Syekh Maradang dalam Naskah Bugis Paupaunna: Jejak Pendidikan, Moral, dan Politik

3 hours ago 1

Oleh: Desy Selviana
(Pustakawan)

Di tengah sorotan publik terhadap krisis kepemimpinan dan rapuhnya integritas di ruang politik
modern, kita kerap lupa bahwa nilai-nilai dasar tentang amanah dan tanggung jawab telah lama
hidup dalam khazanah Nusantara. Salah satunya terekam dalam naskah klasik Bugis berjudul Paupaunna Syekh Maradang, yang mengisahkan perjalanan seorang bangsawan muda dibentuk oleh ilmu, agama, dan etika.

Kisah ini dibuka dengan pendidikan yang ketat sejak dini. Ayahanda Syekh Maradang menuntunnya melalui jenjang ilmu agama. Ia terlebih dahulu diwajibkan menamatkan bacaan
Al-Qur’an, kemudian dilanjutkan dengan saraf, lalu nahwu. Dalam teks disebutkan, “Temme’i mangaji korang, nassuro pangaji sarape’si ana’na. Temme’i sarape’na nassuro pangaji
nahawu’si ana’na.”

Artinya: setelah selesai belajar membaca Al-Qur’an, anaknya disuruh mempelajari ilmu tata kata (sarf), lalu melanjutkan ke ilmu tata bahasa Arab (nahwu). Penggambaran ini menegaskan bahwa bangsawan Bugis tidak cukup hanya berani memimpin, tetapi juga wajib menguasai ilmu
agama sebagai fondasi moral.

Naskah ini bukan sekadar kronik peristiwa, melainkan juga wahana untuk menyampaikan etika politik. Dalam percakapan simbolis antara ayah dan anak, misalnya, tersurat pesan sederhana tetapi tajam tentang tanggung jawab seorang pemimpin: “O…ana’ku’, passukkui pakkasiwiammu ri iya’.” Kalimat itu berarti, “Anakku, sempurnakan tanggung jawabmu kepadanya.” Pesan demikian jelas menegaskan bahwa kepemimpinan sejati tidak ditentukan oleh kedudukan atau kekuasaan, melainkan oleh kesetiaan untuk menjalankan amanah.

Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:

Read Entire Article
Berita Olahraga Berita Pemerintahan Berita Otomotif Berita International Berita Dunia Entertainment Berita Teknologi Berita Ekonomi