Krisis RAM Global: Harga Melonjak, Kekurangan Diprediksi Sampai 2027

9 hours ago 3

Selular.id – Industri teknologi global kembali dihadapkan pada badai kenaikan harga dan kelangkaan komponen, kali ini berpusat pada memori RAM. Krisis yang melanda baik DDR5 maupun DDR4 ini diprediksi oleh sejumlah sumber dalam industri akan berlangsung hingga setidaknya kuartal keempat 2027, dengan puncak kenaikan harga diperkirakan terjadi pada pertengahan 2026. Situasi ini mengancam harga berbagai produk teknologi, mulai dari PC, laptop, hingga konsol game.

Pemicu utama dari gejolak ini adalah lonjakan permintaan yang luar biasa dari segmen kecerdasan buatan atau AI. Data center yang haus akan kapasitas memori dan penyimpanan kini bersaing ketat dengan pasar konsumen. Pelanggan korporat ini juga dinilai lebih mampu dan bersedia membayar harga premium untuk mengamankan pasokan, sehingga mengalihkan alokasi produksi dari pasar ritel. Keputusan Micron untuk menghentikan merek konsumennya, Crucial, beberapa waktu lalu menjadi penanda awal dari pergeseran fokus industri ini demi mengejar profitabilitas yang lebih tinggi dari ledakan AI.

Pernyataan resmi dari Teamgroup, melalui General Manager Chen Qingwen, memperkuat gambaran suram ini. “Kami memang mengamati tekanan kenaikan harga yang nyata di seluruh pasar NAND dan DRAM. Situasi saat ini bukan sekadar fluktuasi harga, tetapi hasil dari kekurangan pasokan yang belum pernah terjadi sebelumnya, terutama didorong oleh lonjakan permintaan untuk platform AI dan server DDR5,” ujarnya. Ia menambahkan bahwa ketidakseimbangan pasokan dan permintaan diperkirakan akan bertahan setidaknya hingga paruh pertama tahun depan, mencakup semua kategori produk DRAM termasuk DDR5, LPDDR5, GDDR6, GDDR7, dan DDR4.

Dampaknya langsung terasa di rak-rak virtual toko online. Di retailer Taiwan, PCHome, harga kit DDR4 256 GB telah menyentuh puncak NT$98.070 atau setara lebih dari US$3.000. Sementara itu, harga kit DDR5 256 GB mulai mendekati tanda US$2.000. Di pasar Amerika Serikat, harga eceran terendah untuk kit memori DDR5 di platform seperti Newegg dan Amazon menunjukkan angka yang jauh dari “normal”. Kit DDR5 32 GB (2×16 GB) dengan kecepatan 5600 MHz, misalnya, dijual mulai dari US$317,99, sementara kit 64 GB (2×32 GB) dengan kecepatan serupa dibanderol mulai US$497,25.

A grid of electronic product listings including a Dell R720 rackmount server, GIGABYTE AORUS graphics card, and V-Color Skywalker and MANTA RAM modules with various specifications and prices.

Data tren harga dari PCPartPicker memberikan gambaran yang lebih jelas tentang seberapa cepat inflasi harga ini terjadi. Dalam rentang waktu hanya 6-7 bulan, dari Mei hingga Desember 2025, harga berbagai kit memori mengalami kenaikan yang signifikan. Sebagai contoh, harga DDR4-3200 16 GB melonjak dari sekitar US$50 menjadi sekitar US$120. Kenaikan yang lebih dramatis terjadi pada DDR5, di mana harga DDR5-5600 64 GB naik dari sekitar US$180 menjadi sekitar US$710. Fenomena ini tentu berimbas pada pasar PC secara keseluruhan, di mana harga RAM melonjak dan penjualan motherboard PC anjlok 50%.

Kondisi di tingkat produsen dan distributor juga sangat tegang. Beberapa pembuat modul memori mengaku telah membayar dua kali lipat harga untuk IC memori (chip inti RAM). Bahkan, ada laporan bahwa pemasok memori besar hanya memberi waktu beberapa jam kepada pembeli untuk melakukan pembayaran. Jika telat, harga akan dinaikkan dan batch yang dipesan akan dijual ke pihak lain, memaksa pembeli awal untuk membayar lebih mahal. Praktik ini menunjukkan tingkat kelangkaan dan tekanan permintaan yang ekstrem di hulu rantai pasokan.

