Di Titik Hulu Taman Gunung Pangrango dan Asa Abadi dari Ambarjaya

20 hours ago 1

Jakarta, CNN Indonesia --

Menjaga kelestarian lingkungan sejatinya merupakan kewajiban semua pihak, tak terkecuali masyarakat. Buffer zone atau daerah penyangga di sekitar taman nasional juga menjadi salah satu wilayah yang harus dijaga kelestariannya.

Salah satu yang menjadi perhatian adalah buffer zone dari Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGPP).

Diketahui, TNGGP merupakan hulu dari empat Daerah Aliran Sungai (DAS), yakni Citarum, Cimandiri, Cisadane, dan Ciliwung. Tak hanya itu, TNGGP ini juga menyuplai air bersih bagi lebih dari 30 juta masyarakat Jakarta dan Jawa Barat.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hal inilah yang kemudian mendorong Konservasi Indonesia (KI) untuk menjaga ekosistem di buffer zone tersebut. Khususnya, di Desa Ambarjaya, Kecamatan Ciambar, Kabupaten Sukabumi.

"Kita di sini sebagai lembaga konservasi, kita melihat bahwa TNGGP ini bagus hulu-hulunya, bagus DASnya, tapi buffer-nya ini yang terjadi berbagai macam kendala," kata Vice President Program Konservasi Indonesia, Fitri Hasibuan saat ditemui di Desa Ambarjaya, Rabu (19/3).

Namun, ada hal unik dari upaya konservasi yang dilakukan KI. Mereka tak hanya fokus pada masalah lingkungan semata, tapi juga bagaimana meningkatkan ekonomi masyarakat tanpa merusak lingkungan.

"Kesejahteraan pembangunan tidak hanya grey, infrastruktur, tapi juga green juga bisa kita imbangkan," ucap Fitri.

Tentu bukan hal mudah untuk melakukan hal tersebut. Fitri pun mengamini pihaknya menemukan sejumlah kendala saat awal mula KI menyosialiasikan program ke warga Desa Ambarjaya.

Kendala itu di antaranya adalah soal kepercayaan masyarakat hingga keterbatasan lahan yang bisa digarap.

Selain itu, juga soal bagaimana mengubah mindset masyarakat. Sebab, selama ini ada budaya 'uang tanam', di mana masyarakat selalu mendapat upah jika menanam suatu tanaman.

Karenanya, KI pun memikirkan bagaimana caranya agar tanaman yang ditanam masyarakat tak hanya bisa menjaga ekosistem, tapi juga berdampak bagi ekonomi masyarakat.

KI setidaknya telah berhasil memanfaatkan sekitar 30 ribu ha lahan untuk menanam berbagai tanaman komoditas tersebut. Tanaman yang ditanam ini di antaranya alpukat, pala, salam, janitri hingga puspa.

Rizki Mohfar dari KI Jawa Barat mengungkapkan pemilihan berbagai jenis tanaman itu bukan tanpa alasan. Kata dia, pemilihan itu berdasarkan pada faktor kemanfaatan serta kesepakatan dengan warga desa.

"Jadi jenis-jenisnya itu disesuaikan, seperti contoh pala, di sini ada pabrik pala, jadi pembuangannya sudah ada. Lalu untuk ke depannya pemerintah desa juga bisa memanfaatkan peluang ini untuk pengembangan BUMDes artinya sentra buah dan sentra yang lainnya," tutur dia.

Untuk mencapai hal itu, KI pun menyiapkan kebun semai yang dimanfaatkan untuk melakukan pembibitan tanaman. Total, lahan seluas 5.000 meter telah disulap menjadi kebun semai dan mampu menampung sekitar 14.000 bibit tanaman.

Tak hanya di kebun semai, warga secara sukarela juga melakukan pembibitan tanaman di kebun milik mereka. Sehingga, jika ditotal ada lebih dari 16.000 bibit tanaman yang bisa dihasilkan.

Sejauh ini, upaya yang dilakukan KI di Desa Ambarajaya ini menuai respons positif, bahkan dukungan dari warga setempat.

Sebagai informasi, dalam program tersebut KI turur membuat semacam nota kesepahamanan dengan warga serta pemerintah desa setempat.

