Jakarta, CNN Indonesia --
China akhirnya bersuara soal serangan tarif impor 104 persen yang diberlakukan Presiden AS Donald Trump terhadap mereka.
Mengutip AFP, mereka melalui Juru Bicara Kementerian Luar Negeri mereka Lin Jian menyatakan tidak akan tinggal diam dengan serangan itu.
China bertekad akan mengambil langkah tegas dan kuat untuk melindungi kepentingannya setelah tarif tinggi AS sebesar 104 persen mulai berlaku.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kepentingan kedaulatan, keamanan, dan pembangunan Tiongkok tidak dapat diganggu gugat. Kami akan terus mengambil langkah tegas dan kuat untuk melindungi hak dan kepentingan sah kami," kata Lin.
Sementara itu Kementerian Perdagangan China menyatakan Negeri Tirai Bambu itu memiliki keinginan kuat untuk berperang dagang dengan Washington.
"Dengan kemauan kuat dan sarana yang berlimpah, China akan dengan tegas mengambil langkah balasan (perang dagang) dan berjuang sampai akhir jika Amerika Serikat bersikeras untuk meningkatkan lebih lanjut langkah-langkah pembatasan ekonomi dan perdagangan," kata Xinhua mengutip pernyataan kementerian tersebut seperti dikutip dari kantor berita pemerintah Xinhua.
Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump semakin gencar melancarkan serangan dagang terhadap China. Serangan terbaru ia lakukan dengan menaikkan kembali tarif dagang untuk impor produk-produk China sebanyak 104 persen menjadi 125 persen.
Keputusan itu dibuat merespons perlawanan China terhadap tarif dagang yang diputuskan Trump pekan lalu.
Pekan lalu, Trump sudah menetapkan China mendapatkan tarif dagang 34 persen. Namun, Trump menambahkan 50 persen lagi karena China membalas dengan menaikkan tarif terhadap impor barang-barang asal AS.
Tambahan tarif itu berlaku di atas tarif dagang yang sebelumnya berlaku untuk China. Sejak era Joe Biden, AS sudah menetapkan tarif dagang untuk China rata-rata 20,8 persen.
Selain itu, Trump juga sudah menerapkan tarif tambahan 20 persen untuk China pada Maret 2025.
"Mulai hari Rabu, total tarif rata-rata ekspor China ke AS akan melonjak hingga hampir 125 persen," dikutip dari laporan CNN, Selasa (8/4).
Perhitungan itu berdasarkan pernyataan Sekretaris Pers Karoline Leavitt. Dia menegaskan Trump tak mau mengalah dengan perlawanan China melalui perang tarif.
"Negara-negara seperti China, yang memilih untuk membalas dan mencoba menggandakan perlakuan buruk mereka terhadap pekerja Amerika, telah melakukan kesalahan," kata Leavitt, Selasa (9/4).
"Presiden Trump memiliki tulang punggung baja, dan dia tidak akan patah," imbuhnya.
Leavitt menyebut China ingin membuat kesepakatan, tetapi tidak tahu caranya. Saat ditanya apakah ada kemungkinan Trump menurunkan tarif dagang China, Leavitt menolak menjawab.
China menjadi negara kedua sumber impor AS tahun lalu. China memasok barang-barang dengan total harga US$439 miliar atau sekitar Rp7.440 triliun (asumsi kurs Rp16.945 per dolar AS).
Sementara itu, AS mengekspor barang dengan nilai total US$144 miliar atau Rp2.400 triliun ke China pada 2024. Saling balas tarif dinilai akan melukai industri domestik dan akan berbuntut PHK massal.
Penerapan tarif 125 persen ke China berdampak negatif terhadap saham-saham AS. Pada Selasa pagi, sebenarnya saham-saham AS sedang terbang tinggi. Namun, mereka mengalami penurunan pada penutupan.
Dow turun 320 poin atau 0,84 persen, S&P 500 jatuh 1,57 persen, dan Nasdaq Composite anjlok 2,15 persen.
Saham-saham Asia juga ikut terjerembab. Nikkei 225 milik Jepang turun 3 persen saat pembukaan Rabu (9/4). ASX 200 dari Australia turun 1 persen.
Leavitt mengakui ada komunikasi beberapa pemimpin negara dengan Trump untuk mencegah penerapan tarif. Namun, dia menyebut Trump tak berniat menunda kebijakan tersebut.
Meski demikian, Leavitt menyebut Trump memerintahkan tim perdagangannya untuk membuat kesepakatan khusus dengan negara-negara yang ingin bernegosiasi.
(agt)