
FAJAR.CO.ID, JAKARTA – Program Makan Bergizi Gratis (MBG) kembali jadi sorotan. Kali ini, Ahli gizi kesehatan masyarakat Dr. Tan Shot Yen blak-blakan mengkritik isi menu yang dibagikan pemerintah dalam rapat dengar pendapat (RDP) bersama Komisi IX DPR RI, Selasa (23/9/2025) kemarin.
Menurut Dr. Tan, MBG seharusnya tidak berhenti di soal memberi makan anak-anak. Harusnya program ini mestinya bisa jadi sarana edukasi gizi sekaligus memperkenalkan makanan lokal ke generasi muda.
“Alokasikan menu lokal sebagai 80% isi MBG di seluruh wilayah. Saya pengen anak Papua bisa makan ikan kuah asam. Saya pengen anak Sulawesi bisa makan kapurung,” tegasnya di ruang rapat bersama Komisi IX DPR RI, dikutip Rabu (24/9/2025).
Sayangnya, yang ia lihat justru berbeda. Menu yang dibagikan didominasi makanan cepat saji berbahan dasar gandum, yang jelas bukan hasil bumi Indonesia.
“Dari Lhoknga (Aceh) sampai dengan Papua, yang dibagi adalah burger, di mana tepung terigu tidak pernah tumbuh di bumi Indonesia. Tidak ada anak muda yang tahu bahwa gandum tidak tumbuh di bumi Indonesia. Dibagi spaghetti. Dibagi bakmi gacoan. Oh my God. Dan maaf ya, isi burgernya itu kastanisasi juga,” ungkapnya.
Ia juga menyoroti kualitas makanan yang diterima anak-anak di berbagai daerah. Menurutnya, ada perbedaan mencolok antara wilayah pusat dan daerah.
“Kalau yang dekat dengan pusat supaya kelihatan bagus, kelihatan kayak chicken katsu. Tapi coba kalau yang di daerah, yang SPPG-nya juga agak sedikit main. Dikasih benda tipis berwarna pink. Saya aja nggak pernah mengatakan ini adalah daging olahan. Saya aja nista bilang itu daging olahan. Saya nggak tahu itu produk apaan. Itu rasanya kayak karton warnanya pink,” ujarnya.
Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di: