Jakarta, CNN Indonesia --
Christian Adinata tidak lagi masuk daftar pemain Pelatnas Cipayung untuk tahun 2025. Berikut wawancara eksklusif CNNIndonesia dengan Christian Adinata.
Christian Adinata adalah salah satu pemain yang sempat disebut memiliki prospek bagus di masa depan dan bisa jadi harapan akan hadirnya regenerasi di nomor tunggal putra. Namun setelah memenangkan SEA Games 2023 saat ia belum genap berusia 22 tahun, Christian Adinata mengalami cedera saat tampil di Malaysia Masters.
Awal cedera, Christian Adinata tidak langsung menjalani operasi melainkan hanya menjalani terapi. Setelah berbulan-bulan, Christian Adinata sempat tampil lagi di lapangan namun kondisinya tidak maksimal.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Christian Adinata akhirnya menjalani operasi di pertengahan tahun 2024. Saat menjalani pemulihan, Christian Adinata mendapati kabar bahwa dirinya terkena degradasi dari Pelatnas Cipayung.
Berikut wawancara eksklusif CNNIndonesia.com dengan Christian Adinata:
Bagaimana cerita awalnya saat keputusan dari PBSI itu muncul? Apakah kamu sudah tahu sebelum dirilis ke publik?
Keputusan itu, saya baru tahu dari Sabtu pagi. Jadi memang dari sebelumnya, saya belum tahu apa-apa. Waktu sebelum dipulangkan, ada meeting pelatih. Dari pelatih fisik, ada sedikit bocoran kala saya masih aman. Karena saya masih dalam pemulihan.
Jadi pikir saya, karena masih pemulihan, saya masih dikasih waktu oleh PBSI sampai benar-benar sembuh. Baru nanti dilihat lagi seperti apa. Jadi saya merasa aman.
Tiga hari sebelum pengumuman, saya sempat telepon Kabid Binpres Koh Didi [Eng Hian]. Cerita sebelumnya, PBSI meminta medical report saya, jadi saya disuruh MRI, terus ada tes kekuatan, mengukur kondisi lutut, segala macam. Pokoknya, mau melihat sudah sampai sejauh mana perkembangannya.
Saya sudah lakukan itu semua dan hasilnya membaik semua. Jadi tinggal diteruskan sedikit lagi. Dokter prediksi bulan Maret saya sudah bisa berkompetisi lagi.
Dan tiga hari sebelum pengumuman keluar, saya telepon Koh Didi. Tujuannya menyampaikan hasil MRI dan tes-tes untuk melihat sejauh mana.
Tujuan selanjutnya saya menelepon itu, saya meminta request status saya yang utama untuk turun ke pratama. Karena saya merasa tidak layak untuk kondisi sekarang yang belum sempurna di skuad utama. Karena khawatir mengganggu program yang lain.
Eng Hian saat ini menjabat sebagai Kabid Binpres PP PBSI. (CNN Indonesia/Arby Rahmat Putratama H)
Apalagi dengan pelatih baru yang belum benar-benar mengerti kondisi saya. Jadi saya request turun ke pratama. Karena saya merasa kurang layak dan di pertandingan pun ranking saya sudah jauh sekali, jadi harus mulai dari bawah lagi.
Otomatis, pertandingan bakal mengikuti jadwal pratama. Jadi lebih baik saya di pratama dulu dan kerja keras lagi sampai ada momen untuk masuk skuad utama.
Tetapi jawaban yang buat saya kaget, Koh Didi bilang tunggu dulu ini bukan masalah utama atau pratama, masih ada rapat untuk kamu dipertahankan atau tidak, jadi tunggu kabar dulu.
Terus ya sudah dari situ tidak ada kabar sama sekali sampai pada akhirnya hari Sabtu saya bangun tidur, ada DM masuk dari teman ganda putra bilang,'Semangat Chris, tetap semangat'.
Saya kaget, memang ada apa nih. Kemudian saya cek di media sosial PBSI belum ada daftar, tetapi kemudian sudah berseliweran di twitter. Saya kaget nama saya tidak ada.
Di situ tertulisnya tahap 1. "Apa saya di tahap 2 ya?"
Jadi saya berpikir mungkin masuk di tahap 2. Akhirnya saya langsung konfirmasi ke Koh Didi.
