Bijak Pakai Paylater Agar Tak Gali Lubang Tutup Lubang

5 hours ago 3

Daftar Isi

Jakarta, CNN Indonesia --

Layanan Buy Now, Pay Later (BNPL) atau paylater menjadi tren dalam transaksi belanja masyarakat saat ini. Berbagai perusahaan menawarkan opsi belanja dengan bayar di kemudian hari melalui berbagai platform.

Saking populernya paylater, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mulai membunyikan alarm. Mereka menyebut jumlah utang masyarakat Indonesia di layanan paylater sudah menembus Rp30 triliun.

OJK pun mengambil langkah untuk membatasi penggunaan paylater. Hanya orang berusia minimal 18 tahun atau telah berpendapatan Rp3 juta per bulan yang boleh ajukan paylater.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jika tak hati-hati, paylater bisa berujung lilitan hutang. Bagaimana cara menghindarinya?

1. Jangan untuk foya-foya

Perencana keuangan Mitra Rencana Edukasi (MRE) Andi Nugroho mengatakan sebenarnya masyarakat boleh-boleh saja menggunakan paylater untuk opsi keuangan tambahan.

Andi berkata masyarakat harus bijak menggunakan paylater. Dia mengingatkan uang yang didapat dari paylater tak cuma-cuma, perlu dikembalikan di waktu mendatang.

Meski begitu, ia menyarankan penggunaan paylater harus dibatasi. Andi menyarankan paylater hanya digunakan untuk kebutuhan darurat.

"Contohnya adalah membeli handphone baru karena handphone lama tetiba rusak padahal sangat penting untuk bekerja. Beli laptop baru karena yang lama hilang kecurian, padahal digunakan untuk mengerjakan tugas kuliah. Atau beli tiket pesawat untuk pulang kampung karena ortu yang sakit keras," kata Andi kepada CNNIndonesia.com.

2. Untuk modal usaha

Perencana Keuangan OneShield Consulting Agustina Fitria berkata paylater adalah utang jangka pendek sehingga ada biaya yang harus dibayarkan untuk mendapatkannya.

Dalam perencanaan keuangan, ucapnya, utang sebaiknya hanya dimanfaatkan untuk hal produktif. Menurutnya, paylater bisa dipakai untuk tambahan modal usaha.

"Jadi, misalnya beli bahan baku untuk membuat kue yang akan dijual untuk mendapatkan untung," ujar Agustina.

3. Ukur kemampuan

Andi menyarankan masyarakat mengukur kemampuan finansial sebelum menggunakan paylater. Masyarakat harus tahu apakah bisa membayar utang itu saat jatuh tempo

"Selalu hitung berapa banyak cicilan paylater yang harus kita bayarkan tiap bulannya. Jaga angka pembayaran tiap bulannya maksimal 30 persen dari penghasilan kita," ujarnya.

Sementara itu, Agustina mengingatkan agar masyarakat menghitung waktu pelunasan. Masyarakat harus sadar kapan uang yang mereka pinjam itu harus dikembalikan beserta bunganya.

"Tentunya harus cermat juga, pada saat paylater harus dibayar, uang hasil penjualan kuenya sudah ada dan memadai. Untung yang diperoleh tidak habis untuk membayar biaya paylater," ucap Agustina.

4. Bila terlanjut terjerat paylater

Andi berkata orang yang terlanjur terjerat paylater harus menata ulang pengeluarannya. Mereka mau tak mau harus membatasi pengeluaran agar bisa membayar cicilan.

"Bila perlu korbankan kebutuhan-kebutuhan lainnya untuk tidak dipenuhi dulu agar kita bisa lancar membayar cicilan pelunasan paylater yang sudah ada," kata Andi.

Dia menyarankan masyarakat tak mencoba kabur jika terjerat paylater. Dia berkata urusan itu bisa diselesaikan dengan mengatur cicilan dan berkomunikasi dengan pemberi kredit.

Agustina juga menyampaikan hal serupa. Menurutnya, ada opsi restrukturisasi utang agar pelunasan bisa lebih ringan.

"Biasanya utang menumpuk karena gali lubang tutup lubang, sementara bunga dan biayanya menjadi pokok utang yang baru. Oleh karena itu, coba hubungi penyedia paylater untuk mencari solusi restrukturisasi," ujarnya.

[Gambas:Video CNN]

(sfr/sfr)

Read Entire Article
Berita Olahraga Berita Pemerintahan Berita Otomotif Berita International Berita Dunia Entertainment Berita Teknologi Berita Ekonomi