Review Film: Ne Zha 2

3 days ago 10

img-title Vetriciawizach

Lima tahun yang dihabiskan Jiaozi untuk menciptakan Ne Zha 2 tak sia-sia. Film ini sungguh indah, megah, dan membawa dunia animasi ke level selanjutnya.

Jakarta, CNN Indonesia --

Ada film yang sukses meraup keuntungan sebanyak mungkin. Ada film yang jadi pelepas rasa atau idealisme dari sang sutradara. Ada juga karya yang mendobrak dan menaikkan level cara suatu film disuguhkan.

Bagi saya, Ne Zha 2 (2025) masuk di kategori ketiga.

Ne Zha 2 ditulis dan disutradarai oleh Jiaozi, seorang sineas China muda yang secara otodidak belajar menggambar dan membuat kartun. Saking cintanya pada film dan animasi, ia meninggalkan bangku kuliah di jurusan kedokteran dan meniti karier dari awal.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kecintaan ini yang mengantarkan Jiaozi membuat Ne Zha pada 2019 silam.

Ia meminjam tokoh dan narasi mitologi China yang sudah dikenal luas di Negeri Tirai Bambu sejak abad ke-16. Namun tak hanya menceritakan ulang mentah-mentah, Jiaozi menciptakan ulang karakter Ne Zha dan menyuntikkan jiwa pemberontak yang meyakini "jadi iblis atau dewa, takdir saya ada di tangan saya sendiri."

Film ini kemudian sukses luar biasa dan jadi animasi terlaris sepanjang sejarah di China.

Namun, mengantongi keuntungan banyak dari film pertama tak membuat sang sutradara buru-buru membuat sekuel. Dengan sabar ia menulis naskah film kedua, serta kemudian menggandeng hampir 4.000 seniman dari 138 studio animasi untuk membuat Ne Zha 2.

Hasilnya adalah film ambisius yang sangat terasa ke-grande-annya.

Film Animasi China Ne Zha 2 (2025). (Chengdu Coco Cartoon/Beijing Coloroom Technology/Beijing Enlight Pictures)Foto: (Chengdu Coco Cartoon/Beijing Coloroom Technology/Beijing Enlight Pictures)
Film Animasi China Ne Zha 2 (2025). (Chengdu Coco Cartoon/Beijing Coloroom Technology/Beijing Enlight Pictures)

Sinopsis singkat

Ne Zha 2 melanjutkan kisah Ne Zha dan Ao Bing, iblis dan monster yang lahir dari satu mutiara yang sama, tapi memiliki dua karakteristik bertolak belakang.

Satu api, dan satu air. Satu dengan temperamen meledak-ledak dan usil, dan satu penuh ketenangan. Yin dan yang.

Tanpa banyak basa-basi, cerita dimulai dari titik yang sama persis dengan akhir film pertama: Ne Zha dan Ao Bing yang kehilangan raga atau fisik, serta ayah Ao Bing yang ingin membalas dendam karena mengira putranya tewas.

Dari sinilah perjalanan Ne Zha dimulai untuk mendapatkan ramuan sakti untuk mengembalikan tubuh keduanya seperti semula.

Misi ini tak boleh gagal, karena orang tua dan warga sekampung Ne Zha di Jalur Chentang berada di bawah ancaman sekte naga yang dipimpin ayah Ao Bing. Ne Zha pun kemudian menuju istana Yu Xu di kayangan untuk menjalani tiga kali ujian pertarungan untuk merebut ramuan sakti itu.

Skala besar dalam arti sebenarnya

Satu hal yang membuat Ne Zha 2 demikian istimewa adalah selama 2 jam 25 menit penonton disuguhkan oleh sajian visual yang benar-benar memikat mata.

Film baru berjalan 10 menit saja, sudah ada pertarungan antara siluman-siluman penghuni laut dan ribuan prajurit di kampung Ne Zha.

Seiring berjalannya durasi, tensi terus dinaikkan dengan pertarungan hebat menggantikan pertarungan lainnya hingga akhirnya mencapai puncak di 20 menit akhir: pertempuran berskala super-super-super besar yang sungguh membuat mata terbelalak.

