Jakarta, CNN Indonesia --
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprediksi cuaca ekstrem berpotensi melanda sejumlah wilayah Indonesia dalam periode sepekan ke depan. Simak daftarnya.
BMKG, dalam Prospek Cuaca Mingguan Periode 22-28 Oktober, memperkirakan dalam sepekan ke depan, cuaca di berbagai wilayah Indonesia masih akan dipengaruhi oleh pola peralihan musim.
Kondisi ini ditandai dengan suhu terik pada siang hari yang diikuti oleh potensi hujan pada skala lokal saat sore hingga malam hari hari.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Hujan yang terjadi umumnya bersifat tidak merata. Hujan dengan intensitas sedang hingga lebat berpotensi disertai kilat dan angin kencang," demikian penjelasan BMKG.
Apa yang menyebabkan kondisi tersebut?
Menurut BMKG, salah satu faktornya adalah ketidakstabilan atmosfer selama periode ini yang kemudian dapat meningkatkan peluang terbentuknya awan konvektif, khususnya di wilayah bagian selatan Indonesia seperti Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara.
Di daerah-daerah tersebut juga sudah terpantau kenaikan curah hujan, terutama pada akhir pekan kemarin.
Sementara itu, beberapa wilayah lain di Indonesia bagian utara, terutama di Kalimantan bagian timur dan utara, Sulawesi bagian utara, serta Maluku Utara berpotensi terjadi peningkatan kecepatan angin hingga >25 knot atau 46 km/jam akibat bibit siklon tropis 96W di Laut Filipina.
Sedangkan di beberapa wilayah di Indonesia bagian selatan, peningkatan kecepatan angin hingga 20 knot atau 36 km/jam diprediksi juga akan terjadi, namun lebih diakibatkan karena awan-awan Comulunimbus yang bersifat lokal.
"Oleh karena itu, masyarakat diimbau untuk tetap waspada terhadap potensi cuaca ekstrem yang dapat terjadi secara mendadak, terutama pada sore hingga menjelang malam hari, serta waspada terhadap peningkatan kecepatan angin di beberapa wilayah," kata lembaga meteorologi.
Dinamika atmosfer
BMKG mengungkap dalam sepekan terakhir curah hujan pada tiga hari belakangan di wilayah Indonesia relatif tinggi.
Tercatat hujan dengan intensitas lebat (50-100 mm/hari) terjadi pada 18 Oktober di Stasiun Meteorologi Samratulangi (96 mm/hari), Stasiun Meteorologi Juwata(63mm/hari), Stasiun Meteorologi Sentani (55 mm/hari), Stasiun Meteorologi Naha (52mm/hari), Stasiun Meteorologi Tanjung Harapan (52 mm/hari), dan Stasiun Meteorologi Sultan Hasanudin (51 mm/hari).
Kemudian, hujan lebat juga terjadi pada 19 Oktober di Stasiun Meteorologi Tanjung Harapan (52mm/hari). Serta tanggal 20 Oktober di Stasiun Meteorologi Supadio (64 mm/hari), Stasiun Meteorlogi Naha (57 mm/hari), Stasiun Meteorologi Mali (54 mm/hari).
Menurut BMKG, sejumlah dinamika atmosfer turut berkontribusi terhadap kondisi cuaca di Tanah Air beberapa waktu ini.
Pertama, Madden Julian Oscillation (MJO) berada pada fase 5 (Maritime Continent) yang berkontribusi terhadap proses pembentukan awan hujan di wilayah Indonesia.
Kedua, aktivitas gelombang atmosfer Rossby Ekuatorial diperkirakan bakal aktif di wilayah Laut Natuna, Laut Natuna Utara, Laut Sulu, Kalimantan Utara, Laut Sulawesi, dan Samudra Pasifik utara Halmahera hingga Papua.
Ketiga, gelombang atmosfer Kelvin diprediksi aktif di di Laut Andaman dan Samudera Hindia sebelah selatan pulau Jawa hingga NTT.
"Aktivitas atmosfer ini berpotensi meningkatkan pembentukan awan hujan di wilayah-wilayah tersebut," jelas BMKG.
Tidak hanya itu, bibit siklon tropis 96W masih terpantau di Laut Filipina dan bibit siklon tropis 98B di Teluk Benggala.
Kedua bibit siklon tropis tersebut membentuk daerah perlambatan kecepatan angin (Konvergensi) yang memanjang di wilayah Laut Andaman, Laut Natuna Utara, Laut Sulawesi, Samudra Pasifik utara Papua Barat, Papua Barat, serta peningkatan kecepatan angin hingga mencapai >25 knot, terpantau di Laut Andaman, Laut Sulawesi, Laut Filipina dan Samudra Pasifik utara Maluku Utara.
Daerah perlambatan kecepatan angin (konvergensi) juga terpantau memanjang di Riau, dari Sumatra Selatan hingga Jambi, dari Perairan utara NTT hingga Pesisir selatan Sulawesi Tenggara, dan di sekitar Papua bagian tengah. Daerah pertemuan angin (konfluensi) terpantau di Samudra Hindia selatan Jawa Tengah, di Laut Natuna Utara, di Samudra Pasifik utara Papua Barat, dan di Perairan utara Papua.
Infografis Apa Beda Puting Beliung, Siklon, dan Tornado? (Foto: Basith Subastian/CNNIndonesia)
Prospek cuaca sepekan ke depan di halaman selanjutnya...