Jakarta, CNN Indonesia --
Sejumlah orang-orang terkaya dunia yang pernah menjadi donatur untuk mendukung kampanye dan pelantikan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump kini harus menelan pil pahit.
Para crazy rich ini merupakan bos-bos di perusahaan teknologi raksasa AS. Sejak awal 2025, kekayaan para bos teknologi ini menyusut drastis hingga ribuan triliun akibat kebijakan Trump, terutama terkait tarif dagang yang menyasar rantai pasok di Asia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Melansir CNN Business, berikut daftar orang kaya teknologi yang menjadi donatur Trump rugi besar:
1. Elon Musk
Bos Tesla sekaligus orang terkaya di dunia ini mengalami kerugian paling besar dibanding tokoh teknologi lainnya. Menurut data Bloomberg Billionaires Index per 8 April 2025, kekayaan Musk anjlok US$143 miliar atau setara Rp2.402 triliun sejak awal tahun (asumsi kurs Rp16.800 per dolar AS).
Hal ini disebabkan merosotnya harga saham Tesla yang turun 28 persen, sehingga kapitalisasi pasar perusahaan menyusut US$376,6 miliar atau sekitar Rp6.316 triliun hingga penutupan pasar 9 April 2025.
Padahal, Musk diketahui menyumbang sedikitnya US$290 juta atau Rp4,88 triliun untuk mendukung kampanye pemilihan ulang Trump dan terlibat dalam Departemen Efisiensi Pemerintah di bawah pemerintahan Trump.
Musk sendiri mengakui kebijakan tarif Trump bisa berdampak signifikan terhadap Tesla.
2. Mark Zuckerberg
CEO Meta ini juga mengalami penurunan kekayaan sebesar US$26,5 miliar atau Rp445 triliun sejak awal 2025. Harga saham Meta tercatat turun 2,25 persen sepanjang tahun ini, membuat valuasi perusahaan berkurang US$35,8 miliar atau sekitar Rp587 triliun.
Meta termasuk perusahaan teknologi besar pertama yang menyumbang US$1 juta atau Rp16,7 miliar untuk dana pelantikan Trump. Zuckerberg juga beberapa kali bertemu Trump untuk membahas kebijakan, serta membuat sejumlah perubahan di perusahaannya yang dianggap pro-Trump.
Beberapa langkah tersebut antara lain mengangkat tokoh Partai Republik ke posisi kebijakan tertinggi di Meta, mengurangi pemeriksaan fakta profesional, dan menambahkan sekutu Trump sekaligus bos UFC, Dana White, ke dalam dewan direksi Meta.
3. Jeff Bezos
Pendiri Amazon ini juga ikut merasakan dampak kebijakan Trump. Sejak awal 2025, kekayaan Bezos turun US$47,2 miliar atau setara Rp792 triliun, menurut Bloomberg.
Harga saham Amazon turun 13 persen sepanjang tahun ini, memangkas valuasi perusahaan sebesar US$316,8 miliar atau setara Rp5.341 triliun.
Amazon menyumbang US$1 juta atau Rp16,7 miliar untuk dana pelantikan Trump. Bezos juga sempat memuji kemenangan Trump pada Pilpres AS 2024 sebagai 'kembalinya kekuatan politik yang luar biasa'.
Selain itu, Bezos menjadi sorotan karena The Washington Post, media miliknya, memilih untuk tidak mendukung kandidat presiden mana pun pada Pilpres AS 2024.
4. Sundar Pichai
CEO Google ini juga tak luput dari kerugian besar. Harga saham Google turun 16,2 persen sepanjang 2025, menyebabkan valuasi perusahaan merosot US$386,7 miliar atau Rp4.695 triliun.
Google mendonasikan US$1 juta atau Rp16,7 miliar untuk dana pelantikan Trump dan menyiarkan langsung acara tersebut melalui YouTube.
Pichai juga termasuk salah satu CEO yang mengunjungi Trump di Mar-a-Lago usai Pilpres.
5. Tim Cook
CEO Apple, Tim Cook, turut menyumbang US$1 juta atau Rp16,7 miliar untuk komite pelantikan Trump. Ia juga sempat bertemu Trump di Mar-a-Lago untuk membahas tarif dan regulasi teknologi di Eropa.
Apple memberikan 'kemenangan politik' bagi Trump ketika mengumumkan investasi US$500 miliar atau Rp8.378,29 triliun untuk fasilitas di Negeri Paman Sam selama empat tahun ke depan.
Meski rencana ini disebut-sebut sudah dipersiapkan sebelum Trump menjabat, Trump mengklaim langkah itu sebagai bukti 'kepercayaan' investor terhadap pemerintahannya.
Namun, kebijakan tarif Trump menjadi ancaman besar bagi Apple yang banyak memproduksi gadget di negara seperti China, Vietnam, dan India. Harga saham Apple telah turun 18,5 persen sejak awal tahun, menggerus nilai pasar perusahaan sebesar US$684 miliar atau Rp11.490 triliun.
Ancaman Tarif Trump terhadap Big Tech
Analis Wedbush Securities Dan Ives bahkan menggambarkan kebijakan tarif Trump sebagai "kiamat" bagi sektor teknologi.
"Kebijakan ini membuat lanskap investasi teknologi menjadi yang paling sulit yang pernah saya lihat selama 25 tahun meliput saham teknologi," ujar Ives.
Sementara itu, analis UBS memperkirakan ketidakpastian ekonomi akibat tarif ini bisa memangkas pendapatan sektor teknologi hingga 25 persen.
"Meskipun sulit memperkirakan dampaknya, kami percaya tidak ada subsektor teknologi yang akan luput dari kerugian," kata riset lembaga pemeringkat Moody's Ratings.
(del/pta)