Jakarta, CNN Indonesia --
Perang dagang global yang disulut Amerika Serikat (AS) dengan kebijakan tarif impor ala Presiden AS Donald Trump membuat perekonomian dunia dilanda ketidakpastian.
Tak cuma diterapkan ke China, tarif tinggi Trump tersebut menyasar banyak negara lainnya, termasuk Indonesia.
Belakangan, pengenaan tarif baru untuk Indonesia dan negara lainnya yang semula direncanakan berlaku mulai Rabu (9/4), ditunda hingga 90 hari ke depan. Namun, penundaan ini dikecualikan untuk China.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Trump mengecualikan China dari penundaan implementasi tarif impor karena Beijing melawan dengan memberikan tarif balasan sehingga membuatnya murka.
Berikut fakta-fakta terbaru perang dagang jilid II:
1. AS-China saling serang tarif
Di tengah kebijakan penundaan tarif resiprokal untuk berbagai negara, Trump justru menambah besaran tarif untuk China dari semula 104 menjadi 125 persen pada Kamis (10/4). Hal ini dikarenakan Beijing membalas kebijakan dengan pengenaan tarif kepada negeri Paman Sam.
Perang daging China dan AS makin memanas dengan saling menambahkan pungutan tarif masing-masing. Presiden Xi Jinping bahkan menetapkan tarif 84 persen sebagai balasan kepada Trump.
Awalnya China menetapkan tarif 34 persen untuk produk AS, lalu naik menjadi 84 persen. Tarif baru ini mulai berlaku kemarin.
"Kepentingan kedaulatan, keamanan, dan pembangunan Tiongkok tidak dapat diganggu gugat. Kami akan terus mengambil langkah tegas dan kuat untuk melindungi hak dan kepentingan sah kami," tegas Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China Lin Jian, dikutip dari AFP.
2. Trump tunda tarif untuk Indonesia dkk kecuali China
Trump secara resmi mengumumkan penundaan pemberlakuan tarif balasan atau resiprokal selama 90 hari untuk semua negara terdampak, kecuali China.
Trump justru menaikkan tarif resiprokal menjadi 125 persen kepada China. Dalam pernyataan terbarunya, kebijakan tarif baru tersebut akan langsung berlaku.
3. Uni Eropa tunda balas tarif AS
Uni Eropa (UE) resmi mengumumkan penundaan penerapan tarif balasan terhadap Amerika Serikat (AS) selama 90 hari.
Keputusan ini diambil setelah Presiden AS Donald Trump secara mendadak melakukan perubahan kebijakan terkait tarif perdagangan.
"Kami ingin memberi kesempatan bagi proses negosiasi," tulis Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen dalam unggahannya di platform X.
4. China buka opsi negosiasi dengan AS
Pemerintah China membuka opsi dialog dengan AS terkait perang dagang.
Ini tertuang dalam bagian ke-6 white paper berjudul 'China's Position on Some Issues Concerning China-US Economic and Trade Relations' yang dirilis The State Council Information Office (SCIO) 9 April kemarin. Namun, ada syarat yang diminta China.
Negeri Tirai Bambu yang dipimpin Presiden Xi Jinping itu mensyaratkan dialog yang setara alias equal-footed. Pemerintah China ingin mendorong kerja sama ekonomi dan perdagangan dengan AS yang saling menguntungkan.
"China dan AS adalah dua ekonomi teratas dunia. Kerja sama ekonomi dan perdagangan antara kedua negara sangat besar, substantif, dan berbasis luas yang melibatkan begitu banyak pemain sehingga wajar saja jika ada beberapa perbedaan," tulis white paper itu, dikutip Kamis (10/4).
"Cara terbaik untuk mengatasi masalah dan menjembatani kesenjangan adalah dengan mencari jalan untuk kerja sama yang saling menguntungkan melalui dialog yang setara," tegas China.
5. China 'ngadu' ke WTO
China juga menempuh jalur lain dalam perang tarif ini. Mereka melayangkan tuntutan terhadap Amerika Serikat kepada Organisasi Perdagangan Dunia (World Trade Organization/WTO).
Perwakilan China di WTO menuturkan Beijing telah resmi mengajukan tuntutan terhadap AS ke WTO terkait penerapan perang tarif Trump yang dianggap berpotensi mengacaukan perdagangan global.
Beijing juga menuduh Washington telah melanggar aturan WTO dan merusak sistem perdagangan multilateral. China mendorong Sekretariat WTO meneliti dampak dari kebijakan tarif timbal balik terhadap perdagangan global serta melaporkan temuannya kepada seluruh anggota.
"Situasi ini telah meningkat secara berbahaya ... Sebagai salah satu anggota yang terdampak, China menyampaikan keprihatinan mendalam dan penolakan tegas terhadap langkah sembrono ini," tegas pernyataan China kepada WTO.
"Tarif timbal balik bukanlah dan tidak akan pernah menjadi solusi bagi ketidakseimbangan neraca perdagangan. Sebaliknya, kebijakan ini akan menjadi bumerang dan justru merugikan Amerika Serikat sendiri," kata mereka.
AS getok China tarif 145 persen
AS makin menggila dengan menaikkan tarif 145 untuk produk-produk asal China. Gedung Putih mengonfirmasi produk impor China yang akan masuk ke AS kini terkena tarif impor minimal 145 persen, naik dari pengumuman sehari sebelumnya sebesar 125 persen.
Melalui pernyataan pada Kamis (10/4) waktu setempat, Gedung Putih menuturkan tarif timbal balik (resiprokal) sebesar 125 persen untuk China yang diumumkan sebelumnya itu di luar tarif 20 persen yang sudah lebih dulu diberlakukan.
Washington menegaskan besaran tarif yang dikenakan terhadap barang-barang China bersifat akumulatif.
Trump mengaitkan kenaikan tarif 20 persen tersebut dengan isu imigrasi ilegal dan masuknya fentanil ke AS, yang menurutnya melibatkan peran China.
Selain itu, Trump juga menaikkan tarif untuk barang-barang asal China bernilai di bawah US$800 menjadi 120 persen per 2 Mei.
Penerapan tarif 145 persen ini menandakan balasan terbaru dari AS terhadap kenaikan tarif yang dilayangkan China untuk barang-barang AS yang ingin masuk ke Negeri Trai Bambu.
(ldy/pta)