Kadin Soroti Efek Tarif 32 Persen AS, BRICS Jadi Alternatif Strategis

7 hours ago 1

Jakarta, CNN Indonesia --

Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia menilai pengenaan tarif 32 persen oleh Amerika Serikat (AS) terhadap seluruh impor asal Indonesia akan berdampak serius terhadap daya saing ekspor nasional, terutama bagi sektor industri padat karya.

Wakil Ketua Umum Kadin Bidang Perindustrian Saleh Husin mengatakan sebagai anggota BRICS, Indonesia harus memanfaatkan peluang perdagangan dengan negara-negara seperti China, Rusia, India, Brasil, dan Afrika Selatan. Hal ini demi mengurangi ketergantungan terhadap pasar Amerika.

"Ini yang tentu harus dikomunikasikan dengan anggota-anggota yang ada di dalam negara-negara BRICS itu. bagaimana untuk dapat meningkatkan atau mengalihkan yang selama ini ketergantungan terhadap ekspor ke Amerika itu bisa beralih ke negara-negara yang memang pasarnya cukup-cukup besar," ujar Saleh dalam wawancara dengan CNN Indonesia TV, Kamis (10/7).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Karenanya, Saleh mendorong pemerintah segera melakukan diversifikasi pasar ekspor agar ketergantungan terhadap AS dapat dikurangi secara bertahap.

"Pemerintah harus cepat-cepat melakukan diversifikasi pasar. Tidak hanya dengan melakukan diversifikasi pasar ke pasar-pasar non-tradisionalnya misalnya seperti ke Afrika Selatan atau juga ke Eropa Timur, Timur Tengah, Amerika Selatan," ujarnya.

Meski menghadapi tekanan, Saleh menyebut dunia usaha harus siap dan tetap menjalin komunikasi dengan mitra dagang di AS. Ia meyakini tekanan ini juga bisa berdampak pada konsumen AS sendiri.

"Mungkin dengan menaikkan tarif, dampak paling besar adalah masyarakat AS sendiri, harganya menjadi mahal," ujar Saleh.

Namun, ia mengakui AS merupakan salah satu mitra dagang utama Indonesia. Kebijakan tersebut dinilai bisa mengancam pertumbuhan ekspor, memicu efisiensi besar-besaran, hingga berujung pada gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK).

"Saya kira tentu ini akan berpengaruh terhadap daya saing produk ekspor Indonesia, terutama ke Amerika," ujar Saleh.

Ia mencatat nilai ekspor Indonesia ke AS pada 2024 mencapai US$28 miliar, menyumbang sekitar 7 persen dari total ekspor nasional. Jika tarif tinggi itu terus diberlakukan, Saleh memperkirakan akan terjadi penurunan daya saing dan berdampak langsung pada sektor industri dalam negeri.

"Diperkirakan akan ada penurunan daya saing daripada produk-produk ekspor Indonesia ke Amerika. Nah, ini tentu akan berpengaruh di dalam jangka panjang terhadap industri di dalam negeri, khususnya yang berorientasi ekspor," terangnya.

Sektor-sektor yang paling terdampak, menurut Saleh, adalah industri padat karya seperti tekstil, elektronik, alas kaki, dan perikanan. Ia menyebutkan industri-industri ini berpotensi melakukan efisiensi dengan mengurangi tenaga kerja jika ekspor menurun tajam.

"Ini akan berpotensi untuk menimbulkan PHK kalau kondisi seperti ini berlangsung terus-menerus. Kalau efisiensi dalam jangka panjang kan mau nggak mau kan efisiensi di dalam tenaga kerja dengan sendirinya pasti adanya PHK," katanya.

Saleh mengimbau kepada pemerintah untuk memperkuat komunikasi diplomatik dan perdagangan dengan Negeri Paman Sam tersebut. Ia menyarankan agar ekspor migas dan pembelian kapas dari AS bisa menjadi bagian dari solusi jangka pendek. Terlebih, potensi ekspornya bisa mencapai US$7 miliar - US$9 miliar,

"Yang kapas yang selama ini misalnya dari China atau negara-negara lain kan bisa juga diambil dari Amerika Serikat sehingga dengan sendirinya trade balance-nya akan berimbang," ujarnya.

Ia juga menyebut bahwa pemerintah harus menanggapi isu non-tariff barriers dengan pendekatan yang fleksibel agar tidak dianggap menghambat produk AS masuk ke Indonesia.

"Hal-hal seperti ini tentu bisa dibicarakan bagaimana cara jalan keluarnya," ujarnya.

Menteri Keuangan Sri Mulyani sebelumnya menyebut tenggat pemberlakuan tarif impor 32 persen untuk Indonesia dimundurkan oleh Presiden AS Donald Trump.

Indonesia diklaim tidak sendiri. Wanita yang akrab disapa Ani itu mencatat ada 12 negara yang diberi kelonggaran tenggat penerapan tarif hingga 1 Agustus 2025 oleh Trump.

[Gambas:Video CNN]

(fdl/sfr)

Read Entire Article
Berita Olahraga Berita Pemerintahan Berita Otomotif Berita International Berita Dunia Entertainment Berita Teknologi Berita Ekonomi