Fenomena Luigi Mangione, Mengapa Orang Simpati pada Pelaku Pembunuhan?

1 month ago 21

Daftar Isi

Jakarta, CNN Indonesia --

Kasus pembunuhan Brian Thompson, seorang bos perusahaan asuransi besar di Amerika Serikat, menyita perhatian publik di dunia maya. Alih-alih mengecam tindakan pelaku penembakan Luigi Mangione, netizen justru ramai-ramai menunjukkan dukungan kepada tersangka.

Seiring berkembangnya kasus ini, Mangione bahkan mendapatkan dukungan luas di media sosial. Tagar seperti #JusticeForLuigi pun viral, memunculkan berbagai opini yang menggambarkan Mangione sebagai 'pejuang kecil' melawan ketidakadilan.

Kenapa publik malah mendukung Mangione yang jelas bersalah membunuh bos asuransi tersebut?

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Psikolog yang juga merupakan Ketua Yayasan Tabula Rasa Arnold Lukito mengatakan, dukungan terhadap pelaku pembunuhan sebenarnya bukan kali pertama terjadi. Untuk kasus ini, dukungan terhadap Mangione mencerminkan ketidakpuasan besar masyarakat terhadap sistem asuransi kesehatan AS.

"Ini bukan hanya tentang Mangione atau Thompson sebagai individu, tetapi tentang rasa frustrasi kolektif terhadap ketidakadilan sistemik. Dalam keadaan ini, tindakan ekstrem pun bisa dianggap sebagai bentuk protes," kata Arnold saat dihubungi CNNIndonesia.com, Jumat (13/12).

Selain itu, beberapa faktor juga bisa memicu kenapa banyak orang yang malah mendukung pelaku pembunuhan dalam beberapa kasus.

1. Empati pada korban sistem

Faktor ini nyata terjadi pada kasus yang melibatkan Mangione.

Masyarakat sering kali berempati pada individu atau kelompok yang dipandang sebagai korban dari ketidakadilan. Kata Arnold, dalam kasus ini, Mangione dianggap sebagai wakil dari banyak orang yang merasa dirugikan oleh sistem asuransi kesehatan AS.

Ketika narasi yang muncul menggambarkan Mangione sebagai sosok heroik, publik pun bersimpati, meski tindakannya jelas melanggar hukum.

"Brian Thompson dipersepsikan sebagai simbol dari sistem yang hanya mengejar keuntungan tanpa peduli pada penderitaan orang kecil," kata dia.

Ilustrasi handphoneIlustrasi. Parasocial relationship, jadi salah satu faktor ada publik yang bisa bersimpati pada pelaku pembunuhan. (iStock/FreshSplash)

Era media digital turut memengaruhi opini masyarakat. Dalam beberapa laporan media, Mangione digambarkan sebagai seorang ayah pekerja keras yang berjuang demi keluarganya. Narasi ini menciptakan rasa koneksi emosional dengan Mangione.

"Hubungan parasosial, yaitu hubungan satu arah yang terbentuk melalui media, membuat orang merasa dekat dengan Mangione," jelas Arnold.

Mangione, kata Arnold dilihat sebagai 'orang seperti kita' yang melawan ketidakadilan. Itu sebabnya netizen cenderung memaafkan atau mendukung tindakannya.

3. Dehumanisasi korban

Fenomena ini juga dipengaruhi oleh bagaimana masyarakat memandang korban. Arnold menjelaskan bahwa orang seperti Brian Thompson, yang memiliki status tinggi dalam sistem yang dianggap tidak adil, sering kali di-dehumanisasi.

"Masyarakat tidak lagi melihat korban sebagai individu dengan kehidupan, nilai, dan keluarga. Thompson dipandang sebagai simbol ketidakadilan. Hal ini mempermudah masyarakat untuk mendukung Mangione tanpa merasa bersalah," katanya.

Di media sosial, tagar seperti #JusticeForLuigi semakin memperkuat dukungan terhadap Mangione. Banyak netizen menulis bahwa tindakannya merupakan 'perlawanan' terhadap sistem korup yang sering mempersulit kehidupan orang kecil. Narasi ini meluas tanpa memperhatikan kompleksitas kasus yang sebenarnya.

"Sekali masyarakat terbawa arus emosi dan narasi di media sosial, opini mereka bisa menjadi bias. Mereka mulai melihat tindak kekerasan sebagai bentuk balasan yang layak terhadap sistem yang tidak adil," ungkap Arnold.

(tst/asr)

[Gambas:Video CNN]

Read Entire Article
Berita Olahraga Berita Pemerintahan Berita Otomotif Berita International Berita Dunia Entertainment Berita Teknologi Berita Ekonomi