LinkedIn Targetkan 18 Juta Email Non-Pengguna untuk Iklan

2 days ago 6

Selular.id – LinkedIn mengonfirmasi telah mengumpulkan data sekitar 18 juta alamat email dari pengguna non-LinkedIn untuk keperluan kampanye iklan.

Platform profesional tersebut menggunakan teknik retargeting dengan memanfaatkan database email yang diperoleh dari berbagai sumber eksternal untuk memperluas jangkauan pemasaran digital mereka.

Praktik ini terungkap melalui investigasi internal yang dilakukan tim keamanan siber independen. Mereka menemukan bahwa LinkedIn membuat profil iklan terpisah untuk pemilik email yang belum pernah mendaftar atau aktif di platform mereka.

Data tersebut kemudian digunakan untuk menampilkan iklan bertarget melalui jaringan periklanan yang terhubung dengan LinkedIn.

Perusahaan mengakui penggunaan teknik ini dalam pernyataan resmi mereka. “Kami memang mengembangkan strategi pemasaran yang mencakup audiens potensial di luar basis pengguna aktif LinkedIn.

Namun, semua aktivitas ini tetap mematuhi regulasi perlindungan data yang berlaku,” jelas juru bicara LinkedIn dalam komunikasi tertulisnya.

email app

Teknik pemasaran yang diterapkan LinkedIn ini termasuk dalam kategori programmatic advertising, di mana platform secara otomatis membeli ruang iklan dan menargetkan pengguna berdasarkan data perilaku.

Sistem ini memungkinkan pengiklan mencapai calon pelanggan yang lebih spesifik meskipun mereka belum berinteraksi langsung dengan brand tersebut.

Industri periklanan digital memang semakin mengandalkan data untuk meningkatkan efektivitas kampanye. Seperti yang pernah diungkapkan dalam laporan Symantec Berikan Perlindungan Maksimal Pada Office 365, perlindungan data menjadi aspek krusial dalam ekosistem digital modern.

Implikasi Terhadap Privasi Pengguna

Praktik yang dilakukan LinkedIn ini memunculkan pertanyaan serius mengenai batasan penggunaan data pribadi untuk keperluan komersial.

Meskipun perusahaan menyatakan kepatuhan terhadap regulasi, banyak pakar digital yang mempertanyakan etika pengumpulan data tanpa persetujuan eksplisit dari pemilik email.

Dalam ekosistem digital yang semakin terhubung, perlindungan data menjadi isu sentral. Seperti yang diungkapkan dalam artikel Dengan Berstiker Khusus Beli Produk Apple di Blibli Gratis 12 Bulan Perlindungan, konsumen semakin sadar akan pentingnya keamanan data dan privasi online.

Regulator di berbagai negara mulai memperketat pengawasan terhadap praktik-praktik pemasaran digital. Uni Eropa melalui GDPR (General Data Protection Regulation) telah menetapkan standar ketat untuk perlindungan data, sementara di Amerika Serikat, berbagai negara bagian mengembangkan regulasi serupa.

Respons dan Langkah Ke Depan

LinkedIn menyatakan komitmennya untuk terus meninjau dan memperbarui kebijakan privasi mereka. Perusahaan berjanji akan memberikan transparansi lebih besar kepada pengguna mengenai bagaimana data mereka digunakan, termasuk opsi untuk memilih keluar dari program iklan tertentu.

Platform profesional ini juga mengembangkan teknologi yang lebih canggih untuk memastikan compliance dengan berbagai regulasi privasi data global.

Mereka berencana memperkuat sistem enkripsi dan menerapkan mekanisme consent management yang lebih robust.

Industri periklanan digital diprediksi akan terus berkembang dengan pendekatan yang lebih berfokus pada etika data. Banyak perusahaan teknologi besar mulai mengadopsi prinsip-prinsip privacy by design dalam pengembangan produk dan layanan mereka.

Ke depan, kolaborasi antara regulator, perusahaan teknologi, dan masyarakat sipil akan menentukan standar baru dalam praktik pemasaran digital.

Keseimbangan antara efektivitas iklan dan penghormatan terhadap privasi pengguna menjadi tantangan utama yang harus dihadapi seluruh pemain di industri ini.

Read Entire Article
Berita Olahraga Berita Pemerintahan Berita Otomotif Berita International Berita Dunia Entertainment Berita Teknologi Berita Ekonomi