Jakarta, Gizmologi – kabar mengejutkan bahwa terjalinnya kemitraan strategis antara OpenAI dan NVIDIA resmi dilakukan. Kedua perusahaan raksasa ini menandatangani letter of intent untuk membangun infrastruktur komputasi berskala masif, dengan target kapasitas mencapai 10 gigawatt sistem NVIDIA. Infrastruktur tersebut akan digunakan untuk melatih dan menjalankan model generasi berikutnya, termasuk ambisi besar menuju pengembangan superintelligence.
Kesepakatan ini mencakup rencana investasi hingga $100 miliar dari NVIDIA ke OpenAI dan sudah diumumkan lewat laman resmi NVIDIA sendiri, yang akan difokuskan pada penyediaan pusat data dan kapasitas energi. Fase pertama dijadwalkan aktif pada paruh kedua tahun 2026, menggunakan platform NVIDIA Vera Rubin. Bagi industri AI, langkah ini menandai era baru di mana kebutuhan komputasi semakin menjadi fondasi utama inovasi.
Namun, kabar ini juga memunculkan beragam pandangan. Di satu sisi, kemitraan ini dianggap langkah visioner untuk mempercepat terwujudnya teknologi yang lebih cerdas. Di sisi lain, skala investasi yang sangat besar serta ambisi membangun superintelligence menimbulkan kekhawatiran, mulai dari aspek regulasi, distribusi manfaat, hingga potensi risiko etis.
Baca Juga: NVIDIA Hentikan Sementara Penjualan RTX 5090 dan RTX 5080 Founders Edition
Rencana Besar Menuju Era Superintelligence

Dalam pernyataannya, CEO NVIDIA Jensen Huang menegaskan bahwa kolaborasi ini merupakan kelanjutan dari perjalanan panjang kedua perusahaan. Menurutnya, loncatan komputasi sebesar 10 gigawatt akan menjadi pondasi bagi “era kecerdasan berikutnya.” Hal senada diungkapkan CEO OpenAI Sam Altman, yang menyebut bahwa segala sesuatu berawal dari komputasi, dan infrastruktur baru ini akan mendukung ekonomi masa depan berbasis AI.
Greg Brockman, Presiden OpenAI, menambahkan bahwa pihaknya telah memanfaatkan platform NVIDIA sejak awal berdirinya. Dengan proyek ini, ia yakin manfaat AI dapat semakin meluas, bukan hanya untuk individu tetapi juga bisnis di seluruh dunia. OpenAI sendiri kini sudah melayani lebih dari 700 juta pengguna aktif mingguan, menunjukkan tingkat adopsi yang masif dalam waktu singkat.
Meski begitu, pengumuman ini bukan sekadar soal infrastruktur. Kerja sama ini juga mencakup penyelarasan roadmap produk: OpenAI berfokus pada pengembangan model AI, sementara NVIDIA memperkuat sisi perangkat keras dan perangkat lunak. Dengan kolaborasi erat ini, keduanya berharap dapat menciptakan ekosistem AI yang lebih efisien dan terintegrasi.
Apakah ada Tantangan?
Bagi sebagian pihak, kemitraan ini bisa menjadi dorongan besar bagi inovasi global. Microsoft, Oracle, hingga SoftBank yang sudah lebih dulu bermitra dengan OpenAI dan NVIDIA diyakini akan turut merasakan dampaknya. Tak sedikit analis yang melihat langkah ini sebagai upaya meneguhkan dominasi di pasar AI yang semakin kompetitif.
Namun, kritik juga mulai bermunculan. Skala investasi yang sangat besar menimbulkan pertanyaan soal keberlanjutan energi, terutama dengan target penggunaan daya hingga 10 gigawatt. Aktivis lingkungan dan sebagian akademisi mengingatkan bahwa pembangunan infrastruktur semacam ini harus disertai strategi energi hijau yang jelas agar tidak menimbulkan beban ekologis baru.
Selain itu, ambisi menciptakan superintelligence juga bukan tanpa kontroversi. Isu keamanan, bias algoritma, hingga potensi penyalahgunaan menjadi sorotan. Pengamat menilai, kolaborasi sebesar ini harus disertai transparansi dan regulasi yang ketat agar manfaatnya tidak hanya dinikmati oleh segelintir pihak, melainkan benar-benar meluas ke masyarakat global.
Eksplorasi konten lain dari Gizmologi.id
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.