Tensi menuju adegan puncak ini pun terjaga karena penonton selalu diajak untuk berpindah latar tempat dan menikmati sekian banyak sajian visual sehingga nyaris tak ada waktu untuk merasa bosan.

Mulai dari naga dengan sisik yang berkilauan, air terjun raksasa, samudera yang terangkat, istana kayangan yang super-megah, langit yang memerah bak neraka, hingga pohon raksasa dengan ribuan sulur, silih bergantian tampil membuat terkesima.

Film animasi China Ne Zha 2 (2025). (Coco Cartoon/Horgos Coloroom Pictures via IMDb)Foto: (Coco Cartoon/Horgos Coloroom Pictures via IMDb)
Film animasi China Ne Zha 2 (2025). (Coco Cartoon/Horgos Coloroom Pictures via IMDb)

Sang sutradara juga tak tanggung-tanggung dalam berimajinasi ketika mendesain baik detail ruang maupun pertarungan.

Ia paham bahwa dunia mitologi memiliki skala dan batasan fisik yang amat berbeda dari dunia manusia, baik dari sisi dimensi, bentuk, kecepatan, jumlah hingga berat, dan itu harus ia wujudkan secara nyata. 

Maka jika dibandingkan dengan film epik lainnya seperti Avengers: Endgame, Lord of The Ring, Godzilla, atau Spider-man: Across the Spider-Verse, pun saya berani bilang Ne Zha memberikan rasa puas yang sama, dan bahkan melampaui, karena ada banyak desain adegan pertempuran original yang mengundang decak kagum.

Satu pujian khusus ingin saya berikan untuk sajian sound effect dan music scoring yang juga nyaris sempurna.

Bukan sekadar memilih musik yang tepat, tapi efek suara ini juga jadi penyokong untuk membangun logika sehingga penonton percaya bahwa ini adalah dunia dewa.

Misalnya saja suara tetesan air yang menggema di antara ruang-ruang istana yang megah, atau pemilihan suara seperti gaungan mantra pada adegan ketika ratusan ribu siluman laut dan reruntuhan sekte naga terperangkap ke dalam kuali Tianyuan raksasa.

Suara alat musik tradisional China seperti suona atau pipa yang dibawakan oleh orkestra pun dimanfaatkan dengan pas untuk membangun emosi penonton di momen-momen bertensi tinggi.

Karakter Ao Bing dan Ne Zha dalam film animasi China Ne Zha 2 (2025). (Coco Cartoon/Horgos Coloroom Pictures via IMDb)Foto: (Coco Cartoon/Horgos Coloroom Pictures via IMDb)
Karakter Ao Bing dan Ne Zha dalam film animasi China Ne Zha 2 (2025). (Coco Cartoon/Horgos Coloroom Pictures via IMDb)

Jika ada satu kritikan adalah sang sutradara terasa sangat ambisius menjejali film dengan banyak sekali karakter, serta plot dan subplot yang terus bertambah.

Sangat wajar jika kemudian penonton luput dengan beberapa detail jika hanya menonton satu kali.

Apalagi penonton di Indonesia harus menyaksikan sambil membaca subtitle yang ada kalanya terasa lewat dengan cepat. Hal ini harus dipertimbangkan jika orang tua ingin mengajak anak yang baru belajar membaca.

Ditambah dengan ritme film yang cepat, ada kalanya Ne Zha 2 terasa seperti memakan di restoran mewah all you can eat hingga lambung penuh.

Namun saya rasa kelemahan ini hanya kerikil jika dibandingkan dengan sajian animasi canggih yang sangat sepadan dengan harga tiket di bioskop.

Bahkan, kelemahan ini juga bisa menjadi alasan Anda untuk menyaksikan Ne Zha 2 lagi dan lagi.

[Gambas:Youtube]

(vws)

Read Entire Article
Berita Olahraga Berita Pemerintahan Berita Otomotif Berita International Berita Dunia Entertainment Berita Teknologi Berita Ekonomi