Konservasi Indonesia (KI) menjaga ekosistem di buffer zone Desa Ambarjaya, Kecamatan Ciambar, Kabupaten Sukabumi.Foto: CNN Indonesia/Patricia Diah Ayu Saraswati
Konservasi Indonesia (KI) menjaga ekosistem di buffer zone Desa Ambarjaya, Kecamatan Ciambar, Kabupaten Sukabumi.

Kesepakatan dengan warga

Dalam dokumen yang diterima CNNIndonesia.com, ada sejumlah poin kesepakatan yang harus dijalankan oleh warga Desa Ambarjaya.

Antara lain, mendukung program penanaman oleh KI di lahan milik warga, bersedia lahan milik warga digunakan untuk menanam tanamam buah yang dikombinasikan dengan jenis pohon kayu keras.

Kemudian, bersedia melakukan penanaman dan tidak memperjualbelikan pohon yang telah tertanam, bersedia memantau dan menjaga pohon yang ditanam, hingga bersedia mengganti pohon yang gagal dengan bibit di penyemaian.

Menariknya, dalam kesepakatan itu, warga secara sukarela justru menambahkan klausul soal sanksi jika mereka melanggar.

Sanksi itu pertama, apabila tanaman yang ditanam mati/tidak sengaja kepotong/hilang maka warga wajib mengganti dengan jenis pohon yang tersedia di persemaian dengan membeli.

Kedua, untuk pohon jenis janitri ketika memasuki umur panen (usia di atas enam tahun) boleh ditebang, dengan syarat harus diganti dengan jenis yang sama atau jenis lain dengan jumlah tiga pohon dan harus membeli dari persemaian.

Dan sanksi terakhir, apabila ada warga yang menjual tanaman dengan sengaja maka dikenakan denda dua kali lipat dari harga bibit dan tidak akan dilibatkan dalam segala program desa serta bantuan desa.

"Soal sanksi itu justru warga yang mengusulkan, kita juga kaget, karena ternyata warga menaruh perhatian yang serius terhadap masalah lingkungan ini," ucap Vivi dari KI Jabar.

Selain program penanaman dan penyemaian, KI juga membuat program green water security. Lewat program ini, KI mencari hingga mengelola mata air di Desa Ambarjaya sehingga bisa dimanfaatkan oleh warga.

Sejauh ini, sudah ada satu green water security yang telah terbangun dan bisa dimanfaatkan oleh 26 KK atau 104 jiwa di Desa Ambarjaya.

Abah Ujang (52), tokoh masyarakat sekaligus agama setempat mengakui ada manfaat yang dirasakan warga lewat program yang dilakukan KI tersebut.

Abah Ujang turut menyampaikan warga Desa Ambarjaya juga memahami pentingnya menjaga lingkungan mereka selaku daerah penyangga.

Konservasi Indonesia (KI) menjaga ekosistem di buffer zone Desa Ambarjaya, Kecamatan Ciambar, Kabupaten Sukabumi.Warga desa berkomitmen menjaga lingkungan demi anak cucu mereka. (Foto: CNN Indonesia/Patricia Diah Ayu Saraswati)
.

Apalagi, kata dia, lewat sosialiasi dan pendekatan yang dilakukan oleh teman-teman dari KI semakin menyadarkan warga soal pentingnya menjaga ekosistem.

Tak hanya sosialisasi, KI juga membuat berbagai macam pelatihan bagi warga desa. Mulai dari pelatihan teknik penanaman, merawat tanaman, membuat pupuk, hingga menggunakan GPS untuk menentukan titik penanaman pohon.

"Kita sangat mendukung, warga masyarakat, Desa Ambarjaya, sangat mendukung kegiatan KI di desa kami ini," ujarnya.

"Untuk kemanfaatan, keberlangsungan anak cucu kita ke depan. Bahkan saya juga memberikan contoh dengan membuat persemaian di dekat masjid," imbuh dia.

Kepala Desa Ambarjaya, Eman Sulaeman juga menyampaikan dukungan terhadap program yang dibawa oleh KI ini.

Karena, lewat program tersebut, tak hanya sekadar menjaga lingkungan semata. Tapi, juga membawa manfaat ekonomi bagi masyarakat desa.

(asa)

[Gambas:Video CNN]

Read Entire Article
Berita Olahraga Berita Pemerintahan Berita Otomotif Berita International Berita Dunia Entertainment Berita Teknologi Berita Ekonomi