
Oleh: Mustamin Raga (Pemerhati Masalah Sosial-Politik)
DALAM sejarah politik modern, selalu ada godaan bagi artis untuk melangkah ke panggung kekuasaan. Popularitas yang mereka raih di layar kaca, panggung hiburan, atau dunia musik dianggap sebagai tiket instan menuju kursi parlemen. Rakyat yang sudah akrab dengan wajah dan nama mereka cenderung memberikan kepercayaan, berharap bahwa pesona di dunia hiburan bisa berubah menjadi ketulusan dalam memperjuangkan nasib rakyat banyak.
Namun, apa yang sering terjadi justru sebaliknya: artis yang masuk ke politik kerap kesulitan menanggalkan gaya lamanya. Mereka masih berbicara seperti ketika diwawancara infotainment, masih tampil dengan aura selebritas yang haus sorotan kamera, bahkan masih menampilkan sikap yang lebih mirip pertunjukan daripada kepemimpinan.
Fenomena ini bukan hanya khas Indonesia. Di Italia, nama Ilona Staller atau lebih dikenal dengan Cicciolina sempat menggemparkan dunia pada akhir 1980-an. Ia, seorang bintang film panas, berhasil masuk ke parlemen Italia dengan modal sensasi dan popularitas. Namun, ketika sudah duduk di kursi legislator, perilaku dan penampilannya tetap seperti panggung hiburan: provokatif, penuh sensasi, dan jauh dari wibawa seorang pejabat negara. Rakyat Italia akhirnya mencibir, dan Cicciolina dikenang bukan sebagai negarawan, melainkan sebagai simbol betapa rapuhnya demokrasi ketika hanya bertumpu pada popularitas.
Contoh lain datang dari Filipina. Joseph Estrada, seorang aktor film laga yang dicintai rakyat karena sering memerankan tokoh “pembela wong cilik”, berhasil melesat menjadi Presiden Filipina pada 1998. Akan tetapi, gaya kepemimpinan Estrada tetap seperti artis: glamor, dikelilingi lingkaran selebritas, dan penuh gaya hidup mewah. Kasus korupsi besar yang melibatkannya memicu kemarahan rakyat. Gerakan People Power II menggulingkannya dari kursi kepresidenan pada 2001, sebuah penghinaan politik yang meninggalkan luka dalam bagi demokrasi Filipina. Estrada akhirnya menjadi contoh pahit bagaimana popularitas di dunia hiburan tidak menjamin keberhasilan di dunia politik.
Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di: