dihasilkan terkadang belum akurat, setidaknya punya saturasi yang pas, sehingga masih mudah untuk diolah dengan proses edit foto setelahnya.
Hasil foto lengkap dari kamera Motorola Edge 60 Pro, bisa Gizmo friends akses lewat album berikut ini.
Semua sensor kamera Motorola Edge 60 Pro mampu merekam video hingga resolusi maksimum 4K 30fps, dengan opsi stabilisasi aktif secara default. Kualitas dari sensor utama sudah pas untuk kebutuhan vlogging dan lainnya, sementara dari ultra-wide tergolong sangat stabil, asalkan kondisi pencahayaan berlimpah. Untuk telefoto, ada baiknya tak digunakan sembari banyak bergerak, atau saat low-light.
Fitur

Kurang lebih sama seperti pada Edge 60 Fusion, di mana Motorola Edge 60 Pro hadir membawa Hello UI berbasis Android 15, dan siap mendapatkan hingga tiga kali versi OS dan empat tahun pembaruan keamanan rutin. Meski tampilannya terlihat sangat clean mendekati Android murni, Motorola sematkan cukup banyak fitur ekstra yang, bisa dibilang, semua tersimpan rapi.
Kembali andalkan Moto AI, kamu bisa mengaksesnya secara instan baik dari tepi bawah layar, mengetuk 1/3 atas bodi belakang perangkat, atau dengan menekan tombol khusus di sisi kiri Motorola Edge 60 Pro—selain opsi Google Gemini yang bisa dengan menahan tombol kunci layar. Bedanya, Moto AI integrasikan AI dari Perplexity hingga CoPilot, membantu pengguna untuk meringkas notifikasi, memberikan pengingat dan sejumlah fitur lain.

Ada banyak sekali kustomisasi gestur yang diberikan dan bisa disesuaikan oleh kebutuhan pengguna, selain fitur Moto Secure yang bisa dimanfaatkan untuk kunci aplikasi, menyimpan file penting, sampai opsi tambahan seperti membuat tombol pin acak. Bagi pengguna Windows PC, fitur Smart Connect berikan sambungan yang seamless, baik untuk akses layar smartphone dari PC, hingga transfer data.
Bahkan ketika kamu menyambungkan Motorola Edge 60 Pro ke sebuah monitor, akan ada fitur setara Samsung DeX, di mana smartphone bakal berikan tampilan ala desktop PC, dan layar smartphone bisa dimanfaatkan sebagai kursor atau keyboard. Pada sektor audio, speaker stereo dengan Dolby Atmos-nya sudah bisa mengimbangi layarnya yang imersif, sehingga kebutuhan akses konten hiburan bisa terpenuhi secara maksimal.
Performa

Smartphone ini hadir dengan cip Dimensity 8350 Extreme dari MediaTek, membawa fabrikasi 4nm dan CPU octa-core dengan kecepatan tertinggi hingga 3,35GHz. Dipasangkan dengan RAM LPDDR5x dan penyimpanan UFS 4.0, seharusnya performa perangkat bakal kencang. Ditambah dengan embel-embel “Extreme” yang mengindikasikan adanya optimasi tambahan antara Motorola dan MediaTek. Apakah benar-benar ngebut?
Untuk multitasking, berpindah aplikasi, hingga menjalankan aplikasi berat seperti video editing, semua bisa dilibas dengan lancar bahkan relatif instan. Sedikit catatan hanya ketika smartphone lama tak digunakan alias dalam posisi stationary (semisal, setelah lama diletakkan di sebelah tempat tidur), saat membuka kunci layar, semua terasa lambat seolah baru menonaktifkan mode hemat daya. Dugaan saya, disengaja agar baterai lebih hemat.
Motorola sendiri tak sediakan opsi pengaturan performa tertentu di luar mode gaming, namun tentu fitur seperti adaptive battery dan lainnya bisa mempengaruhi poin di atas. Overall, performa Motorola Edge 60 Pro terasa sudah layak dan bisa diandalkan. Sementara untuk bermain game, di beberapa judul game berat tidak bisa dijalankan dalam fps tertinggi secara default, alias harus mengubah sejumlah konfigurasi/opsi lebih dulu.
Bodinya memang tidak pernah terasa panas berlebih, namun cukup sering terasa hangat bila memang digunakan untuk main game secara intensif—rasanya pemilihan material back cover membawa andil besar pada bagian ini. Dan untuk cegah panas berlebih, Motorola juga sepertinya sengaja berikan efek throttling. Sehingga ada baiknya gunakan aksesori seperti kipas eksternal bila memang ingin main game intensif dari Motorola Edge 60 Pro dengan visual yang terus lancar.
Baterai

Seperti banyak kompetitor di segmen harganya, Motorola sematkan kapasitas baterai besar ke dalam bodi smartphone ini, memanfaatkan teknologi silikon karbon terbaru. Dengan 6000 mAh, baterai Motorola Edge 60 Pro tergolong awet, bahkan terasa setara dengan sejumlah opsi lain yang tawarkan baterai 500 mAh lebih lega.
Rasanya Hello UI dan optimalisasi chipset berperan besar, ditambah dengan sejumlah “penyesuaian” lain seperti absennya AOD hingga mode standby yang sedikit lebih agresif untuk menghemat daya. Tak heran bila dalam pemakaian yang lebih ringan, bisa mencapai lebih dari dua hari pemakaian. Membuatnya pas untuk menemani aktivitas paling sibuk, hingga menjadi smartphone sekunder yang sangat awet ketika sedang tak digunakan.
Saat perlu isi daya, Motorola Edge 60 Pro mendukung pengisian instan hingga 90W, dengan adaptor charger yang sudah termasuk ke dalam paket penjualan. Mengisi 15 menit saja sudah bisa mencapai lebih dari 50%, sementara untuk mencapai penuh perlu waktu kurang lebih 50 menit. Sayangnya, walaupun sudah mendukung wireless charging 15W, masih belum dengan reverse wireless charging. Sehingga tak bisa manfaatkan baterai Motorola Edge 60 Pro untuk isi daya perangkat lain secara nirkabel.
Kesimpulan

Sejatinya opsi smartphone Rp7 jutaan tidak selalu banyak. Namun dalam periode yang sama dan kebetulan, Motorola Edge 60 Pro memiliki cukup banyak kompetitor yang tawarkan keunggulan masing-masing. Mulai dari performa yang lebih kencang saat gaming, kualitas kamera lebih baik termasuk sensor telefotonya, atau desain yang tidak kalah tipis sekaligus ringan.
Meski begitu, Motorola Edge 60 Pro hadir dengan tongkrongan yang memang berbeda—pasti terlihat berbeda meski dari kejauhan, terutama dengan opsi warna lebih ngejreng. Fiturnya pun komplit, mulai dari fitur AI hingga pendukung produktivitas. Setup sensor kamera lengkap, pun membawa dukungan wireless charging (meski belum bisa secara reverse untuk isi perangkat lain).
Sah-sah saja bila Gizmo friends mendambakan opsi yang satu ini sebagai alternatif. Namun pastikan kamu membelinya dalam harga terbaik, mengingat sejak kehadiran seri G45, harga jual di e-commerce alias toko non-resmi selalu lebih terjangkau, bahkan terpaut cukup jauh, yang pada akhirnya membuat Motorola Edge 60 Pro lebih layak jadi pilihan.
Eksplorasi konten lain dari Gizmologi.id
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.