Jakarta, Gizmologi – Qualcomm tampaknya belum puas hanya menjadi pemain utama di dunia ponsel. Setelah memperkenalkan seri Snapdragon X2 sebagai prosesor untuk laptop berbasis Windows pada September lalu, perusahaan asal San Diego ini dikabarkan mulai mengembangkan dukungan Android untuk chipset tersebut. Langkah ini secara tidak langsung membuka jalan bagi kemunculan generasi baru komputer berbasis Android sesuatu yang belum pernah benar-benar berhasil dalam sejarah industri.
Rencana ini muncul di tengah rumor tentang rencana Google untuk menggabungkan Android dengan ChromeOS, menciptakan sistem operasi terpadu untuk berbagai perangkat, termasuk laptop. Jika benar terjadi, kolaborasi antara Google dan Qualcomm bisa menjadi momentum besar bagi evolusi sistem operasi mobile yang selama ini hanya terbatas pada smartphone dan tablet. Namun di sisi lain, sejarah menunjukkan bahwa laptop berbasis Android sering kali gagal menembus pasar, terutama karena pengalaman pengguna yang terasa “setengah matang”.
Dengan performa tinggi dari Snapdragon X2, Qualcomm jelas memiliki peluang untuk mengubah narasi itu. Namun, keberhasilan proyek ini tidak akan ditentukan oleh kekuatan hardware saja. Pengalaman software mulai dari antarmuka pengguna, manajemen aplikasi, hingga dukungan produktivitas yang akan menjadi faktor penentu apakah laptop Android benar-benar bisa menjadi alternatif serius bagi Windows atau macOS.
Snapdragon X2 dan Potensi Laptop Android

Seri Snapdragon X2 sendiri merupakan generasi lanjutan dari prosesor laptop berbasis ARM buatan Qualcomm, yang sebelumnya digunakan pada perangkat Windows on ARM seperti Surface Laptop. Chip ini dirancang dengan arsitektur CPU Oryon dan GPU Adreno X1, menjanjikan efisiensi daya tinggi dan performa AI hingga 50 TOPS, setara dengan beberapa prosesor terbaru dari Apple dan Intel.
Dalam konteks laptop Android, prosesor ini menawarkan kombinasi menarik: daya tahan baterai panjang, suhu operasi rendah, dan kemampuan komputasi AI yang semakin penting untuk tugas produktivitas modern. Jika Qualcomm benar-benar membawa X2 ke perangkat Android, bukan tidak mungkin kita akan melihat laptop ringan dengan daya tahan baterai hingga 20 jam dan kinerja yang cukup untuk multitasking intensif.
Namun, tantangan terbesar bukan di sisi hardware. Ekosistem aplikasi Android belum benar-benar siap untuk produktivitas desktop. Banyak aplikasi yang belum dioptimalkan untuk layar besar dan input berbasis keyboard atau mouse, membuat pengalaman pengguna masih terasa seperti “tablet yang diperbesar”. Tanpa upaya serius dari Google untuk menata ulang Android agar lebih fungsional di laptop, Snapdragon X2 bisa saja menjadi sekadar mesin bertenaga tinggi yang tidak dimanfaatkan secara maksimal.
Antara Harapan Baru dan Deja Vu Lama
Langkah Qualcomm ini jelas menarik, tetapi juga terasa seperti eksperimen lama yang diulang. Beberapa tahun lalu, berbagai produsen mencoba menghadirkan laptop Android, dari Asus Transformer hingga HP Slatebook, dan semuanya berakhir dengan hasil serupa: performa bagus, tapi pengalaman pengguna tidak memenuhi ekspektasi. Google kemudian beralih fokus ke ChromeOS, yang ternyata justru lebih sukses di segmen pendidikan dan pasar entry-level.
Kini, dengan rumor penggabungan Android dan ChromeOS, proyek ini tampak lebih matang dari upaya sebelumnya. Android memiliki basis aplikasi yang jauh lebih luas, sementara ChromeOS punya fondasi sistem yang ringan dan terstruktur. Jika keduanya benar-benar digabung dan dioptimalkan untuk prosesor ARM seperti Snapdragon X2, kita mungkin akan melihat era baru laptop yang lebih efisien dan terintegrasi dengan ekosistem mobile.
Namun, seperti biasa, “jika” adalah kata kunci besar di sini. Qualcomm bisa saja menyiapkan hardware terbaik, tetapi jika Google gagal merancang pengalaman pengguna yang solid, proyek ini akan bernasib sama seperti laptop Android di masa lalu, menarik di atas kertas, tapi sulit untuk direkomendasikan di dunia nyata. Selain itu, keberhasilan laptop Android juga akan bergantung pada dukungan developer untuk menyesuaikan aplikasi mereka dengan lingkungan yang lebih menyerupai PC.
Keputusan Qualcomm untuk memperluas dukungan Snapdragon X2 ke Android bisa menjadi langkah strategis yang membuka babak baru dalam dunia komputasi portabel. Dengan performa tinggi, efisiensi daya, dan dukungan AI, chip ini memiliki semua potensi untuk mendorong lahirnya laptop Android yang benar-benar layak digunakan sehari-hari. Tapi seperti halnya semua upaya lintas platform sebelumnya, keberhasilan proyek ini akan bergantung pada satu hal: software experience.
Eksplorasi konten lain dari Gizmologi.id
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.















































