CNN Indonesia
Selasa, 29 Okt 2024 11:23 WIB
Jakarta, CNN Indonesia --
Media sosial Instagram mengungkap rahasia bahwa mereka sengaja menurunkan kualitas video yang tidak populer di platform mereka. Apa alasannya?
Adam Mosseri, bos Instagram dan Thread, mengungkap perusahaan menerapkan kebijakan pengaturan kualitas video berdasarkan tingkat popularitas konten. Menurut dia video yang lebih populer ditampilkan dengan kualitas yang lebih tinggi, sedangkan video yang kurang populer akan diturunkan kualitasnya.
Mosseri menjelaskan tujuan utama dari kebijakan ini adalah menampilkan video berkualitas terbaik untuk pengguna. Namun, jika sebuah video tidak mendapatkan banyak penonton dalam waktu yang lama, sistem akan secara otomatis menurunkan kualitasnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jika kemudian video tersebut kembali populer, kualitasnya akan ditingkatkan lagi.
"Secara umum, kami ingin menampilkan video dengan kualitas terbaik yang kami bisa. Namun jika ada sesuatu yang tidak ditonton dalam waktu lama karena sebagian besar penayangan terjadi di awal, kami akan beralih ke video dengan kualitas yang lebih rendah. Lalu jika video tersebut sering ditonton lagi, kami akan merender ulang video dengan kualitas yang lebih tinggi." ucap Mosseri dalam sebuah rekaman video, melansir The Verge, Senin (28/10).
Mekanisme ini, menurut Mosseri, tidak terjadi pada tingkat individu melainkan pada tingkat agregat. Dengan kata lain interaksi satu pengguna tidak mempengaruhi kualitas video yang ditampilkan hanya untuk mereka, tetapi keputusan ini dilakukan berdasarkan data secara keseluruhan.
Instagram menerapkan metode pengkodean yang lebih intensif ke video yang populer guna menghemat sumber daya komputasi untuk konten yang lebih diminati.
"Kami bias ke kualitas yang lebih tinggi bagi kreator yang menghasilkan banyak penayangan," tambah Mosseri, melansir Tech Crunch.
Sistem ini mendapatkan beberapa kritik karena dianggap lebih menguntungkan kreator populer dan berpotensi mempersulit kreator yang kurang populer untuk berkembang. Namun Mosseri menekankan bahwa interaksi pengguna lebih dipengaruhi oleh konten videonya daripada kualitas video.
"Dalam praktiknya, hal ini tampaknya tidak terlalu menjadi masalah, karena perubahan kualitasnya juga tidak terlalu besar dan apakah orang berinteraksi dengan video atau tidak itu lebih bergantung pada konten video tersebut daripada kualitas nya." ucap Mosseri.
(wnu/dmi)