Jakarta, CNN Indonesia --
Akhir-akhir ini Anda mungkin kerap mendengar istilah authopagy. Konon proses ini terjadi pada tubuh yang tengah menjalani puasa, manfaatnya pun tak tanggung-tanggung karena disebut bisa bikin panjang umur.
Tapi, apa sebenarnya autophagy ini?
Autophagy sendiri merupakan proses alami dalam tubuh yang memungkinkan sel untuk mendaur ulang bagian-bagian yang rusak atau tidak lagi berfungsi. Melansir Cleveland Clinic, proses ini berperan penting dalam menjaga kesehatan sel, meningkatkan efisiensi kerja sel, bahkan memiliki potensi dalam pencegahan serta penanganan penyakit.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Salah satu cara paling efektif untuk memicu authopagy adalah melalui puasa. Inilah alasan mengapa puasa tidak hanya bernilai spiritual tetapi juga memiliki manfaat ilmiah yang luar biasa bagi tubuh.
Autophagy atau autofagi berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani, yaitu "autos" yang berarti "diri sendiri" dan "phagomai" yang berarti "memakan." Secara harfiah, autophagy berarti "memakan diri sendiri", ini menggambarkan bagaimana sel dalam tubuh mendaur ulang komponen yang sudah tidak berfungsi dan menggunakan kembali bagian yang masih bisa dimanfaatkan untuk membangun sel baru yang lebih sehat.
Setiap sel dalam tubuh memiliki berbagai bagian kecil yang bekerja untuk memastikan fungsi sel berjalan dengan baik. Seiring waktu, beberapa bagian ini bisa menjadi rusak atau tidak berfungsi.
Jika tidak dibersihkan, sel-sel tersebut dapat kehilangan efisiensinya, bahkan bisa berkontribusi pada perkembangan penyakit. Mulai dari kanker, infeksi, hingga penyakit degeneratif seperti Alzheimer.
Hubungan puasa dan autophagy
Seiring bertambahnya usia, proses autophagy dalam tubuh cenderung melambat. Hal ini menyebabkan akumulasi "sampah seluler," yang dapat meningkatkan risiko berbagai penyakit kronis. Oleh karena itu, memahami dan mengoptimalkan autophagy dapat membantu meningkatkan kualitas hidup dan memperlambat proses penuaan.
Salah satu pemicu utama autophagy adalah puasa. Saat tubuh tidak menerima asupan makanan untuk jangka waktu tertentu, sel-sel mulai kehabisan sumber energi eksternal. Untuk bertahan hidup, tubuh mulai memanfaatkan cadangan energi yang ada, termasuk dengan mendaur ulang bagian sel yang rusak.
Puasa bekerja dengan cara berikut:
Saat kita berhenti makan, kadar glukosa dan insulin dalam tubuh menurun. Hal ini bisa memberi sinyal kepada sel bahwa mereka harus mulai memanfaatkan sumber energi lain.
2. Pemecahan glikogen
Hati menyimpan glukosa dalam bentuk glikogen. Ketika puasa berlangsung lebih lama, glikogen dalam hati dipecah menjadi glukosa untuk memberi energi pada tubuh.
3. Masuk ke ketosis
Setelah glikogen habis, tubuh mulai membakar lemak sebagai sumber energi utama. Proses ini disebut ketosis dan dapat membantu meningkatkan autophagy.
Berapa lama harus puasa untuk memicu autophagy?
Proses autophagy biasanya dimulai setelah 24 jam berpuasa dan mencapai puncaknya sekitar 48 jam. Namun, waktu pasti yang dibutuhkan untuk mencapai autophagy dapat berbeda-beda tergantung pada individu dan tingkat metabolisme mereka.
Menukil MediciNet, beberapa penelitian pada hewan menunjukkan bahwa autophagy mulai meningkat setelah 24 jam dan mencapai tingkat optimal setelah 2-4 hari puasa. Namun, penelitian lebih lanjut masih diperlukan untuk menentukan berapa lama seseorang harus berpuasa untuk mendapatkan manfaat optimal dari autophagy.
Selain puasa, ada beberapa cara lain yang dapat membantu meningkatkan autophagy. Misalnya dengan melakukan pembatasan kalori dengan cara mengurangi asupan kalori tanpa sepenuhnya berhenti makan. Hal ini bisa mendorong tubuh untuk lebih efisien dalam menggunakan energi dan memicu autophagy.
Selain itu, aktivitas fisik, terutama latihan ketahanan dan aerobik juga terbukti meningkatkan autophagy dalam otot dan jaringan tubuh lainnya.
(tis/tis)