3 months ago
37
CNN Indonesia
Sabtu, 11 Jan 2025 18:30 WIB
Erick Thohir (tengah) menyebutkan sepak bola Indonesia jadi perhatian dunia. (CNN Indonesia/Adi Ibrahim)
Jakarta, CNN Indonesia --
Pengakuan FIFA atas National Dispute Resolution Chamber (NDRC) Indonesia diharapkan jadi momentum peningkatan kualitas Liga Indonesia karena menurut Erick Thohir sepak bola di dalam negeri mendapat sorotan dari luar negeri.
Pengakuan FIFA tertuang dalam surat yang dilayangkan ke PSSI pada Selasa (7/1). NDRC ini merupakan lembaga yang menyelesaikan sengketa hubungan kerja dan stabilitas kontrak.
Ketua Umum PSSI Erick Thohir berharap pengakuan FIFA terhadap NDRC Indonesia ini sebagai momentum bagi Liga Indonesia. Harapannya kompetisi di Tanah Air semakin membaik.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Saya berharap pengakuan ini makin mendorong PT Liga Indonesia jangan lengah. Terus memperbaiki kualitas Liga karena sepakbola Indonesia terus diperhatikan dunia," kata Erick.
"Sehingga kita harus makin profesional dan perbaikan tanpa henti. PSSI akan terus mendukung profesionalisme dan perlindungan terhadap klub sepak bola, pemain dan pelatih."
NDRC Indonesia berdiri pada 2019. Hingga akhir 2023 hampir 200 perkara yang diselesaikan. NDRC Indonesia ini berdiri sebagai bagian Pilot Project FIFA bersama beberapa negara.
Pada awal 2024 FIFA menerbitkan NDRC Recognition Principles 2024 untuk memverifikasi dan menegaskan kewenangan FIFA atas NDRC yang didirikan di anggotanya.
Pengakuan FIFA ini membuat PSSI menjadi satu-satunya federasi sepak bola di Asia (AFC) yang telah berhasil memperoleh status pengakuan NDRC dari FIFA.
Selain Indonesia, ada empat negara yang menerima pengakuan tersebut, yaitu Belgia (RBFA), Inggris (The FA), Prancis (FFF), dan Irlandia (FAI). Negara-negara lainnya diminta segera menyusul.
Sementara menurut PSSI, sejak PT Liga Indonesia menerapkan aturan salary cap atau batasan gaji pemain bagi klub-klub peserta liga, kondisi kompetisi profesional kian kondusif.
Aturan yang mulai berjalan pada musim 2023-2024 ini bertujuan mencegah kebangkrutan klub akibat terlalu banyak menggelontorkan dana untuk membeli dan menggaji pemain tanpa batasan.
(abs/nva)
