FAJAR.CO.ID,JAKARTA — Gunung Semeru kembali mengamuk. Dalam hitungan jam, status gunung tertinggi di Jawa Timur itu melonjak dari Siaga (Level III) ke Awas (Level IV), status tertinggi dalam dunia kegunungapian. Keputusan ini dikeluarkan setelah letusan besar terjadi sejak Rabu (19/11) siang.
Material erupsi menyembur hingga 2.000 meter di atas puncak, disusul luncuran awan panas sejauh 13 kilometer ke arah selatan dan tenggara. Kondisi ini membuat warga di sejumlah wilayah panik dan memilih meninggalkan rumah mereka.
BNPB menyampaikan sedikitnya tiga desa di Lumajang terdampak langsung, yakni Supit Urang dan Oro-Oro Ombo di Kecamatan Pronojiwo, serta Penanggal di Kecamatan Candipuro. Data sementara menunjukkan ratusan orang sudah berada di berbagai titik pengungsian.
Basarnas mencatat lebih dari 950 warga Pronojiwo dan Candipuro kini menempati sejumlah fasilitas darurat seperti sekolah, masjid, hingga balai desa.
“Pendataan masih terus dilakukan,” tulis Basarnas dalam pernyataannya, dikutip Jumat (21/11/2025).
Di tengah situasi ini, laporan korban mulai muncul. Tiga orang mengalami luka bakar akibat awan panas. Dua di antaranya adalah pasangan suami-istri yang terjatuh di Jembatan Gladak Perak.
“Korban mengalami luka bakar sekitar 20 persen setelah terjatuh saat melintas di jembatan Perak yang licin dan tertutup abu panas akibat erupsi Gunung Semeru yang disertai luncuran guguran awan panas,” ujar Sekda Lumajang Agus Triyono.
Pemerintah Kabupaten Lumajang lantas menetapkan status tanggap darurat selama tujuh hari, mulai 19–25 November 2025, untuk mempercepat penanganan bencana dan memudahkan mobilisasi logistik maupun tenaga SAR.
Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di:













































