Jakarta, CNN Indonesia --
Salah satu sutradara film dokumenter asal Palestina yang berjudul No Other Land, Hamdan Ballal menghilang setelah diserang oleh warga dan militer Israel.
Kabar itu diungkapkan rekan sesama sutradara No Other Land, Yuval Abraham. Ia mengatakan sutradara asal Palestina itu dipukuli sekelompok orang hingga kepala dan perutnya berdarah dan kemudian dibawa militer Israel.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sekelompok pemukim baru saja menghakimi Hamdan Ballal, salah satu sutradara film kami No Other Land. Mereka memukulinya dan dia mengalami luka di kepala dan perutnya, berdarah," cuit Yuval Abraham.
"Tentara menyerbu ambulans yang dia panggil, dan membawanya. Tidak ada tanda-tanda keberadaannya sejak saat itu," lanjutnya.
Profil Hamdan Ballal
Sutradara bernama lengkap Hamdan Ballal Al-Huraini itu merupakan warga Palestina yang tinggal di Susiya, salah satu desa di Tepi Barat.
Ia dikenal sebagai sutradara, fotografer, petani, dan aktivis kemanusiaan yang ikut menyuarakan kemerdekaan Palestina. Kiprah Hamdan Ballal sudah berjalan lama, seperti menjadi bagian dari proyek Humans of Masafer Yatta.
No Other Land merupakan produksi kolaborasi dari Palestina dan Norwegia. Film itu tayang perdana di Berlin International Film Festival 2024 dan telah memenangkan sejumlah penghargaan. (dok. Yabayay Media/Antipode Films via IMDb)
Ia juga menjadi relawan B'Tselem, bertugas memotret berbagai kekerasan dan pelanggaran hak asasi manusia (HAM) yang terkait dengan pendudukan Israel di Tepi Barat. Tak hanya itu, Hamdan Ballal juga menjadi peneliti lapangan di B'Tselem.
Hamdan Ballal kemudian ikut menjadi salah satu sutradara film dokumenter berjudul No Other Land. Film itu digarap Ballal bersama tiga aktivis lainnya, yakni Basel Adra, Yuval Abraham, dan Rachel Szor.
Film itu menampilkan perjuangan Basel Adra yang sejak kecil terus menentang pemindahan paksa rakyat Palestina oleh militer Israel di Masafer Yatta,.
Dalam perjuangan itu, ia merekam penghancuran bertahap tempat tinggalnya ketika tentara Israel merobohkan rumah-rumah dan mengusir para penghuninya untuk membuat zona militer.
No Other Land diproduksi pada 2019 hingga 2023, menampilkan kehidupan orang-orang di Masafer Yatta. Film itu tayang perdana di Berlin INternational Film Festival 2024, mendapat piala Panorama Audience Award dan Berlinale Documentary Award.
Hamdan Ballal kemudian ikut menjadi salah satu sutradara film dokumenter berjudul No Other Land. Film itu digarap Ballal bersama tiga aktivis lainnya, yakni Basel Adra (kiri), Yuval Abraham (kanan), dan Rachel Szor (kedua dari kiri). (Getty Images via AFP/MIKE COPPOLA)
Film itu semakin disorot dunia ketika menang BAFTA Film Awards 2025 untuk kategori Best Documentary. Puncaknya, No Other Land meraih Piala Oscar 2025 kategori Best Documentary Feature.
Di atas panggung, keempat sutradara itu blak-blakan menyerukan Gaza yang semakin terpuruk imbas serangan tanpa henti Israel.
"Kami menyerukan kepada dunia untuk mengambil tindakan serius guna menghentikan ketidakadilan dan menghentikan pembersihan etnis terhadap warga Palestina," kata Adra, seorang jurnalis dan aktivis Palestina.
"Sekitar dua bulan lalu, saya menjadi seorang ayah, dan saya berharap kepada putri saya bahwa dia tidak harus menjalani kehidupan yang sama seperti yang saya jalani sekarang."
"No Other Land mencerminkan kenyataan pahit yang telah kami alami selama beberapa dekade dan masih kami lawan."
(frl/end)