CNN Indonesia
Rabu, 06 Nov 2024 23:21 WIB
Jakarta, CNN Indonesia --
Turnamen MilkLife Soccer Challenge Jakarta Seri 2 dapat jadi salah satu jawaban dari kekhawatiran tentang masa depan sepak bola putri di Indonesia.
Ajang yang diikuti lebih dari 100 sekolah dasar di seluruh Jakarta ini melombakan tim-tim putri. Ada dua kategori yang digelar yakni U-10 (31 tim) dan U-12 (88 tim).
Rangkaian turnamen dimulai pada Rabu (6/11) di Kingkong Soccer Arena untuk kategori U-12. Seluruh tim harus bersaing di babak kualifikasi demi melaju ke putaran final yang dimulai pada Kamis (7/11).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mengingat peserta masih dari kategori anak-anak, alhasil rata-rata peserta didampingi oleh orangtua. Salah satunya adalah Herty, orangtua dari Putri yang bersekolah di SDN Pekayon 09 Pagi.
Mengendarai sepeda motor sejak pukul 06.00 pagi WIB, Herty ingin menyaksikan langsung sang anak tampil di kompetisi yang baru pertama kali diikuti. Rasa antusias sekaligus khawatir berkecamuk di dalam diri Herty.
"Kekhawatiran tentu ada. Bagaimanapun, ini pertama kalinya anak saya ikut kompetisi. Saya bawa sepeda motor ke sini dari jam 06.00 pagi mengikuti mobil rombongan tim sekolah anak saya untuk nonton langsung," kata Herty kepada CNNIndonesia.com, Rabu (6/11).
"Kekhawatiran lainnya itu, kita tidak tahu bagaimana masa depan sepak bola putri. Tapi yang penting anaknya mau dulu untuk ikut, bukan saya yang suruh. Anaknya sendiri yang tertarik karena ikut ekstrakulikuler sepak bola di sekolah," ia menambahkan.
Suasana hati serupa juga dirasakan oleh pelatih SDN Pekayon 09 Pagi, Teguh Firmansyah. Ia sadar sepak bola putri belum seperti sepak bola putra di Indonesia. Tapi dari MilkLife Socer Challenge ini, terselip harapan lahir pesepakbola wanita hebat di masa depan.
"Ajang ini sangat bagus, karena kita sama-sama tahu bahwa masih ada anggapan bahwa perempuan main sepak bola itu hal tabu. Tapi dari turnamen ini, harapan saya pendapat seperti itu bisa hilang," ucap Teguh.
"Kami berpikir, olahraga itu terbuka untuk laki-laki dan perempuan. Karena itu kompetisi khusus untuk perempuan sangat penting, apalagi anak-anak karena bisa melahirkan bibit unggul atlet," ia melanjutkan.
Lebih lanjut, Teguh menceritakan dinamika mendidik pemain untuk bisa berkompetisi. Menurutnya, mengasah kemampuan anak-anak sangat berbeda dengan pemain dewasa.
"Tentu sangat berbeda. Anak-anak suka mudah bad mood kalau latihan. Kami harus paham. Pendekatannya juga harus lebih sabar," katanya.
"Program latihan juga tidak bisa berat-berat. Karena itu, pelatih biasanya menyusun program yang lebih banyak permainan," ia menambahkan.
(ikw/jal)