Timnas Indonesia Diajarin Main Bola

1 day ago 5

Jakarta, CNN Indonesia --

Jika bicara timnas Jepang, kita sudah tidak bisa berbicara tim langganan Piala Dunia. Jika kita berbicara mengenai timnas Jepang, maka kita harus bicara mengenai calon juara Piala Dunia.

Kekalahan telak 0-6 dari Jepang di Stadion Suita, Osaka, Selasa (10/6), merupakan tamparan besar bagi Timnas Indonesia. Kekalahan itu juga menjadi bukti bahwa level Indonesia belum sampai ke Piala Dunia.

Level Jepang mungkin 3-4 level di atas Timnas Indonesia. Jepang tahu bagaimana caranya bermain sepak bola dengan baik, baik dalam menyerang dan bertahan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jepang tahu bagaimana cara menyerang dengan baik. Saat menyerang para pemain membuka ruang, terus bergerak, mengalirkan bola. Setiap pemain Jepang tahu di mana dan akan ke mana rekan setimnya bergerak.

Selain itu Jepang seakan-akan tahu di mana titik lemah Timnas Indonesia. Terbukti dari 21 tembakan yang dilepaskan Jepang, 19 di antaranya terjadi di dalam kotak penalti. Hal itu membuktikan betapa mudahnya lini pertahanan Indonesia dibongkar.

Enam gol yang bersarang di gawang Emil Audero, semuanya tercipta melalui tembakan dari dalam kotak penalti. Keenam gol itu terjadi secara textbook, terjadi lewat skema yang sederhana.

Hampir seluruh gol Jepang tercipta melalui serangan dari sisi kanan pertahanan Indonesia. Tim asuhan Hajime Moriyasu sadar sisi kanan, yang dikawal Mees Hilgers, Kevin Diks, hingga Yakob dan Yance Sayuri menjadi titik lemah.

Sementara dua gol lainnya tercipta berkat kualitas hebat pemain Jepang. Pertama saat Daichi Kamada mencetak gol ketiga dengan mengelabui Jay Idzes dan Hilgers, dan Shuto Machino saat mencetak gol kelima usai menerima umpan cungkil Takefusa Kubo.

Umpan-umpan yang dilakukan Jepang sangat berbobot. Sepanjang 90 menit, akurasi umpan Jepang mencapai 90,4 persen. Bahkan di lini pertahanan Indonesia, akurasi umpan tim asuhan Hajime Moriyasu mencapai 85,2 persen.

Indonesia's Mees Hilgers (L) tries to defend as Japan's forward Shuto Machino scores his team's fifth goal during the World Cup Asian qualifier Group C football match between Japan and Indonesia in Osaka on June 10, 2025. (Photo by JIJI PRESS / AFP)Foto: JIJI PRESS / AFP
Timnas Jepang membongkar pertahanan Indonesia dengan sangat mudah. (JIJI PRESS / AFP)

Bukan hanya rapih dalam menyerang, Jepang juga sangat bagus dalam transisi bertahan. Ketika Indonesia menguasai bola, dengan cepat pemain Jepang berhasil merebut bola. Pressing yang dilakukan Jepang sangat tinggi.

Hampir tidak pernah pemain Jepang melakukan pelanggaran saat merebut bola dari kaki pemain Indonesia. Tim Samurai Biru hanya melakukan 6 pelanggaran sepanjang pertandingan.

Jepang bermain dengan strategi yang pasti. Hajime Moriyasu pantas bangga melihat pemain pelapis Jepang. Ulangi. Pemain lapis Jepang berhasil menjalankan strategi Moriyasu dengan tepat hingga mengacak-acak pertahanan Indonesia.

Sebaliknya, Timnas Indonesia lebih sering mengejar bola. Dengan 29 persen penguasaan bola, para pemain Garuda lebih banyak mengejar bola dan bayangan lawan.

Entah strategi Patrick Kluivert yang salah atau para pemain yang tidak benar menjalankan perintah pelatih, tapi Timnas Indonesia seperti bermain tanpa arah.

Jarak antar pemain di setiap lini terlalu jauh. Tidak pernah ada serangan yang benar-benar mengancam, bahkan tanpa shot on target. Selain itu akurasi umpan silang Indonesia 0 persen.

Terlihat jelas perbedaan level kualitas antara Jepang dan Indonesia. Yang satu sudah mulai mencapai status calon juara di setiap perhelatan Piala Dunia, yang satu masih berusaha lolos ke Piala Dunia.

Yang satu sudah menduduki peringkat 15 dunia, yang satu masih berada di posisi 123 dunia dan berusaha tembus 100 besar.

Bersambung ke halaman kedua >>>


Read Entire Article
Berita Olahraga Berita Pemerintahan Berita Otomotif Berita International Berita Dunia Entertainment Berita Teknologi Berita Ekonomi