Arkeolog Ungkap Makanan 'Fast Food' Era Romawi, Rasanya Lezat?

11 hours ago 3

Jakarta, CNN Indonesia --

Peneliti belum lama ini berhasil mengungkap menu makanan 'fast food' era Romawi sekitar 2.000 tahun lalu. Seperti apa rasanya?

Menurut peneliti, menu tersebut berasal dari burung thrush, salah satu spesies yang termasuk dalam keluarga birdsong Turdidae. Hal ini diketahui dari bukti arkeologis yang berhasil ditemukan di Pulau Mallorca, Spanyol, yang saat itu masih menjadi bagian kekuasaan Romawi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bukti arkeologis berupa tulang burung thrush itu ditemukan di sebuah lubang sampah dekat reruntuhan toko makanan cepat saji kuno.

"Berdasarkan tradisi kuliner lokal di Mallorca - di mana burung thrush (Turdus philomelos) masih kadang-kadang dikonsumsi - saya dapat mengatakan dari pengalaman pribadi bahwa rasanya lebih mirip dengan burung liar kecil seperti burung puyuh daripada ayam," kata Alejandro Valenzuela, peneliti di Institut Mediterania untuk Studi Lanjutan di Mallorca, Spanyol, melansir Live Science, Rabu (11/6).

Dalam studi baru yang diterbitkan di International Journal of Osteoarchaeology, Valenzuela menjelaskan analisisnya terhadap koleksi tulang hewan yang ditemukan di kota kuno Pollentia, yang didirikan setelah Romawi menaklukkan Kepulauan Balearic pada tahun 123 SM. Pollentia dengan cepat menjadi pelabuhan Romawi yang aktif, dan kota tersebut berkembang untuk mencakup kuil, pemakaman, dan jaringan toko.

Salah satu toko ini kemungkinan berfungsi sebagai 'popina' atau sebuah tempat kecil di mana penduduk setempat dapat berkumpul dan menikmati camilan atau segelas anggur, karena arkeolog menemukan enam amphora besar yang tertanam di atas meja.

Di dekatnya, sebuah lubang pembuangan berkedalaman sekitar 4 meter diisi dengan sampah, termasuk pecahan keramik yang membantu menentukan penggunaan lubang tersebut antara tahun 10 SM dan 30 M, beserta berbagai tulang mamalia, ikan, dan burung.

Namun, Valenzuela tertarik untuk mempelajari lebih lanjut makanan dari burung kecil itu, karena tulang-tulang rapuh mereka seringkali tidak terawetkan dengan baik di situs arkeologi. Di lubang Pollentia, terdapat lebih banyak tulang burung thrush daripada jenis burung lainnya.

Dengan memeriksa tulang burung thrush yang ditemukan di lubang tersebut, Valenzuela menemukan sebuah pola, yakni meski terdapat banyak tengkorak dan tulang dada dari burung kecil tersebut, hampir tidak ada tulang lengan, kaki, atau tulang dada atas, yang merupakan bagian paling berlemak dari burung.

"Ketiadaan bagian daging pada bangkai burung menunjukkan bahwa burung thrush banyak dikonsumsi, menjadi bagian dari diet sehari-hari dan ekonomi pangan perkotaan di Pollentia," tulis Valenzuela dalam studinya.

Catatan sejarah menunjukkan pemburu burung liar Romawi sering menangkap songbird dalam kelompok besar menggunakan jaring atau perangkap lubang, lalu menjualnya ke toko-toko ritel yang memasak dan mendistribusikannya sebagai makanan.

Berdasarkan bukti tulang, Valenzuela berpendapat burung-burung tersebut diolah dengan cara menghilangkan tulang dada untuk meratakan bagian dada. Teknik ini memungkinkan penjual makanan untuk memasak burung dengan cepat.

Sementara itu, pecahan keramik yang ditemukan di lubang pembuangan menunjukkan bahwa burung-burung tersebut disajikan di piring, sebagaimana makanan yang disajikan di rumah.

"Namun, mengingat ukurannya yang kecil dan konteks makanan jalanan, juga sangat mungkin bahwa mereka disajikan di tusuk sate atau tongkat untuk memudahkan penanganan, kedua opsi tersebut mungkin terjadi," kata Valenzuela.

Selain tulang burung thrush, Valenzuela menemukan orang Romawi mengonsumsi ayam domestik (Gallus gallus) dan kelinci Eropa (Oryctolagus cuniculus) dalam jumlah besar. Hal ini menunjukkan hewan-hewan ini juga menjadi menu di warung cepat saji kuno tersebut.

Valenzuela mengatakan kota-kota Romawi memiliki pendekatan dinamis terhadap makanan, karena produk musiman seperti burung thrush dengan mudah diintegrasikan ke dalam diet sehari-hari.

"Makanan jalanan merupakan komponen fundamental dari pengalaman perkotaan," pungkasnya.

(dmi/dmi)

[Gambas:Video CNN]

Read Entire Article
Berita Olahraga Berita Pemerintahan Berita Otomotif Berita International Berita Dunia Entertainment Berita Teknologi Berita Ekonomi