
FAJAR.CO.ID -- Tak ada cerita manis daerah menjadi kaya raya akibat tambang di Nusa Tenggara Barat (NTB). Bahkan, pertumbuhan ekonomi NTB menyentuh angka -1,47 persen berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) per 5 Mei 2025.
Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Muhammad Tito Karnavian menyoroti pertumbuhan ekonomi Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) yang minus. Tito mengungkapkan penyebab perekonomian NTB yang menyentuh angka -147 persen akibat tambang.
Anjloknya pertumbuhan ekonomi NTB berdampak pada perekonomian nasional. Pertumbuhan ekonomi nasional juga tidak mencapai target 5 persen. Bahkan di bawah 5 persen tahun ini.
Tito menyatakan, kondisi perekonomian daerah perlu menjadi perhatian berbagai pihak agar dapat kembali tumbuh positif. Ia tak menginginkan, angka ini berdampak pada perekonomian nasional.
"Kalau pertumbuhan ekonominya minus, satu, dua, tiga daerah provinsi minus, itu akan membuat angka pertumbuhan nasional menjadi menurun," kata Tito dalam Musyawarah Perencanaan Pembangunan (Musrenbang) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2025–2029 dan Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) 2026 Provinsi NTB di Hotel Lombok Raya, Rabu (4/6).
Ia menduga, rendahnya pertumbuhan ekonomi Provinsi NTB disebabkan oleh pengembangan smelter di Pulau Sumbawa yang belum rampung. Ia tak memungkiri, perekonomian NTB masih sangat bergantung pada sektor tambang.
"Saya tahu Pak Gubernur sudah bekerja keras untuk menyampaikan agar dilakukan relaksasi smelter," ucap Tito.
Mantan Kapolri itu menegaskan pentingnya menjaga pertumbuhan ekonomi seluruh daerah di Indonesia. Sebab, capaian pertumbuhan ekonomi nasional merupakan agregat dari kinerja semua daerah.
Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di: