Lagi Perusahaan Belanda Terjebak Dalam Perang Chip Global, Setelah ASML Kini Giliran Nexperia

10 hours ago 2

Selular.ID – Nexperia, anak perusahaan semikonduktor Eropa milik produsen komponen elektronik China, Wingtech, terjebak dalam baku tembak perang teknologi AS – China.

Imbas ketegangan itu, perusahaan menghadapi masa depan yang tidak pasti di tengah pembatasan dari pemerintah China dan Belanda.

Sebelumnya pada awal pekan ini, pemerintah Belanda telah mengambil alih Nexperia, sebuah langkah yang memicu penolakan keras dari pemiliknya Wingtech, pemerintah China, dan para pelaku dalam rantai pasokan semikonduktor negara itu.

Sesaat setelah pengambilalihan tersebut, Beijing telah berjanji untuk memperebutkan kendali atas produsen chip yang berbasis di Nijmegen tersebut dengan memanfaatkan jaringan kunci di China, termasuk pabrik pengemasan dan pengujian di kota Dongguan di provinsi Guangdong selatan.

Tak urung nasib yang dialami oleh Nexperia, membuat perusahaan berada dalam ketidakpastian.

Wang Peng, seorang peneliti di Akademi Ilmu Sosial Beijing, menyebutkan bahwa sebagai perusahaan chip daya terkemuka, situasi Nexperia menciptakan “peningkatan risiko gangguan pasokan chip” dalam rantai pasokan otomotif dan industri global, yang bergantung pada perusahaan tersebut untuk komponen.

Sejauh ini, Kementerian Perdagangan China telah mengeluarkan pemberitahuan kontrol ekspor pada 4 Oktober, yang melarang unit domestik Nexperia dan subkontraktornya mengekspor komponen buatan China tertentu, ungkap perusahaan tersebut pada Selasa (14/10).

Baca Juga: Profil Perusahaan Belanda ASML, Penguasa Mesin Litografi yang Terseret Perang Chips China Vs Amerika

Salah satu aset Nexperia yang diawasi ketat adalah pabrik pengemasan dan pengujiannya di Dongguan, yang menyumbang 70 persen dari pengiriman produk akhirnya.

Kontrol ekspor ini menimbulkan pertanyaan apakah perusahaan akan mampu mengirimkan chip-nya ke klien asing seperti Apple dan Tesla.

Langkah Beijing untuk membatasi ekspor Nexperia terjadi beberapa hari setelah Kementerian Urusan Ekonomi Belanda mengeluarkan perintah untuk menerapkan kontrol sementara atas Nexperia dengan alasan keamanan nasional.

Hingga Oktober 2025, Nexperia memiliki lebih dari 12.500 karyawan di seluruh Eropa, Asia, dan AS, dan mengirimkan lebih dari 110 miliar produk per tahun, menurut situs webnya.

Menurut Bai Wenxi, Kepala Ekonom di IPG China embatasan yang diberlakukan pada Nexperia diperkirakan akan memaksa klien untuk mengalihkan pesanan ke produsen chip daya lainnya, termasuk Infineon Technologies, On Semiconductor, STMicroelectronics, dan Rohm Semiconductor.

“Semua perusahaan ini telah menyelesaikan sertifikasi otomotif, dan chip mereka akan dapat menggantikan desain produk Nexperia dalam waktu enam hingga sembilan bulan”, kata Bai.

Pada paruh pertama 2025, pendapatan Nexperia tumbuh 11 persen dari tahun sebelumnya menjadi 7,8 miliar yuan (US$1,1 miliar), yang menyumbang 31 persen dari total pendapatan Wingtech.

Sebagai pasar utama, China sendiri menghasilkan hampir setengah dari total pendapatan Nexperia selama periode tersebut.

Tak dapat dipungkiri, Nexperia kini menjadi korban dari kebijakan keras AS terhadap perusahaan-perusahaan teknologi untuk tidak berbisnis dengan China.

Lewat aturan ketat, AS membatasi teknologi chip ke pasar China bagi para raksasa seperti Intel, Nvidia, Broadcom, Sk Hynix, dan Samsung.

Bagi Belanda sendiri, aturan pembatasan sebelumnya telah diberlakukan pada ASML.

Untuk diketahui, pada Maret 2023, pemerintah Belanda memberlakukan pembatasan ekspor chip untuk melindungi keamanan nasional.

Karena tekanan AS yang tak ingin China menjadi pesaing negara-negara barat dalam teknologi chip, pada Januari 2024, pemerintah Belanda memberlakukan pembatasan lebih lanjut pada pengiriman beberapa peralatan pembuatan chip canggih ke negara Asia itu.

Imbas dari kebijakan itu, ASML, perusahaan asal Belanda yang mengkhususkan diri dalam pengembangan dan pembuatan mesin fotolitografi yang digunakan untuk memproduksi chip computer, tak lagi bisa berbisnis dengan perusahaan-perusahaan China.

Sebelumnya, Presiden AS (saat itu) Joe Biden meminta ASML untuk menghentikan beberapa pengiriman mesin Deep Ultraviolet Lithography (DUV) yang telah dijadwalkan sebelumnya ke pelanggannya di China.

Hal ini terjadi setelah terungkapnya SMIC menggunakan teknologi ASML untuk memproduksi prosesor andalan terbaru Huawei, HiSilicon Kirin 9000S 7nm.

Keputusan ini menandai perubahan signifikan dalam lanskap teknologi global, karena ASML dikenal dengan sistem litografinya yang mutakhir, yang sangat penting untuk pembuatan microchip paling canggih.

Baca Juga: Intel, SK Hynix, dan Samsung Kini Senasib dengan ASML, Tak Lagi Bisa Berbisnis dengan China

Read Entire Article
Berita Olahraga Berita Pemerintahan Berita Otomotif Berita International Berita Dunia Entertainment Berita Teknologi Berita Ekonomi