Jakarta, CNN Indonesia --
China tengah menguji sistem kereta api nirkabel yang mampu mengangkut muatan setara dengan 3 Menara Eiffel sekaligus.
Kereta tersebut memanfaatkan teknologi yang menghubungkan lokomotif secara virtual. Menurut stasiun televisi negara China CCTV, teknologi ini disebut dapat meningkatkan kapasitas angkutan barang negara tersebut sebesar 50 persen tanpa perlu membangun jalur rel baru.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Teknologi ini menghubungkan beberapa kereta barang melalui sistem nirkabel alih-alih penghubung fisik.
Pada Senin (8/12), uji coba yang dilakukan di Jalur Kereta Api Baoshen di Inner Mongolia menampilkan tujuh kereta barang dengan kapasitas muatan gabungan 35.000 ton, setara 3,5 kali berat Menara Eiffel. Konvoi ini berjalan bersama jauh lebih dekat daripada yang biasanya diperlukan saat mereka beroperasi sebagai unit tunggal.
Sistem kontrol kelompok ini dikembangkan oleh perusahaan pertambangan batu bara milik negara China Shenhua Energy Company dan organisasi domestik lainnya.
Melansir South China Morning Post, Selasa (9/12), China telah memperluas kapasitas angkutan barang kereta selama puluhan tahun dan mengangkut lebih dari 3 miliar ton barang pada tiga kuartal pertama tahun ini.
Negeri Tirai Bambu juga memperkuat koneksi kereta api ke negara-negara lain, dengan layanan seperti China Railway Express yang menyediakan koneksi ke puluhan negara di Eropa dan Asia serta mengangkut barang.
Menurut sebuah penelitian yang diterbitkan dua tahun lalu di jurnal Mathematics oleh para peneliti dari Universitas Central South di Changsha, Provinsi Hunan, membangun jalur kereta api baru untuk memenuhi permintaan barang yang terus meningkat sangat mahal, sehingga langkah-langkah seperti meningkatkan panjang kereta atau memperpendek interval waktu antara keberangkatan kereta dapat menghemat biaya.
Dalam uji coba terbaru, kereta api yang masing-masing mengangkut 5.000 ton barang beroperasi dalam konvoi dengan jarak yang dikelola secara dinamis. Konvoi ini menggunakan sistem kontrol yang bergantung pada sinyal nirkabel dan tanpa sambungan mekanis.
Hal ini memungkinkan kereta api untuk mempercepat dan mengerem tanpa tabrakan atau pemisahan. Hal ini juga mengurangi jarak pengereman yang diperlukan antara kereta api.
Dalam operasi kereta konvensional, kereta diharuskan berjalan dengan jarak tertentu untuk alasan keamanan. Kereta yang lebih berat dan lebih panjang, terutama kereta barang, serta kereta api yang bergerak dengan kecepatan tinggi cenderung memerlukan jarak pengereman yang lebih panjang.
Namun, sistem pengaitan virtual yang diuji di China memungkinkan jarak ini diperkecil dengan membantu kereta beradaptasi secara dinamis terhadap perubahan kecepatan.
Teknologi ini juga memungkinkan lebih banyak kereta api beroperasi tanpa perlu membangun jalur baru atau kereta barang berat tunggal yang secara teknis menantang.
China Shenhua Energy, anak perusahaan dari perusahaan pertambangan dan energi milik negara CHN Energy, secara bertahap telah bekerja menuju pencapaian ini, dengan menguji dua konvoi kereta api ringan pada awal tahun ini.
"Dengan memanfaatkan komunikasi kereta api ke tanah dan kereta api ke kereta api, teknologi ini menggunakan mode kontrol dua dimensi yang mengintegrasikan kecepatan relatif dan jarak absolut, memungkinkan operasi formasi dekat dinamis," kata CHN Energy pada Agustus lalu.
Teknologi ini juga dapat membantu meningkatkan kapasitas throat stasiun kereta api atau jumlah maksimum kereta api yang dapat ditangani oleh area masuk dan keluar stasiun.
CHN Energy menyebut pencapaian ini juga menjadikan China sebagai negara pertama di dunia yang "menguasai sistem kontrol operasi kereta api berkelompok."
(lom/dmi)

5 hours ago
2











































