
FAJAR.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Kagama Cirebon Raya, Heru Subagia, ikut bersuara soal memanasnya isu dugaan ijazah palsu Presiden ke-7 RI, Jokowi, yang semakin panas setelah elite PDIP Beathor Suryadi menyebut Pasar Pramuka sebagai tempat ijazah tersebut dicetak.
Dikatakan Heru, lambannya penanganan kasus ini oleh Bareskrim dan Polda Metro Jaya membuat publik wajar mencurigai ada yang ditutup-tutupi.
Apalagi, kini yang berbicara bukan hanya pihak oposisi, tapi datang dari internal PDIP sendiri.
“Ini pada akhirnya bertele-tele, adanya ketidaksesuaian dari pihak Pak Jokowi, Bareskrim, dan Polda Metro Jaya untuk segera menuntaskan kasus ini,” ujar Heru kepada FAJAR.CO.ID, Kamis (19/6/2025).
Ia menilai, pengakuan Beathor Suryadi sebagai politisi senior PDIP menandakan bahwa isu ini sudah naik level menjadi bagian dari pertarungan politik internal yang lebih besar. Terutama ketika nama Jokowi disebut-sebut akan masuk ke bursa Ketua Umum PSI.
“Saya melihat fenomena masuknya elite PDIP seperti Beathor ini sebagai bagian dari operasi khusus. Bagaimana saat ini Pak Jokowi sedang dalam bursa Ketum PSI,” ungkapnya.
Heru menduga, isu ijazah Jokowi dicetak di Pasar Pramuka sengaja dilempar untuk menjatuhkan elektabilitas Jokowi sekaligus menggembosi kekuatan PSI yang mulai menguat di tengah stagnasi PDIP.
“Ini berakibat negatif. Ungkapan ijazah Jokowi dicetak di Pasar Pramuka dari elite PDIP justru menyasar balik PDIP sendiri,” tegasnya.
Menurut Heru, saat ini sudah sangat jelas terjadi perseteruan politik yang memuncak antara dua kekuatan PDIP dan PSI yang semakin panas menjelang Pemilu 2029.
Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di: