Jakarta, Gizmologi – Blibli menghadirkan kampanye baru #NoBlablaDiBlibli di akhir tahun 2025 ini, untuk mengatasi masalah post-purchase dari pengguna. Masalah ini ditemukan melalui survei yang dilakukan oleh Kumparan pada Juli-Agustus.
Pengalaman industri digital saat ini masih mengalami tantangan terbesar saat memilih atau membayar. Tantangan justru muncul setelah keputusan dibuat.
“Kami melihat bahwa tantangan konsumen hari ini bukan lagi soal banyaknya pilihan, tetapi soal apa yang terjadi setelah transaksi selesai. Konsumen membutuhkan kepastian, kejelasan, dan rasa aman sepanjang proses. Bagi kami, pengalaman digital yang baik bukan hanya soal kecepatan, tetapi tentang bagaimana kepercayaan dijaga sampai akhir,” ujar Nazrya Octora, Head of PR Blibli.
Baca Juga: Blibli Store Hadirkan The New Apple Shop, Pengalaman Belanja Premium
Survei Sebut 64% Masalah Terjadi di Blibli Pada Fase Post-Purchase

Survei Kumparan menyebut dari berbagai kategori e-commerce, 6 dari 10 konsumen mengaku pernah mengalami kendala saat berbelanja. Di beberapa kategori, angkanya bahkan lebih tinggi, marketplace mencapai 91%, supermarket online 84%, Home & Living 81%, dan online travel agent 78%.
Yang menarik, sebagian besar kendala tersebut justru muncul setelah pembayaran dilakukan. Sekitar 64% masalah terjadi di fase post-purchase, mulai dari barang yang tidak sesuai, pengiriman terlambat, produk rusak, hingga proses pengembalian yang tidak sederhana.
Data ini menegaskan satu hal yaitu di tengah banyaknya pilihan dan kemudahan transaksi, konsumen semakin membutuhkan kepastian setelah keputusan dibuat. Di sinilah jeda menjadi relevan bukan untuk menunda, tetapi untuk memilih dengan lebih sadar dan bisa mengatasi masalah post-purchase.

Oleh karena itu kampanye #NoBlablaDiBlibli lahir dengan empat jaminan utama. Yaitu adalah Pasti Ori, Jaminan Tepat Waktu, Gratis Perlindungan Lengkap, dan Retur Alasan Apa Pun.
Fokusnya bukan sekadar mendorong transaksi, melainkan memastikan konsumen tetap merasa aman dan tenang hingga barang benar-benar diterima. Serta bisa mengatasi masalah post-purchase. Pendekatan yang sama juga terasa di tiket.com.
Dalam dunia perjalanan yang penuh ketidakpastian, survei Kumparan mencatat 51% konsumen OTA menilai fase post-purchase sebagai titik paling krusial. Perubahan jadwal, pembatalan mendadak, hingga proses refund sering menjadi sumber kekhawatiran.

Melalui fitur 100% Refund dan Reschedule, perlindungan gangguan penerbangan, serta layanan customer care 24 jam. tiket.com berupaya memastikan perjalanan tetap terasa nyaman, bahkan ketika rencana harus berubah.
Untuk kebutuhan harian, Ranch Market memaknai kepercayaan sebagai fondasi utama. Data menunjukkan 68% kendala di supermarket online terjadi setelah pembelian, terutama terkait kualitas produk segar dan ketepatan pengiriman.
Sementara itu, di kategori Home & Living, Dekoruma memahami bahwa furnitur bukan keputusan impulsif, melainkan investasi jangka panjang. Tak heran jika 81% konsumen Home & Living pernah mengalami kendala, terutama terkait pengiriman dan kondisi produk.
“Ekosistem Blibli Tiket hadir untuk memberikan kepastian sejak awal mulai dari produk, proses, hingga layanan purnajual sehingga apa pun cara konsumen berbelanja, rasa aman tetap terjaga sampai akhir. Bagi kami, pengalaman digital yang baik bukan hanya soal kecepatan, tetapi tentang bagaimana kepercayaan dijaga secara konsisten,” ungkap Nazrya.
Eksplorasi konten lain dari Gizmologi.id
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.











