Saya tanya,"Izin nama saya benar tidak ada di tahap pertama atau bakal keluar di tahap kedua?"
Terus saya tanya,"Apakah saya justru tidak dipanggil lagi?"
Saya butuh kepastian untuk mengatur rencana ke depan.
Terus Koh Didi langsung jawab: "Setelah mempertimbangkan, tim pelatih tidak mengikutsertakan Christian Adinata dalam program pelatnas tahun 2025 dengan pertimbangan kondisi cedera."
Koh didi bilang: "Saran saya, Chris sembuhkan cedera di klub dulu kemudian setelah ada turnamen bisa kami pertimbangkan lagi."
Saya jawab sekali lagi: "Koh, mohon izin saya hancur sekali dengan keputusan ini. Saya merasa PBSI meninggalkan saya di tengah kondisi saya yang belum sempurna. Setelah semua yang saya perjuangkan dan gelar yang saya raih, saya pada akhirnya cedera karena membela negara saya sendiri, tapi saya ditinggalkan seperti ini. Padahal saya yakin ini tinggal sedikit lagi dan diperkirakan bulan Maret sudah bisa bertanding lagi."
"Izin koh, saya tidak marah. Saya hanya meluapkan isi hati saya, semoga Koh Didi bisa mengerti apa yang bisa saya rasakan."
Koh Didi bilang,"Saya paham dengan kondisi ini karena tidak sesuai dengan yang diinginkan. Keputusan ini tidak datang dari saya, tapi dengan orang-orang yang bertanggungjawab di sektor itu."
Saya bilang: "Baik, terima kasih Koh."
Christian Adinata berjuang melawan cedera lutut sejak pertengahan 2023. (Dok. PBSI)
Biasanya kalau atlet terkena degradasi, kan diajak ngomong dulu ya?
Nah biasanya seperti itu, jadi sebelum pulang itu rumor saya masih aman. Karena sebelum operasi, PBSI sudah diskusi dan berjanji untuk membiayai perawatan dan menunggu sampai pulih.
Tapi ini di luar ekspektasi. Di tengah jalan, saya ditinggalkan.
Posisi kamu agak rumit karena pengurus dan pelatih berganti. Bagaimana pesan Irwansyah sebelum dia keluar?
Intinya yang saya dapat dari bang Aboy, sebelum keluar Bang Aboy mau memperjuangkan saya untuk tetap di sini.
Jadi, kalau mau dibilang fair, ya biarkan saya pulih 100 persen dulu. Terus di coba ke beberapa turnamen. Kalau tidak bagus, baru degradasi, itu bisa saya terima. Kalau ini saya ditinggal di tengah jalan, belum sempat membuktikan apapun tetapi tidak dikasih kesempatan.
Terus, saya lama seperti ini bukan karena kemauan saya, tapi ada kesalahan di tim medis yang lalai dan segala macam jadi saya menepi lebih lama.
Jadi saya bingung, saya tidak salah apa-apa, saya sudah jalani semua instruksi tapi balasannya seperti ini.
Kamu bilang kamu tidak marah. Sebenarnya perasaan kamu bagaimana?
Lebih ke hancur. Sedih. Hancur. Berada di sini [Pelatnas Cipayung] memang sudah jadi cita-cita, saya masuk ke sini prosesnya tidak mudah karena banyak yang harus dikorbankan.
Saya menyayangkan, karena kalau saya bisa menjalani pemulihan di PBSI, tentu bakal lebih baik.
Karena contoh kecil, seperti terapi. Mau ambil kompres, tinggal ke ruang makan ambil es. Mau berendam, ada kolam air panas dan dingin. Pokoknya segala fasilitas ada, sampai vitamin.
Sekarang, dalam sebulan ada dua kali suntik PRP. Sekali suntik Rp2,5 juta. Dan itu sangat perlu untuk menumbuhkan tulang-tulang yang memang hancur di lutut. Saya butuh itu.
Kalau masih di dalam PBSI, hal itu bisa di-reimburse, jadi saya tidak terlalu memikirkan masalah biaya. Kalau di luar, saya tidak akan mendapatkan hal itu, jadi harus sendiri. Itu yang membuat saya kecewa, karena meninggalkan saya ketika keadaan seperti ini tanpa memberi kesempatan bahwa saya masih bisa.
Baca lanjutan berita ini di halaman berikut >>>