Meta Pecah Lab Superintelligence, Atur Ulang Strategi Agar Lebih Fokus?

3 weeks ago 12

Jakarta, Gizmologi – Perusahaan teknologi Meta belum tenang dalam menjalani persaingan AI yang semakin kencang. Dalam upaya mengatur ulang strategi agar lebih terfokus, perusahaan kemudian melakukan restrukturisasi lab riset. Superintelligence Labs kemudian dipecah menjadi empat grup berbeda.

Superintelligence Labs yang bertempat di Ohio merupakan proyek ambisius dari Mark Zuckerberg untuk menjadi yang terbaik dalam industri AI global. Lab tersebut akan dipecah secara spesifik untuk bidang research, superintelligence, products, dan infrastructure. Kebijakan strategis dilakukan dengan harapan pengembangan yang dilakukan bisa lebih terfokus.

Perusahaan yang menaungi Facebook dan Instagram ini memang tengah berupaya membuat teknologi AI yang melampaui kemampuan berpikir manusia. Ditunjukkan dengan nilai investasi sebesar USD14,3 miliar, yang diperuntukan bagi pembangun infrastruktur AI maupun mempekerjakan kandidat terbaik di bidang tersebut.

Langkah strategis yang dilakukan Meta merupakan konsekuensi dari ketertinggalan mereka dalam persaingan teknologi AI. ChatGPT dari OpenAI hingga Gemini dari Google yang berada di atas mereka, telah membuat perusahaan menyadari perlu melakukan perombakan besar agar bisa menyaingi teknologi AI lain.

Baca juga: Nusameta Hadirkan Sekolah VR Keliling di Jambore Sahabat Anak 2025

Meta “Membajak” Pekerja AI Terbaik Milik Pesaing

MetaAlexandr Wang dari Scale AI memimpin revolusi riset AI di Meta.

Pekerjaan Meta untuk membangun sebuah sistem AI mumpuni dilakukan mulai tahun ini. Terhitung sejak Juni 2025, ketika perusahaan menunjuk Alenxandr Wang dari Scale AI sebagai chief executive. Selanjutnya perusahaan kemudian mulai melirik kandidat pegawai baru dari para pesaingnya.

Perusahaan juga membangun proyek besar bernama Promoteus di Ohio yang diperkirakan selesai pada 2026 mendatang. Kegagalan mereka dalam mengembangkan Llama termasuk Llama Con, cukup memukul mundur langkah strategis. Kontribusi teknologi yang tidak dekat dengan kebutuhan pengguna disinyalir jadi sebab kenapa kreasi Meta tidak juga ramai digunakan.

Selanjutnya perusahaan juga mulai melirik dan “membajak” talenta pekerja AI terbaik dari para pesaing seperti OpenAI. Bahkan Sam Altman mengatakan bahwa Meta menawarkan bonus pendapatan hingga USD100 juta bagi yang mau bergabung dengan proyek AI mereka. “Sejauh ini tidak ada orang terbaik kami yang memutuskan bergabung dengan mereka,” ujar Sam.

OpenAI kemudian mengeluarkan memo pengingat bagi pegawainya tentang tujuan pengembangan teknologi AI yang jauh lebih penting daripada sekadar uang banyak. Meski belakangan dikabarkan bahwa prosesi pencarian pegawai oleh Meta untuk AI diberhentikan sementara. Salah satunya agar pengembangan yang dilakukan tidak berlangsung terlalu cepat.


Eksplorasi konten lain dari Gizmologi.id

Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.

Read Entire Article
Berita Olahraga Berita Pemerintahan Berita Otomotif Berita International Berita Dunia Entertainment Berita Teknologi Berita Ekonomi