Dampak Berantai ke Seluruh Industri Teknologi

Krisis memori ini tidak akan berhenti pada modul RAM saja. DRAM merupakan komponen kunci dalam dua produk PC utama: kit memori itu sendiri dan kartu grafis (GPU). Keduanya sudah mulai mengalami kenaikan harga. Lebih jauh, semua produk yang menggunakan teknologi ini akan terkena imbasnya. Desktop, laptop, mini PC, perangkat genggam (handheld), dan bahkan konsol game akan mengalami penyesuaian harga ke atas seiring dengan meningkatnya biaya bahan baku.

Selain DRAM, pasokan NAND Flash untuk penyimpanan SSD juga ikut ketat. Pergeseran penyimpanan data dingin (cold data storage) di data center dari hard drive tradisional ke SSD, sementara produsen hard drive belum menambah kapasitas produksi, semakin memperparah ketatnya pasokan NAND. Dengan pabrik wafer dan pemasok komponen yang sudah beroperasi mendekati kapasitas penuh, ruang untuk meningkatkan produksi dalam waktu singkat sangat terbatas.

Gelombang kenaikan harga ini mengingatkan pada periode-periode sulit sebelumnya, seperti demam cryptocurrency, kelangkaan selama pandemi COVID-19, dan era scalper, namun dengan skala dan durasi yang diprediksi lebih panjang. Perbedaannya, kali ini pendorong utamanya adalah permintaan korporat yang masif dan berkelanjutan dari sektor AI, bukan hanya permintaan konsumen yang fluktuatif. Raksasa pemasok DRAM dan NAND seperti SK hynix dan Samsung juga dikabarkan fokus mengejar profitabilitas yang lebih tinggi dari segmen AI ini.

Crucial 32 GB DDR5-6400 CL52 Memory Review - Baseline CUDIMM 2

Masa Depan Pasar dan Implikasi bagi Konsumen

Dengan prediksi bahwa puncak harga baru akan terjadi di pertengahan 2026, konsumen harus bersiap menghadapi lingkungan harga tinggi untuk waktu yang cukup lama. Sumber-sumber dalam industri menyatakan bahwa kelangkaan ini akan berlangsung selama dua tahun ke depan, yang berarti harga berbagai produk teknologi tidak akan kembali normal hingga akhir 2027 atau bahkan 2028.

Dalam situasi seperti ini, langkah seperti pemboikotan dari kalangan gamer dan konsumen dinilai tidak akan membawa perubahan signifikan. Justru, penurunan permintaan dari pasar konsumen dapat berakibat pada berkurangnya alokasi pasokan untuk segmen tersebut, karena produsen akan semakin mengalihkan produksi mereka ke segmen korporat dan AI yang lebih menguntungkan. Ini menjadi dilema yang sulit bagi pengguna akhir.

Bagi industri smartphone, tekanan pada harga komponen memori dan penyimpanan juga berpotensi berdampak, terutama pada segmen premium. Seperti pernah diulas sebelumnya, ledakan AI berpotensi naikkan harga smartphone premium. Namun, di tengah kondisi ini, beberapa vendor mungkin tetap berusaha menawarkan nilai terbaik, seperti yang dilakukan Motorola dengan Motorola Edge 70 yang menghadirkan baterai besar dan harga kompetitif, atau Motorola X70 Air yang dibanderol mulai Rp4,2 jutaan.

Menghadapi badai yang diprediksi berlangsung hingga tahun 2027 ini, konsumen PC dan penggemar teknologi mungkin perlu mengevaluasi kembali rencana upgrade mereka. Periode kelangkaan dan harga tinggi sebelumnya akhirnya berhasil dilalui, dan situasi saat ini sekali lagi menguji ketahanan pasar. Yang jelas, dinamika industri telah berubah dengan dominasi permintaan AI, menandai babak baru di mana prioritas produksi mungkin tidak lagi sepenuhnya berpihak pada pasar konsumen ritel seperti dahulu.

Read Entire Article
Berita Olahraga Berita Pemerintahan Berita Otomotif Berita International Berita Dunia Entertainment Berita Teknologi Berita Ekonomi