Selular.id – Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) bersiap menggelar lelang pita frekuensi 2,6 GHz pada akhir 2025 untuk mempercepat pengembangan jaringan 5G di Indonesia.
Langkah strategis ini diharapkan dapat mendongkrak kecepatan internet nasional yang saat ini masih tertinggal dibanding negara tetangga di Asia Tenggara.
Menteri Komunikasi dan Digital Meutya Hafid mengonfirmasi rencana lelang frekuensi 2,6 GHz setelah penyelesaian lelang frekuensi 1,4 GHz.
“Mudah-mudahan untuk kejar akhir tahun ini, kita juga akan melakukan lelang dari 2,6 GHz untuk pembangunan 5G,” ujar Meutya dalam acara FEKDI x IFSE 2025 di Jakarta Pusat, seperti dikutip dari Antara, Rabu (5/11/2025).
Meski lelang ditargetkan digelar akhir tahun ini, Komdigi memperkirakan proses lelang baru akan rampung pada tahun depan.
Pembangunan jaringan 5G melalui frekuensi 2,6 GHz diharapkan dapat segera dimulai setelah proses lelang selesai.
“Kalau lancar, (lelang frekuensi 2,6 GHz) tahun depan selesai dan pembangunannya juga sudah mulai dirasakan tahun depan,” tambah Meutya.
Apa Itu Pita Frekuensi 2,6 GHz?
Secara sederhana, pita frekuensi merupakan jalur “lalu lintas” tempat sinyal nirkabel seperti internet seluler, WiFi, dan siaran televisi berjalan.
Semakin lebar dan bersih jalurnya, semakin lancar arus data yang dapat dilewatkan.
Frekuensi 2,6 GHz dikenal ideal untuk layanan 4G dan 5G, terutama di wilayah perkotaan dengan kepadatan pengguna tinggi.
Spektrum ini menawarkan kapasitas besar dan kecepatan tinggi, meskipun jangkauannya lebih pendek dibanding pita rendah seperti 700 MHz.
Karakteristik ini membuat frekuensi 2,6 GHz dinilai cocok untuk area dengan kebutuhan bandwidth tinggi, misalnya kawasan bisnis, pusat kota, dan kampus.
Menurut laporan GSMA Intelligence, pita 2,6 GHz sudah digunakan di lebih dari 80 negara untuk penggelaran jaringan 4G dan 5G karena kemampuannya menyediakan kapasitas data tinggi tanpa menimbulkan gangguan signifikan pada layanan eksisting.
Frekuensi 2,6 GHz merupakan salah satu pita mid-band yang memiliki keunggulan kapasitas dengan bandwidth yang tersedia sebanyak 190 MHz.
Dampak Positif bagi Pengembangan 5G
Penggunaan frekuensi 2,6 GHz diharapkan dapat menjadi angin segar bagi koneksi internet nasional, terutama 5G yang belum berkembang pesat sejak hadir pada pertengahan 2021.
Data menunjukkan cakupan jaringan seluler generasi kelima itu baru mencapai 10% sejak diluncurkan.
Pita frekuensi radio 2,6 GHz dengan moda Time Division Duplex (TDD) memiliki ekosistem perangkat 4G dan 5G terbanyak ke-2 secara global.
Dengan digunakannya spektrum ini oleh operator seluler, Komdigi mengharapkan dampak positif berupa konektivitas broadband yang lebih berkualitas.
Sebelumnya, Komdigi telah melakukan konsultasi publik terkait pemanfaatan spektrum mid-band pada Mei 2025.
Dalam pernyataannya, Komdigi menegaskan bahwa tambahan pita frekuensi radio untuk mobile broadband sangat dibutuhkan Indonesia selain untuk meningkatkan daya saing bangsa, juga untuk meningkatkan pengalaman internet yang lebih baik.
Dukungan terhadap percepatan lelang frekuensi 2,6 GHz juga datang dari berbagai pihak, termasuk Bos Ericsson yang mendorong percepatan lelang frekuensi 2,6 GHz untuk 5G Indonesia.
Industri telekomunikasi pun menunggu kepastian lelang ini, dengan operator seluler yang menunggu lelang 700 MHz dan 2,6 GHz sambil meminta harga terjangkau.
Fondasi Ekosistem Digital Masa Depan
Selain meningkatkan pengalaman pengguna, pembukaan pita 2,6 GHz juga menjadi fondasi bagi pengembangan ekosistem 5G dan ekonomi digital.
Dengan kapasitas data tinggi dan latensi rendah, pita ini dapat menunjang teknologi masa depan seperti kendaraan otonom, kota pintar (smart city), Internet of Things (IoT), dan cloud computing.
Kecepatan rata-rata internet Indonesia saat ini masih terbilang tertinggal di kawasan Asia Tenggara.
Berdasarkan data Ookla Speedtest Global Index (Oktober 2025), kecepatan unduh rata-rata internet seluler di Indonesia mencapai 36,9 Mbps, sedangkan Malaysia sudah berada di kisaran 89 Mbps, dan Singapura mencapai lebih dari 110 Mbps.
Lelang frekuensi 2,6 GHz ini menjadi bagian dari rangkaian lelang spektrum yang sedang dipersiapkan Komdigi.
Sebelumnya, Komdigi telah menyelesaikan lelang frekuensi 1,4 GHz dengan menargetkan 20 juta koneksi internet rumah.
Rangkaian lelang spektrum ini diharapkan dapat memperkuat infrastruktur digital Indonesia secara keseluruhan.
Dengan persiapan lelang frekuensi 2,6 GHz yang sedang berjalan, industri telekomunikasi Indonesia menantikan percepatan transformasi digital yang lebih merata dan berkualitas.
Implementasi frekuensi ini diharapkan dapat membawa Indonesia setara dengan negara-negara lain dalam hal konektivitas digital dan kesiapan menghadapi era teknologi 5G yang lebih matang.










































