
FAJAR.CO.ID, JAKARTA -- Mantan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) sekaligus mantan Direktur Utama surat kabar Jawa Pos dan Jawa Pos Group, Dahlan Iskan tak pernah menyangka bakal berurusan dengan polisi di usianya yang 74 tahun. Dulu, ia mengira akan seumur hidup di Jawa Pos sampai mati. Bahkan membayangkan mungkin makamnya pun kelak akan di halaman gedung Jawa Pos.
Itu karena, banyak yang bilang, "Jawa Pos adalah Dahlan Iskan, dan Dahlan Iskan adalah Jawa Pos".
"Seluruh energi muda saya memang tumpah untuk Jawa Pos. Saya sempat bahagia ketika banyak yang mengakui bahwa sayalah yang membuat Jawa Pos dari perusahaan yang begitu kecil dan miskin menjadi raksasa media dengan kekayaan bertriliun-triliun rupiah," kata Dahlan Iskan dalam Catatan Harian Dahlan bertajuk 'Jadi Tersangka' yang terbit pada Rabu (9/7/2025) dikutip dari Disway.
Sebenarnya, kata Dahlan, bukan hanya dia yang bekerja keras untuk membangun Jawa Pos. Tapi juga seluruh karyawan saat itu. Terutama karyawan yang hebat-hebat.
"Tapi saya memang bekerja rata-rata 16 jam sehari. Selama berpuluh tahun. Sangat sering sampai pukul 02.00. Setelah itu pun sering masih harus keliling ke agen-agen. Mulai urusan manajemen sampai urusan mengedit berita. Mulai dari mengurus agen sampai percetakan. Mulai dari sehat sampai terkena sakit liver, sampai muntah darah," ungkapnya.

Dahlan melanjutkan, dalam posisi Jawa Pos yang sudah kaya raya itu ia kemudian mendapat tugas negara: mengatasi krisis listrik di Indonesia. Sebenarnya kala itu tidak mau. Tapi ini tugas negara. Dahlan pun menjadi dirut PLN di tahun 2009.
Dapatkan berita terupdate dari FAJAR di: