Jakarta, CNN Indonesia --
Pelatih PSS Sleman, Pieter Huistra, mempertanyakan kinerja pemakaian Video Assistant Referee (VAR) dalam kompetisi Liga 1 usai timnya digebuk PSBS Biak.
Dalam laga lanjutan Liga 1 yang digelar di Stadion Kapten I Wayan Dipta, Gianyar, Bali, Jumat (11/4), PSS takluk 1-2 dari PSBS Biak asuhan Marcos Samso.
PSS sejatinya sempat unggul hingga babak pertama lewat gol Kevin Gomes pada menit ke-32. Awal babak kedua, Laskar Sembada juga berpeluang menambah keunggulan lewat titik putih. Tapi, wasit memutuskan tak terjadi pelanggaran terhadap Nicolao Cardoso di area kotak penalti berdasarkan pengecekan VAR.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Momen itu terjadi pada menit ke-48, ketika kiper pengganti PSBS Biak, Bahari, hendak mengamankan bola dan terjadi kontak dengan Nicolao yang menusuk ke kotak penalti lawan.
Wasit yang melihat tayangan VAR menilai kejadian itu bukan sebagai sebuah pelanggaran dan situasi berakhir dengan drop ball.
"Menurut pemain saya, semestinya penalti, tapi wasit memutuskan tak memberikan penalti berdasarkan VAR dan itu memberikan pengaruh besar pada laga ini," kata Huistra usai laga.
Huistra pun mempertanyakan pemakaian VAR di Liga 1 yang hanya menempatkan kamera di satu titik saja. Ia merasa PSS dirugikan dengan kinerja VAR dalam tiga laga terakhir, kontra Barito FC, Persis Solo dan terakhir PSBS Biak.
"Lawan Barito, kita kalah karena keputusan VAR, karena VAR menunjukkan penayangan yang benar-benar berbeda dari persoalan sebenarnya. Lawan Solo juga sama. VAR juga memberikan gambaran yang salah, VAR telah memanipulasi apa yang dilihat wasit, dan itu selalu cuma satu sudut kamera," keluh Huistra.
Bagi Huistra, setiap pertandingan mestinya dikawal minimal kamera VAR di tiga titik, sehingga proses pengambilan keputusan oleh wasit bisa 'fair' karena mempertimbangkan penayangan dari berbagai sudut.
Eks pelatih Borneo FC itu pun merasa komite wasit perlu mendengarkan apa yang ia suarakan dan berbenah demi kemajuan kompetisi.
"Jika mau benar-benar pakai VAR, minimal tiga kamera angle di mana Anda bisa melihat dari sudut berbeda dari sebuah situasi. Itu baru proses yang adil. Kalau gitu kondisinya, oke saya bisa terima. Tapi, yang saya lihat cuma ada satu (gambar) yang dilihat oleh wasit. VAR jadi masalah besar di Indonesia," katanya.
"Bagaimana bisa memeriksa dengan VAR itu penalti atau nggak, minimal butuh 2-3 kamera buat ngeceknya. Waktu kita lawan Solo, dua gol. Kita dirugikan. Hari ini lagi kita dirugikan, saya sudah muak, dan sudah waktunya komite wasit melakukan sesuatu untuk itu karena ini menggelikan dan kita harus buka-bukaan soal ini. Sleman selalu kena imbasnya," pungkas Huistra.
Dalam laga ini, PSBS bisa membalikkan kedudukan lewat gol balasan Williams Lugo pada menit ke-67 dan Ariel Nahuelpan menit ke-72.
Kekalahan ini membuat PSS tertahan di dasar klasemen sementara dengan 22 poin, sementara kompetisi tinggal menyisakan 6 laga saja buat Huistra dan pasukannya.
(kum/har)