Atasi Masalah Iklim, Pakar Inggris Kembangkan Vaksin 'Kentut Sapi'

1 week ago 13

Jakarta, CNN Indonesia --

Sekelompok ilmuwan sedang mengembangkan vaksin 'kentut sapi' untuk membantu mengatasi masalah krisis iklim. Bagaimana caranya?

Ide ini bermula ketika para pakar menyadari bahwa sapi dapat bertahan hidup hanya dengan makan rumput. Namun, ada harga mahal yang harus dibayar dari keajaiban sapi tersebut.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Saat rumput berfermentasi di dalam rumen - salah satu dari empat kompartemen di dalam perut hewan - secara alami menghasilkan metana, gas rumah kaca yang 28 kali lebih kuat daripada CO2, meskipun umurnya lebih pendek di atmosfer.

Metana tersebut dilepaskan melalui sendawa dan kentut, dan rata-rata, seekor sapi dapat menghasilkan sekitar 200 pon metana per tahun. Gas ini juga dilepaskan melalui kotoran, dan ternak menyumbang sekitar sepertiga dari emisi metana yang dihasilkan manusia, yang secara kolektif bertanggung jawab atas sekitar 30 persen pemanasan global.

Beberapa peternakan yang memberi makan sapi di pekarangan sudah menggunakan bahan tambahan makanan yang membantu mengurangi produksi metana dalam perut sapi, tetapi mereka memiliki kelemahan, seperti kemanjuran yang bervariasi dan kebutuhan untuk terus dipasok, yang sulit dilakukan jika hewan-hewan tersebut bebas berkeliaran.

Pirbright Institute di Inggris, sebuah laboratorium virologi yang berfokus pada ternak, kemudian mencetuskan ide untuk mengembangkan vaksin yang dapat menjadi alternatif mengurasi produk metana dalam perut sapi.

"Daya tarik vaksin sebagai bagian dari solusi adalah karena vaksin merupakan praktik yang sudah diadopsi dengan sangat baik, praktik yang umum, dengan infrastruktur yang sudah mampu melakukannya, dan orang-orang sudah mengetahui manfaat vaksinasi bagi kesehatan hewan secara umum," ujar John Hammond, direktur penelitian di Pirbright Institute, melansir CNN, Senin (10/2).

Upaya internasional ini didukung oleh dana sebesar US$9,4 juta dolar dari Bezos Earth Fund, badan filantropi pendiri Amazon untuk memerangi perubahan iklim. Proyek ini juga melibatkan Royal Veterinary College di Inggris, dan AgResearch, laboratorium inovasi pertanian di Selandia Baru.

"Harapannya adalah vaksin ini akan familiar - akan seperti vaksin lainnya," kata Hammond. "Skenario terbaiknya, ini akan menjadi vaksin dosis tunggal yang akan diterima hewan pada usia yang relatif muda, yang akan terus memberikan efek, dan targetnya adalah pengurangan emisi metana sebesar 30 persen," jelas dia.

Vaksin yang tidak biasa

Hammond mengungkap para ilmuwan telah mengerjakan ide vaksin 'kentut sapi' selama lebih dari satu dekade. Namun, sampai saat ini belum ada hasil yang nyata.

"Sudah ada investasi yang signifikan di berbagai negara untuk mencoba mengembangkan vaksin yang tidak biasa ini, karena vaksin ini tidak selalu untuk kepentingan hewan, tetapi untuk kepentingan emisi yang mungkin dihasilkan oleh hewan tersebut," katanya.

Hammond mengungkap bahwa saat ini belum ada produk vaksin 'kentut sapi', tetapi ada literatur ilmiah yang menunjukkan bahwa vaksin ini bisa dan akan berhasil.

"Agar dapat bekerja, vaksin ini harus menghasilkan antibodi yang mengikat bakteri di dalam rumen yang menghasilkan metana, dan menghentikannya," papar dia.

Namun, ia menambahkan, mengembangkannya merupakan tantangan yang sangat kompleks, karena antibodi - protein yang diproduksi oleh sistem kekebalan tubuh setelah menerima vaksin, untuk menyerang zat-zat asing - tidak diketahui bekerja dengan baik di dalam rumen.

Masalah potensial lainnya adalah kesejahteraan hewan, dan meskipun ada harapan bahwa tidak akan ada "efek nol" pada kesehatan mereka, Hammond mengatakan, hal itu belum terbukti.

Mungkin juga ada pengurangan jumlah pakan yang dapat diserap oleh rumen, yang berarti ternak mungkin membutuhkan lebih banyak makanan, sehingga meningkatkan biaya bagi peternak.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut dan menciptakan "bukti konsep" yang kemudian dapat digunakan untuk mengembangkan obat yang sebenarnya.


Read Entire Article
Berita Olahraga Berita Pemerintahan Berita Otomotif Berita International Berita Dunia Entertainment Berita Teknologi Berita Ekonomi