TikTok Dijual ke Investor AS, China Pertahankan Algoritma

3 hours ago 3

Selular.id – Pemerintahan Trump kembali mengklaim telah mencapai kesepakatan dengan China untuk menjual TikTok kepada investor Amerika Serikat. Namun, kali ini, China turut mendukung klaim tersebut, meski hanya sebagian. Menurut sumber dari China, kedua belah pihak telah mencapai “konsensus kerangka dasar” yang mencakup pemberian lisensi untuk algoritma TikTok dan hak kekayaan intelektual lainnya. Jika dicermati lebih dalam, hal ini menunjukkan bahwa kedua pihak belum membicarakan detail spesifik, dan sekali lagi, tenggat waktu 17 September kemungkinan akan diperpanjang agar semua pihak dapat menyelesaikan rincian kesepakatan.

Selain itu, kesepakatan ini juga harus mendapatkan persetujuan dari Kongres AS. Beberapa sumber yang familiar dengan masalah ini mengungkapkan bahwa versi aplikasi TikTok untuk AS telah dikembangkan sejak beberapa waktu lalu, sebagai antisipasi dari kesepakatan ini. Versi ini diharapkan dapat memastikan bahwa konten yang dihasilkan oleh pengguna Amerika dapat menjangkau pengguna global, dan sebaliknya.

Sayangnya, hingga saat ini belum diketahui secara pasti investor atau perusahaan mana yang akan membeli TikTok. Sebelumnya, pada Maret dan April, beredar rumor bahwa Amazon dan beberapa perusahaan lain sedang melakukan penawaran untuk mengakuisisi platform media sosial tersebut. Meski demikian, belum ada konfirmasi resmi mengenai hal ini.

Perkembangan ini terjadi di tengah meningkatnya ketegangan antara AS dan China terkait keamanan data dan pengaruh teknologi. Sebelumnya, TikTok sempat menghadapi tekanan dari pemerintah AS terkait kekhawatiran akan akses data pengguna oleh pihak China. Langkah ini dianggap sebagai upaya untuk meredakan ketegangan sekaligus memastikan keberlanjutan operasional TikTok di pasar AS.

China may finally sell TikTok to US investors but keep the algorithm

Meski demikian, kesepakatan ini masih menyisakan sejumlah pertanyaan, terutama terkait mekanisme pembagian algoritma dan hak kekayaan intelektual. Algoritma TikTok merupakan komponen kunci yang membuat platform ini begitu sukses dalam merekomendasikan konten kepada pengguna. Jika China mempertahankan kendali atas algoritma tersebut, hal ini dapat memengaruhi cara TikTok beroperasi di bawah kepemilikan baru.

Selain itu, kesepakatan ini juga berpotensi memengaruhi bisnis e-commerce yang dijalankan oleh TikTok, seperti TikTok Shop. Sebelumnya, TikTok Shop telah menjadi platform yang cukup populer di kalangan pelaku UMKM dan affiliate marketer. Namun, kebijakan baru yang diterapkan oleh platform, seperti penerapan biaya per pesanan, sempat menuai pro dan kontra.

Di sisi lain, kesepakatan ini juga dapat membuka peluang baru bagi TikTok untuk memperluas jangkauannya di pasar global. Dengan dukungan investor AS, TikTok mungkin dapat lebih mudah beradaptasi dengan regulasi dan preferensi pasar lokal. Hal ini sejalan dengan upaya platform untuk terus meningkatkan layanannya, termasuk fitur Shopping Center yang dijanjikan dapat meningkatkan penjualan.

Meski demikian, proses akuisisi ini masih harus melalui berbagai tahap persetujuan, termasuk dari regulator AS dan China. Selain itu, detail teknis mengenai pembagian hak kekayaan intelektual dan operasional platform masih perlu dibahas lebih lanjut. Jika kesepakatan ini benar-benar terealisasi, hal ini dapat menjadi contoh bagaimana dua negara dengan kebijakan teknologi yang berbeda dapat bekerja sama dalam mengelola platform digital global.

Perkembangan terbaru ini juga menunjukkan bahwa meskipun ada ketegangan geopolitik, kepentingan bisnis dan teknologi sering kali menjadi pendorong utama dalam mengambil keputusan. TikTok, sebagai salah satu platform media sosial terpopuler di dunia, memiliki nilai strategis yang tidak hanya bersifat ekonomi, tetapi juga politik dan budaya.

Ke depan, kesepakatan ini dapat memengaruhi bagaimana platform media sosial global diatur dan dioperasikan. Jika TikTok berhasil diakuisisi oleh investor AS dengan tetap mempertahankan sebagian hak kekayaan intelektual di tangan China, hal ini dapat menjadi preseden bagi kerja sama serupa di masa depan.

Sementara itu, para pengguna TikTok, terutama di Indonesia, mungkin akan terus memantau perkembangan ini. Mengingat TikTok tidak hanya digunakan untuk hiburan, tetapi juga sebagai platform bisnis, seperti yang tercermin dari peningkatan penjualan produk tertentu melalui platform ini. Perubahan kepemilikan dan kebijakan baru dapat memengaruhi bagaimana TikTok digunakan oleh berbagai kalangan.

Dengan tenggat waktu 17 September yang semakin dekat, semua pihak akan terus memantau bagaimana proses negosiasi ini berjalan. Apakah kesepakatan akan benar-benar terealisasi, atau justru diperpanjang kembali, masih menjadi tanda tanya besar.

Read Entire Article
Berita Olahraga Berita Pemerintahan Berita Otomotif Berita International Berita Dunia Entertainment Berita Teknologi Berita Ekonomi