Jakarta, CNN Indonesia --
Seorang pria asal Inggris berusia 78 tahun ditemukan memiliki tiga penis setelah mendonorkan tubuhnya untuk penelitian.
Kasus medis yang dikenal triphallia atau pria dengan tiga penis baru-baru ini didokumentasikan dalam sebuah penelitian. Ini menjadi kasus kedua yang tercatat dalam sejarah.
Kondisi langka ini ditemukan oleh mahasiswa kedokteran dari University of Birmingham, Inggris, saat mereka melakukan pemeriksaan post-mortem terhadap seorang pria berusia 78 tahun yang telah mendonorkan tubuhnya untuk kepentingan penelitian.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pria tersebut kemungkinan besar tidak pernah menyadari penis tambahannya selama dia hidup. Alat kelaminnya tampak normal dari luar, namun ada dua penis tambahan yang tumbuh tersembunyi di dalam skrotum, tepatnya di bawah penis utama yang terlihat.
Penemuan ini menunjukkan pria berpenis lebih dari satu kemungkinan lebih umum daripada yang diperkirakan.
"Tanpa gejala apa pun dan kebutuhan medis tambahan, penis internal yang tersembunyi mungkin tidak menampakkan diri, sehingga mencegah diagnosis," jelas penulis laporan yang dipimpin oleh John Buchanan mahasiswa dari University of Birmingham, melansir Science Alert, Kamis (17/10).
Triphallia adalah kondisi bawaan yang sangat langka dengan hanya satu kasus sebelumnya yang dilaporkan pada tahun 2020. Kasus tersebut terjadi pada seorang bayi yang baru lahir.
Hal tersebut menunjukkan kasus pria berpenis banyak terjadi sekali dari 5 hingga 6 juta kelahiran.
Dalam literatur medis, kasus dengan dua penis atau diphallia telah tercatat sekitar 100 kasus tetapi penemuan tiga penis merupakan kejadian yang sangat langka.
Para peneliti di Universitas Birmingham mencatat meskipun alat kelamin pria itu terlihat normal di luarnya, anatomi internalnya menunjukkan variasi yang signifikan. Penis keduanya berbagi saluran uretra dengan penis utama, sementara penis ketiga tidak memiliki uretra sama sekali.
Hal ini menimbulkan pertanyaan tentang bagaimana kondisi ini dapat mempengaruhi fungsi seksual dan kesehatan pria tersebut selama hidupnya.
"Kelainan morfologi penis ini mungkin tidak teridentifikasi selama hidupnya. Namun, ia mungkin mengalami defisit fungsional karena anatomi abnormal di daerah tersebut, yang mungkin mencakup infeksi saluran kemih, disfungsi ereksi, atau masalah kesuburan," tulis para peneliti, melansir Newsweek, Rabu (16/10).
Saluran uretra yang melewati penis utama dan penis kedua membantu mengurangi resiko komplikasi seperti infeksi saluran kemih. Resikonya tidak terlalu tinggi karena tidak ada uretra yang terputus.
Namun kondisi ini tetap bisa menimbulkan komplikasi dalam beberapa situasi seperti saat melakukan intervensi medis, pemasangan kateter, atau prosedur bedah lainnya.
Penemuan ini sangat penting karena mengungkap kemungkinan seseorang memiliki polyphallia (kondisi dengan lebih dari satu penis) yang tidak terlihat atau terdeteksi, meskipun orang tersebut terlihat sehat. Ini berarti bahwa mungkin banyak pria yang memiliki kondisi ini tetapi tidak menyadarinya.
Dengan penemuan ini, para peneliti dapat memahami kasus polyphallia mungkin lebih umum daripada yang dipikirkan sebelumnya. Artinya, mungkin lebih banyak orang yang memiliki kelainan ini daripada jumlah yang tercatat dalam penelitian-penelitian sebelumnya.
Ini penting untuk diketahui karena bisa membantu dokter dan tenaga medis dalam mendiagnosis dan merawat orang-orang dengan kondisi yang serupa di masa depan.
"Sangat penting bagi penyedia layanan kesehatan untuk menyadari polyphallia dalam mendiagnosis pasien yang mengalami gejala urologi dan untuk intervensi perawatan kesehatan, seperti pemasangan kateter sederhana, pencitraan urologi, dan pembedahan." tulis para peneliti.
(wnu/dmi)