Endro Priherdityo
Kim Jin-hwang hanya ingin bermain dengan durasi dan pamer laga tunggal Ha Jung-woo yang agak kurang masuk akal.
Jakarta, CNN Indonesia --
Tak banyak yang bisa saya bilang soal Nocturnal selain film yang ditulis Kim Jin-hwang ini tak mampu membuat saya terkesan setelah 99 menit. Padahal film ini kembali mempertemukan Ha Jung-woo dan Kim Nam-gil dalam satu frame, serta memiliki gagasan dasar cerita yang menarik.
Namun tampaknya Kim Jin-hwang hanya ingin bermain-main dengan durasi dan memamerkan aksi laga tunggal Ha Jung-woo yang agak kurang masuk di akal.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Saking sutradara dan penulis fokus akan hal tersebut, sampai tampaknya ia abai akan kesinambungan cerita atau bagaimana cerita tersebut bisa sampai ke penonton dengan utuh.
Atau, mungkin memang Kim Jin-hwang sengaja mengacak-acak pola penceritaan film ini supaya terasa 'edgy' sembari disisipkan emosi tak terkendali Ha Jung-woo yang ekspresinya itu-itu saja.
Dari 99 menit cerita berjalan, saya mungkin baru bisa merangkai logika ceritanya dalam 30 menit terakhir, yang mana itu sungguh membuat lelah karena menerka apa yang sebenarnya disampaikan oleh kreator.
Dari sekitar 60 menitan pertama, saya cuma bisa melihat bagaimana Ha Jung-woo dengan tampang jutek nihil ekspresi tersebut melakukan kekerasan tanpa alasan selain kesal. Bukan hanya itu, kegagalan demi kegagalan Bae Min-tae (Ha Jung-woo) mencari pembunuh adiknya tersebut terasa bertele-tele.
Review film Nocturnal:Kim Nam-gilrasanya tak bisa memberikan pengaruh apa pun dalam cerita film ini selain menarik penggemar beratnya untuk menonton. (dok. Barunson E&A via IMDb)
Apalagi, saya juga tak merasa ada urgensi keberadaan karakter Kang Ho-ryeong yang dibawakan oleh Kim Nam-gil. Kim Nam-gil juga rasanya tak bisa memberikan pengaruh apa pun dalam cerita film ini selain menarik penggemar beratnya untuk menonton.
Bagi saya, ketiadaan Kim Nam-gil dalam film ini pun tak akan mengurangi apa pun pada cerita. Toh, ujung-ujungnya Ha Jung-woo lagi yang tampil dan membereskan cerita.
Bahkan, karakter Kang Ho-ryeong lebih tidak berdampak dibandingkan dengan karakter Cha Moon-young (Yoo Da-in) yang minim frame dan cuma dikisahkan kabur dari satu tempat ke tempat lain.
Meski begitu, saya cukup menyukai bagaimana aksi laga dalam film ini ditampilkan walaupun logika saya berkata sebaliknya, terutama soal cara Ha jung-woo mampu melawan semua mafia itu hanya dengan satu tongkat besi.
Rasanya akan jauh lebih masuk akal melihat Ha Jung-woo beradu tembak seperti pada kisah saga John Wick, dibanding berantem dengan mafia cuma bermodal tongkat besi macam anak kampung di Jakarta kala tawuran.
Review Nocturnal:Rasanya akan jauh lebih masuk akal melihat Ha Jung-woo beradu tembak seperti pada kisah saga John Wick, dibanding berantem dengan mafia cuma bermodal tongkat besi macam anak kampung di Jakarta kala tawuran. (dok. Barunson E&A via IMDb)
Padahal saga John Wick juga bermain-main dengan gaya pengambilan cerita yang kadang kalau dipikir lagi itu akan terasa cheesy, tapi eksekusi yang pas membuatnya jadi penyegar dalam penyajian cerita.
Maka dari itu, alih-alih bingung pada cerita, saya lebih bingung dengan tujuan Kim Jin-hwang sebenarnya dalam menyajikan kisah ini. Secara kemasan dan look, aksi tarung Ha Jung-woo memang terlihat mewah, tapi isinya kopong bagai tahu bulat.
Ini baru pada satu aspek, belum lagi kebingungan saya akan peran dari novel dalam film ini selain dari pada cuma sebagai garnis dari sinopsis. Selain itu, masih ada juga detail dalam film yang tiba-tiba muncul tanpa pengantar tapi juga tiba-tiba hilang tanpa pamit.
Hingga pada akhirnya yang bisa saya nikmati dari film ini cuma tampilan Ha Jung-woo mengayunkan besi dan tantrum tak jelas ke berbagai orang yang membuat film ini serasa 'broken' seperti judul harfiahnya.
Meski begitu, saya cukup berterima kasih dengan Park Jeong-hoon yang menampilkan sinematografi dengan jelas dan nyaman secara visual, serta tim koreografi dan laga yang jelas-jelas bekerja dengan baik pada film ini.
Kim Sang-bum sebagai editor juga menunjukkan kerja keras dalam menyunting film penuh ayunan besi ke mana-mana ini. Begitu pula dengan tim set produksi dan artistik, termasuk tata rias, yang karyanya sangat natural.
Walaupun saya banyak nyambat dengan film ini, Nocturnal masih bisa tetap dinikmati suatu waktu, tentu saja tanpa berharap akan menggugah rasa thrilling seperti melihat neo-noir crime thriller film lainnya.
(end)