tim | CNN Indonesia
Kamis, 30 Jan 2025 07:45 WIB
Jakarta, CNN Indonesia --
Sejumlah perusahaan terkenal tak mampu bertahan alias bangkrut di Indonesia.
Penyebab kebangkrutan beragam mulai dari terjerat gunungan utang, buruknya manajemen, penjualan anjlok, hingga kondisi eksternal seperti ketidakpastian ekonomi global.
Berikut daftar perusahaan terkenal yang bangkrut di Indonesia seperti dikutip dari detikfinance:
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
1. 7-Eleven
Pada 2017 lalu, 7-Eleven (Sevel) resmi dinyatakan pailit. Anak usaha PT Modern Internasional Tbk (MDRN) itu menutup seluruh gerai Sevel di Indonesia lantaran tak kuat menanggung besarnya biaya operasional.
Sevel sempat populer di era 2010-an karena menyajikan berbagai makanan dan minuman, salah satunya Slurpee dan hotdog.
2. Nyonya Meneer
Nyonya Meneer dinyatakan pailit oleh Pengadilan Negeri (PN) Semarang pada 2017 lalu.
Perusahaan jamu raksasa ini ambruk lantaran perselisihan internal keluarga penerus, beban utang yang sangat besar, hingga kurangnya inovasi dalam produk-produknya.
Pada 8 Juni 2015 lalu, Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU) antara debitur dan 35 kreditur dinyatakan sah oleh hakim di Pengadilan Niaga Semarang.
Dalam perkara tersebut, Pihak Hendrianto Bambang Santoso yang merupakan salah satu kreditur asal Sukoharjo, menggugat pailit Nyonya Meneer karena tidak menyelesaikan utang sesuai proposal perdamaian. Hendrianto hanya menerima Rp 118 juta dari total utang sebesar Rp 7,04 miliar.
3. PT Sariwangi Agricultural Estate Agency (SAEA)
PT Sariwangi Agricultural Estate Agency (SAEA) dinyatakan pailit pada 2018 lalu.
Perusahaan teh yang berdiri sejak 1973 ini dinyatakan pailit karena tak mampu membayar cicilan kredit utang ke Bank ICBC Indonesia.
Adapun total utang Sariwangi ke Bank ICBC saat itu mencapai US$20.505.166 atau sekitar Rp316 miliar.
Pada 1989 lalu, Unilever sendiri hanya membeli merek Sariwangi bukan perusahaannya. Namun, Unilever masih mengambil pasokan dari SAEA.
4. Kodak
Kodak resmi dinyatakan pailit pada 2012 setelah berdiri sejak 1892.
Pasalnya, salah satu perintis di industri fotografi ini tak mampu bersaing dengan kompetitor yang menawarkan produk digital di tengah pesatnya kemajuan teknologi.
(sfr/sfr)