CNN Indonesia
Rabu, 11 Des 2024 00:39 WIB
Jakarta, CNN Indonesia --
Pembalap Astra Honda Racing Team, Mohammad Adenanta Putra, mengaku takut kebut-kebutan di jalan raya meski biasa memacu sepeda motor dengan kecepatan tinggi di sirkuit.
Rider kelas SS600 di Asia Road Racing Championship (AARC) itu menyebut medan sesungguhnya pembalap adalah di lintasan bukan di jalanan.
"Sebenarnya feeling saya sama saja membawa sepeda motor balap dan sepeda motor biasa. Tapi, kalau di jalan raya justru saya takut kalau ngebut. Jadi kalau mau ngebut, di sirkuit saja," kata Adenanta di Jakarta, Selasa (10/12).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pembalap berbakat asal Magetan itu juga ngeri melihat balapan liar di jalanan. Menurutnya, hal utama yang membuat trek-trekan mengerikan adalah tidak ada standar keamanan selama lomba. Karena itu, sejak 6 tahun Adenata menyalurkan kecintaannya pada motorsport di lintasan yang sebenarnya.
"Saya melihat balapan liar itu juga takut karena tidak ada pengaman. Kalau ada kenapa-kenapa, kemungkinan besar fatal. Saya tidak tertarik mencoba balapan [liar] itu," ucapnya.
Meski balapan resmi lebih aman, lanjutnya, bukan berarti mengaspal di sirkuit tanpa risiko besar. Ia menyebut berkali-kali pernah cedera parah akibat terpelanting dari motor.
"Paling sering cedera itu patah tulang. Macam-macam tulangnya, ada bahu, pergelangan tangan, kaki, dan lain-lain. Pemulihannya juga lama," kata dia.
Lebih lanjut, pembalap 20 tahun itu mengaku sudah mendalami antisipasi kecelakaan di sirkuit. Ia mengatakan, seorang pembalap harus bisa berpikir cepat ketika insiden terjadi karena tidak ada latihan khusus dalam menyikapi crash.
"Pembalap yang penting itu harus tahu harus berbuat apa ketika crash. Sebisa mungkin lepas dari motor ketika jatuh, tidak boleh bertahan di motor karena itu justru bahaya," ujarnya.
"Ketika badan kita lepas dari motor, bentuk tubuh sekecil mungkin seperti meringkuk untuk mengurangi benturan ke badan. Itu tidak ada latihannya. Kami diberi teorinya tapi praktiknya itu benar-benar ketika jatuh," ia menambahkan.
(ikw/sry)