Api Perjuangan Pahlawan Islam Sulawesi, dari Karaeng Matoaya hingga Opu Daeng Risadju

1 month ago 12

Kolase foto para pahlawan pejuang kemerdekaan Sulawesi.

Oleh: Desy Selviana
(Pustakawan)

Menjelang peringatan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia ke-80, ingatan kita kembali tertuju pada perjuangan para pahlawan, khususnya tokoh-tokoh Islam dari Sulawesi.

Mereka tidak hanya berdakwah dengan hikmah, tetapi juga berjuang menentang penjajah. Jejak mereka adalah perpaduan dakwah, diplomasi, dan perlawanan bersenjata yang menjadi bagian dari pondasi kemerdekaan Indonesia.

Pada 22 September 1605, sejarah besar dimulai ketika Karaeng Matoaya I Malingkang Daeng Manyonri’—Raja Tallo sekaligus mangkubumi Kerajaan Gowa—memeluk Islam dan bergelar Sultan Abdullah Awwalul Islam. Bersama keponakannya, I Manggarangi Daeng Manrabia yang kemudian bergelar Sultan Alauddin, ia mempersatukan Gowa-Tallo menjadi kekuatan politik, militer, dan perdagangan yang tangguh di timur nusantara.

Islam dijadikan agama resmi kerajaan dan disebarkan ke kerajaan-kerajaan sekitar. Persatuan ini bukan hanya memperkuat identitas keagamaan, tetapi juga membangun daya tawar politik yang kelak menjadi modal dalam menghadapi kolonialisme.

Beberapa dekade kemudian, tepatnya pada 12 Januari 1631, lahirlah Sultan Hasanuddin, putra Sultan Gowa ke-15. Ketika naik takhta, hubungan Gowa dan VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie) memanas akibat penolakan terhadap monopoli perdagangan.

Puncak ketegangan terjadi pada 7 Juli 1667, ketika pertempuran sengit pecah melawan VOC dan sekutunya, termasuk Aru Palaka dari Bone. Meski Perjanjian Bongaya ditandatangani pada 18 November 1667, VOC tetap melanggar kesepakatan dan melemahkan posisi Gowa.

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:

Read Entire Article
Berita Olahraga Berita Pemerintahan Berita Otomotif Berita International Berita Dunia Entertainment Berita Teknologi Berita Ekonomi