
FAJAR.CO.ID, JAKARTA -- Apakah kamu merasa akhir-akhir ini udara terasa lebih dingin dari biasanya? Banyak orang mulai bertanya-tanya apakah ini karena posisi Matahari yang sedang jauh dari Bumi?
Fenomena ini dikenal sebagai aphelion, dan sering dikaitkan dengan penurunan suhu. Tapi, benarkah begitu?
Aphelion adalah momen ketika Bumi berada pada titik terjauh dari Matahari dalam orbitnya. Ini biasanya terjadi setiap awal Juli.
Meskipun jaraknya sedikit lebih jauh, sekitar 152 juta kilometer, pengaruhnya terhadap suhu di Bumi tidak sebesar yang kita kira.
Menurut para ahli, perbedaan jarak ini hanya menurunkan intensitas sinar matahari sekitar 7%. Artinya, aphelion bukan penyebab utama udara dingin yang dirasakan sat ini.
Lalu, kenapa udara terasa dingin?
Fenomena udara dingin di Indonesia lebih banyak disebabkan oleh faktor lokal, seperti:
- Musim Kemarau dan Angin Monsun Timur
Sekitar bulan Juni hingga Agustus, Indonesia memasuki musim kemarau. Pada periode ini, angin monsun timur dari Australia membawa udara dingin dan kering ke wilayah selatan Indonesia. - Minim Awan dan Radiasi Malam
Langit cerah saat musim kemarau membuat radiasi panas dari permukaan Bumi langsung lepas ke atmosfer, terutama saat malam hari. Akibatnya, suhu udara bisa turun drastis. - Kondisi Geografis
Daerah pegunungan atau dataran tinggi akan lebih terasa dingin, terlebih saat cuaca cerah dan berangin.
Jadi, meskipun terdengar logis bahwa udara dingin disebabkan oleh Matahari yang menjauh, nyatanya tidak begitu. Suhu di Bumi lebih banyak dipengaruhi oleh sumbu rotasi Bumi dan faktor atmosfer dibandingkan jarak ke Matahari.
Kalau kamu merasa akhir-akhir ini lebih sering menggigil di pagi hari atau mudah batuk karena cuaca dingin, kamu tidak sendirian. Cuaca Indonesia memang sedang mengalami masa kemarau dengan suhu udara yang cenderung turun, terutama di malam dan pagi hari.
Dewelia Irien Pasa)
Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di: